03: Masih Kaku

752 91 6
                                    

Sutsujin bangun dari tidurnya. Ia menatap sekeliling dan mendapati bahwa tempat tidur di sekitarnya masih terisi oleh orang-orang yang sibuk tenggelam di alam mimpi. Sutsujin melirik jam di ponselnya. Sudah pukul 6:30 pagi dan mereka belum bangun. Sepertinya, mereka bukanlah morning person.

Sutsujin melipat selimutnya, kemudian berjalan perlahan menuju dapur, hendak membuat sarapan simple. Mungkin roti atau sereal jika ada. Ia menuruni tangga dengan langkah kecil. Ia pikir, tidak akan ada orang di dapur, namun ternyata, ada Hazle yang sedang menikmati sarapannya di meja makan.

Hazle menyadari kehadiran Sutsujin, kemudian tersenyum dan mengangkat tangan kirinya, sementara tangan kanannya sibuk memegang roti selai dan mulutnya penuh akan itu.

"Pagi, Ko. Rajin amat udah bangun!" seru Hazle. Sutsujin berjalan ke arah lemari dimana makanan-makanan disimpan.

"Lo sekolah?" tanya Sutsujin singkat. Ia masih sibuk mengotak-atik lemari makanan untuk memilih sarapannya. Hazle mengangguk sebelum menjawab pertanyaan Sutsujin.

"Iya. Tiap hari biasanya gue sarapan sendiri. Cuma, ternyata lo suka bangun pagi, ya, Ko?" ucap Hazle. Sutsujin berdeham, kemudian membalikkan tubuhnya dengan sebungkus sereal yang ada di tangannya.

"Ini punya siapa?" tanya Sutsujin. Hazle menelan rotinya.

"Punya aku, Ko. Makan aja. Semua makanan yang ada disitu udah milik bersama pokoknya." ucap Hazle. Sutsujin tersenyum kecil dan mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia kemudian menuangkan sereal dan susu ke dalam mangkuk, lalu berjalan dan duduk di meja makan.

Sutsujin tidak duduk tepat di samping Hazle, pun tidak tepat di depannya. Ada jarak beberapa kursi, niatnya untuk menghindari kecanggungan. Namun, ternyata kecanggungan adalah sesuatu yang sulit dihindari untuk mereka.

Hanya ada suara sendok dan mangkuk Sutsujin yang beradu. Hazle juga hanya diam, merasa bingung bagaimana memulai pembicaraan. Ia berkali-kali menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sementara Sutsujin hanya mencoba menikmati sarapannya, meskipun ia turut merasakan kecanggungan itu.

Di tengah keheningan, dua orang itu dapat mendengar suara langkah kaki dari atas. Hazle melongokkan kepalanya untuk melihat siapa yang turun. Rinz ada di sana, turun perlahan dengan muka bantalnya sambil sesekali mengucek-ucek mata.

"Weh, tumben lo udah bangun, Rin." ucap Hazle sambil tersenyum lucu. Tumben sekali ada player yang bangun di pagi hari. Ini pertama kalinya, sejak Hazle pindah ke Gaming House. Rinz menghampiri Hazle.

"Kebangun gue." ucap Rinz. Ia melirik ke arah Sutsujin yang sedang menyantap sarapannya, kemudian duduk di sebelahnya.

"Wih enak kali, Ko. Bagi lah aku!" seru Rinz sambil terkekeh. Sutsujin mendelik kemudian menyodorkan mangkuk berisi serealnya. Tidak enak juga kalau tidak membaginya.

Sutsujin dapat melihat Rinz yang tersenyum lebar kemudian menyendokkan isi mangkuk itu ke dalam mulutnya. Hazle bangkit dari duduknya, kemudian mengenakan tas sekolahnya.

"Eh, gue berangkat dulu ya." ucap Hazle, berpamitan pada dua orang di dekatnya. Rinz menelan makanannya.

"Naik apa kau?" tanya Rinz. Hazle menjawabnya dengan mencontohkan gestur orang yang naik motor. Itu terlihat lucu, tapi juga mengesalkan secara bersamaan menurut Rinz. "Jangan ngebut-ngebut. Masih muda, kalau mati ngga lucu." ucapnya.

Hazle mendengus. "Nyawa di tangan Allah. Besok kau mati pun bisa juga, Rin." ledek Hazle, membuat Rinz menunjuk Hazle kesal.

"Mulut kau ya!" seru Rinz, sementara Hazle tertawa senang dan berlari meninggalkan ruangan untuk berangkat sekolah. Sutsujin hanya tersenyum kecil melihat interaksi keduanya.

trust.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang