Ruang latihan hari ini begitu ramai. Tentu saja. Ini adalah latihan pertama mereka dengan roster baru. Seperti biasa, suara Dyren lah yang memenuhi ruangan, mengajak bicara satu persatu manusia disana sambil sesekali menjahili mereka.
"Gimana Ko Ujin perasaannya? Gugup ngga?" tanya Dyren sambil tangannya terulur, berpura-pura memegang mic. Sutsujin menepis tangan Dyren, kemudian berdecak kesal.
"Sana, ah, Ren." ucapnya. Dyren tidak gentar. Ia terkekeh dan malah kembali mengganggu Sutsujin. Dua hari sudah mereka tinggal bersama, tapi Dyren benar-benar tidak memiliki kesempatan untuk mengganggu Sutsujin. Semua orang sudah pernah menjadi korbannya, kecuali anak itu. Jadi, ia pikir, sekarang adalah kesempatannya.
"Ih jangan cemberut-cemberut gitu. Gemas kali aku sama kau, Baby Ujin." goda Dyren. Sutsujin mendelik, kemudian memilih memperhatikan ponselnya yang sudah berada di lobby game.
"Udah udah, Ren. Jangan banyak tingkah. Udah mau mulai ini." ucap NMM, yang akhirnya membuat Dyren duduk di kursinya sambil terkekeh. Hari ini belum rezekinya untuk mengganggu Sutsujin sepertinya.
Akhirnya, sesi latihan dimulai, tentu saja tanpa Hazle yang masih sekolah. Hazle akan bergabung dengan mereka di latihan sore nanti.
"Santai aja ya guys. Latihan doang ini." ucap Skylar, berusaha mencairkan suasana, sebab teman-temannya mendadak menjadi diam.
Yang lain mengangguk mengerti, sementara Sutsujin hanya memasang wajah datar sambil mencoba untuk fokus pada gameplaynya.
Awalnya, game berjalan dengan cukup baik, namun di pertengahan, mulai terasa ada yang ganjal. Mereka tidak bermain seperti satu tim, apalagi Sutsujin. Sutsujin terlihat bermain terlalu individual. Ia sering sekali mengambil keputusan tanpa berkomunikasi dengan tim dan berakhir pada kerugian bagi mereka. Secara mekanik, Sutsujin memang begitu baik, tapi berbagai keputusannya seolah tidak terkoneksi dengan yang lain.
Skylar dan Idok beberapa kali mencoba menegur Sutsujin selama mereka bertanding. Sutsujin hanya menganggukkan kepalanya. Ia memang merasa kalau permainannya aneh. Ia masih clueless. Ia hanya bermain dengan mengerahkan apa yang ia bisa, tapi tidak tahu menahu soal apa yang timnya inginkan.
"Nice try, Lek." Skylar berucap sambil mengajak keempat temannya untuk melakukan high-five. Hasil scrim kali ini tidak begitu baik.
Beberapa evaluasi diberikan oleh kedua coach mereka. Masukan untuk tiap player diberikan, tentu saja. Sutsujin juga menelan apa yang dikatakan oleh pelatihnya, terutama tentang dirinya.
"Ngga apa-apa sih, guys. Mungkin ini karena latihan perdana, jadi belum nemu gameplaynya." ucap Skylar mencoba menenangkan timnya. "Nextnya kita coba lebih fokus sama komunikasi, ya. Inget. Kita main sebagai tim, bukan individu."
"Aman aja, Lek. Pemanasan ini." ucap Dyren. "Nanti aku bantai-bantainya di MPL. Semua tim kubuat 2-0." lanjutnya dengan tengil.
Skylar mendekat, kemudian menyentil dahi Dyren pelan, merasa temannya ini sangat menyebalkan.
"Belum apa-apa dah star syndrome, ya kau!" seru Skylar. Dyren terkekeh sambil mengusap dahinya.
"Bercandanya loh aku, Lek." ucapnya.
"Iya bener, Ler. Gue rasa ini emang tentang waktu aja, sih." ucap Idok sambil tersenyum.
Rinz, kemudian merangkul Dyren, sebelum akhirnya mengucapkan sesuatu. "Mungkin kita harus nonton horror bareng atau makan-makan di luar. Katanya sih, Dyren mau traktir."
Dyren menatap Rinz kesal kemudian menyingkirkan tangan Rinz dari bahunya. "Apa? Ngaco mulut kau ya, Rin. Ada bagusnya kau begitu?" ucapnya yang kemudian disambut gelak tawa dari seisi ruangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
trust.
FanfictionIni tentang Sutsujin, yang berusaha untuk mengatasi ketakutannya, lalu belajar untuk membuka hatinya kembali. Ini juga tentang Skylar, Rinz, Dyren, Idok, dan Hazle yang berusaha meruntuhkan tembok yang dibangun tinggi oleh Sutsujin, membantunya meng...