Hujan selalu punya cara untuk menyembunyikan rahasia. Di bawah gemuruh langit yang mendung, airnya tak hanya membasahi tanah, tetapi juga mencuci jejak-jejak luka yang tak kasat mata. Jogja di musim penghujan adalah tempat di mana cerita cinta dan perpisahan menyatu, meninggalkan kenangan yang tak lekang waktu.
Di antara deretan pohon flamboyan yang menjulang di jalan setapak sekolah, Embun berjalan dengan langkah-langkah kecil penuh keraguan. Ia gadis yang tenang, tapi hatinya penuh badai. Sebuah perasaan baru bersemi dalam dirinya, rasa yang membuat setiap detik terasa lebih lambat, dan setiap helaan napas terasa lebih berat. Itu adalah rasa yang ia temukan bersama Bintara.
Bintara, lelaki yang datang dengan tawa dan kehangatan, membawa cahaya ke dalam dunia Embun yang sering kali dibayangi dinginnya rasa takut dan keraguan. Bintara adalah segalanya yang berlawanan dengan dirinya—riang, penuh canda, dan tanpa ragu menunjukkan perhatian. Tapi di balik semua itu, ia menyimpan luka dan pengorbanan yang hanya segelintir orang tahu.
Namun, kehidupan tak pernah sesederhana itu. Perbedaan yang tak terjembatani menjadi tembok besar di antara mereka, tembok yang meskipun rapuh, tetap berdiri kokoh. Embun tahu, hatinya tak bisa sepenuhnya memiliki lelaki itu, meski senyum Bintara selalu membuat dunianya terasa hangat.
Dan di bawah hujan yang tak pernah berhenti mengguyur kota ini, mereka belajar tentang cinta, kehilangan, dan keberanian untuk merelakan. Sebab, tidak semua cinta berakhir dengan kebersamaan, tapi setiap cinta punya cara untuk tetap hidup, bahkan setelah perpisahan.
Ini adalah kisah tentang Embun dan Bintara. Tentang bagaimana cinta mereka tumbuh di tengah rintik hujan, dan bagaimana mereka menghadapi badai yang datang. Sebuah kisah tentang hati yang memilih untuk mencintai, meski tahu bahwa cinta itu mungkin tak akan pernah utuh.
=͟͟͞★ . ✩*.゚ . ⋰˚☆ . ⋆˖ ࣪⭑
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain with Sunshine
Teen Fiction"Kenapa lo nggak pernah nerima cinta gue, Embun?" tanyanya. Bintara menatap wajah Embun di bawah sinaran matahari yang mulai tenggelam di sisi Bumi yang lain. Embun menoleh, sedikit tersenyum miris mendengar pertanyaan Bintara. "Satu alasan Bintara...