A Date with an Idol?

1.2K 114 6
                                    

Pagi itu, suasana rumah masih diliputi ketenangan. Matahari mulai menyinari kamar Galen melalui celah tirai, menciptakan bayangan lembut di dinding. Galen masih terlelap di atas kasur, wajahnya damai, dengan napas yang teratur dan selimut yang sedikit berantakan menutupi sebagian tubuhnya. Sepintas, pagi itu tampak sempurna untuk melanjutkan mimpi indah.

Namun, keheningan itu tiba-tiba pecah oleh suara langkah kaki yang tegas mendekat dari lorong. Pintu kamar Galen terbuka dengan cepat, bahkan sempat membentur dinding dengan bunyi brak yang menggema. Zee muncul dengan ekspresi yang sulit diartikan, membawa energi yang langsung memenuhi ruangan. Langkahnya berat, seolah sengaja dibuat keras untuk memastikan semua orang tahu keberadaannya.

 Langkahnya berat, seolah sengaja dibuat keras untuk memastikan semua orang tahu keberadaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Galen, yang masih terjebak di antara dunia mimpi dan kenyataan, langsung tersentak. Matanya membuka lebar, tubuhnya melonjak sedikit dari kasur. Selimutnya terlempar ke lantai saat ia berusaha mengumpulkan kesadarannya. Jantungnya berdebar cepat, bukan karena ketakutan, tapi karena keterkejutan yang luar biasa.

Sementara itu, Zee berdiri di pintu dengan kedua tangan di pinggang, memandang Galen dengan tatapan yang mencampurkan kesabaran yang tipis dengan rasa mendesak. Ketenangan pagi itu telah berubah menjadi kekacauan kecil, dan Galen hanya bisa menghela napas panjang, tahu bahwa Zee pasti punya alasan besar untuk membangunkannya dengan cara seperti ini.

Zee: (berdiri di ambang pintu sambil mengacungkan sebuah bra dengan tatapan sengit) "Len! Ini apaan coba?! BH ini gue nemu di lemari gue. Mau jelasin nggak kenapa ada di situ?"

Galen: (masih setengah sadar, mengucek mata sambil duduk) "Hah? BH? Emang itu bukan punya lu?"

Zee: (mendekat, melambaikan bra itu di depan wajah Galen) "Bukan! Ini satu ukuran lebih kecil dari punya gue, Len! Lu kira gue sekecil ini apa?!"

Galen: (memiringkan kepala, bingung) "Lah, gue kira itu punya lu. Kan ukurannya mirip. Aduh, Zoy, mana ngerti gua tentang ukuran BH?"

Zee: (memelotot, mendekat lebih lagi) "Asal lu tau ya, Len! Gue bukan satu-satunya korban, tau nggak? Anak-anak yang lain juga pada ribut. Lu nyampur-nyampur daleman cewek-cewek dirumah, nggak peduli ukuran! Gue nemuin celana dalem Christy di laci Freya kemarin, tau nggak!"

Galen: (wajah mulai pucat, tapi berusaha sok santai) "Eh, itu mungkin... error sistem. Gue kan cuma manusia biasa, Zoy, nggak ada fitur buat identifikasi daleman penghuni rumah. Salah dikit wajar lah."

Zee: (menghela napas panjang, mengusap wajah dengan satu tangan) "Len, ini tuh bukan salah dikit. Ini kekacauan internasional. Dan sekarang semua orang nungguin lu di ruang tengah buat klarifikasi."

Galen: (membelalak, mulai panik) "Hah? Semuanya?! Buat urusan ini? Zoy, serius amat! Kan bisa diperbaiki pelan-pelan—"

Zee: (menunjuk pintu dengan dramatis) "Turun sekarang, ke ruang tengah. Kalau nggak, gue bawa lebih banyak BH buat dilempar ke muka lu!"

Housemates!!🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang