Biasanya, mereka akan diberikan libur beberapa hari setiap minggu, usai pertandingan-pertandingan mereka selesai.
Namun, di libur minggu ini, tampaknya ada sesuatu yang berbeda. Biasanya, tiap libur, Skylar memilih untuk pulang ke rumahnya, namun tidak untuk kali ini. Entah kenapa, Skylar memilih untuk tetap di GH selama libur.
"Tumben kau ngga pulang, Lek?" tanya Dyren. Kini, mereka berlima tengah berada di ruang outdoor, tanpa Hazle yang sedang sekolah tentu saja. Beberapa dari mereka merokok, sementara yang lain fokus dengan kegiatan masing-masing di ponselnya.
"Kau ngusir aku ya?" tanya Skylar. Dyren mengangguk, bercanda.
"Tuh kau tau!" seru Dyren, membuat Skylar mendengus sebal. "Tapi serius aku. Kenapa kau ngga balik? Biasanya kan balik." ucap Dyren.
Skylar mengangkat kedua bahunya, tanda bahwa ia juga tidak begitu tahu alasan tepatnya. "Malas aja." ucapnya singkat.
Rinz tiba-tiba berdecih sambil meletakkan ponselnya di atas meja. Ia kemudian memejamkan matanya.
"Bosen kali." ucapnya. Ia menggerak-gerakkan kursinya, sementara Idok memperhatikannya sambil mengangguk.
"Setuju. Kalau libur udah berasa pengangguran." ucap Idok. "Bosen banget. Mau ngerank pun bosen."
Sutsujin diam memperhatikan ucapan teman-temannya. Sebenarnya, ia juga bosan. Tapi, memang seperti inilah rutinitas mereka jika bosan.
"Main aja main." ucap Dyren, membuat empat lainnya mengernyit.
"Main apa? Suka agak laen ide kau biasanya." ucap Rinz. Dyren melirik sinis ke arah Rinz sebelum menjawab pertanyaan tersebut.
"Kalian tahu ngga sih, game yang kayak get to know each other, apalah itu namanya. Pokoknya, kalian jawab pertanyaan untuk saling tahu satu sama lain." ucap Dyren. "Bisa bangun chemistry ini kita, Lek."
"Apa sih. Game bocah, kayak truth or dare kan?" ucap Rinz. Dyren tampak melirik ke langit-langit, berpikir.
"Ngga tau juga sih aku. Pokoknya gitu lah. Atau ngga, yaudah sekalian truth or dare." ucap Dyren. "Seru-seruan aja lah. Gas ngga?"
"Gas." jawab Idok. Jawaban itu tidak disangka pertama kali keluar dari mulut Idok, membuat Rinz dan Skylar akhirnya juga turut mengiyakan. Tampaknya, kegabutan benar-benar melanda mereka. Hanya tersisa Sutsujin.
"Ikutan ngga, Thur?" tanya Dyren. Sutsujin tampak berpikir, sebelum akhirnya ikut mengiyakan.
"Jangan aneh-aneh!" seru Sutsujin. Dyren mengangguk-angguk mengerti, kemudian mengambil botol minum di sampingnya.
"Kalau tutup botol ini berhenti di arah kalian, kalian mulai dulu ya!" seru Dyren. Yang lain mengangguk mengerti.
Masih dengan posisi duduk yang sama, Dyren mulai memutar botolnya. Seluruh mata tertuju pada botol hitam di tengah-tengah mereka, hingga botol itu berhenti. Arahnya tepat kepada Dyren.
"Hayolohhh!!!" seru Skylar. Dyren menepuk dahinya. Bisa-bisanya ia kedapatan giliran pertama, padahal ia sendiri yang memutar.
"Hayo. Truth apa dare." ucap Rinz.
"Kenapa aku pula yang pertama!" seru Dyren, namun akhirnya ia berpikir untuk menentukan pilihannya.
"Truth aja lah aku." ucap Dyren. Ia malas memilih opsi kedua, karena teman-temannya pasti akan mencarikannya sesuatu yang aneh untuk dilakukan. "Satu pertanyaan aja ya!"
Rencananya, Rinz ingin mengajak berdiskusi mengenai pertanyaan apa yang akan ditanyakan pada Dyren. Namun, Skylar lebih dulu membuka suara dan mengucapkan pertanyaannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
trust.
फैनफिक्शनIni tentang Sutsujin, yang berusaha untuk mengatasi ketakutannya, lalu belajar untuk membuka hatinya kembali. Ini juga tentang Skylar, Rinz, Dyren, Idok, dan Hazle yang berusaha meruntuhkan tembok yang dibangun tinggi oleh Sutsujin, membantunya meng...