"bahkan ketika kamu nyakitin aku, aku masih bisa bahagia kalo ketemu kamu"
~Reva~
.
.Dafa mencari keberadaan Angkasa namun pria itu tak melihat sepupunya di sekitaran sekolah, dan saat Dafa menuju ke kantin akhirnya Dafa menemukan Angkasa sedang duduk bersama teman temannya.
Dengan langkah lebar Dafa menghampiri Angkasa yang sedang duduk santai sambil bermain handphone nya.
"gue mau bicara sama lu sa" ujar Dafa, Angkasa menatapnya dengan bingung termasuk kawan kawannya juga.
"ngomong aja" jawab Angkasa datar.
"ikut gua" saut Dafa berusaha menahan Amarahnya, teman temannya pun hanya bisa diam ketika menyadari bahwa Dafa sedang emosi.
"Ck mau apa si" dengan terpaksa Angkasa bangkit lalu berjalan mengikuti langkah Dafa menuju belakang kantin.
BUGH
"aishhh" Angkasa memegang sudut bibirnya yang terkena pukulan tiba tiba Dafa.
"Maksud Lo apa si Daf!" ujar Angkasa, ingin membalas namun ia tahan.
"Kenapa Lo lakuin itu ke Reva?!" tanya Dafa dengan amarah yang berusaha pria itu tahan.
"lakuin apa?" Angkasa menyenderkan dirinya ke tembok sambil memasang muka seolah tidak mengetahui apa apa.
"Kalo Lu ga bisa cinta sama Reva, seenggaknya Lu ga usah perlakuin dia kaya gitu!!" ucap Dafa dengan nada cukup tinggi.
"gua ga lakuin apa apa ke dia! lagian dia yang bodoh udah gua peringati kalo gua ga akan pernah cinta sama dia!!" jawab Angkasa tak kalah tinggi namun ekspresi nya tampak datar tak seperti Dafa yang terlihat menahan emosi.
"Gua tau Lu ga cinta ataupun ga suka sama Reva tapi lu hargain!! dia udah semangat buatin lu sarapan tapi kenapa lu seenaknya buang gitu aja?!!" Dafa menghela nafasnya ia menahan diri untuk tidak menonjok muka sepupu nya lagi.
"kenapa? lu suka sama Reva?!" tanya Angkasa sambil menaikan alisnya.
"gua cuman mau ngingetin" Dafa melangkahkan kakinya mendekat ke arah Angkasa lalu menepuk pundak Angkasa.
"kalo lu ga bisa ngehargain dia, lu bakal siap siap kehilangan dia Angkasa!"
Setelah itu Dafa pergi meninggalkan Angkasa yang terdiam di tempatnya, untungnya belakang kantin adalah tempat yang sepi jadi tidak ada yang dapat mendengar perdebatan antara Angkasa dan Dafa. Mungkin.
🌻🌻🌻
Kini Reva sedang berada di teras depan kantor, ia bingung ingin pulang bagaimana sementara hujan turun cukup besar. Gadis itu menatap sepatunya yang sedikit basah terkena cipratan air hujan, Reva lupa membawa payungnya jadi terpaksa gadis itu berdiam diri dulu menunggu hujan reda.
"Reva?" tiba tiba Bu Mila keluar dari kantor menemukan Reva Sedang berdiri sendirian, ya memang karena murid lain sudah pulang hanya tersisa beberapa murid yang sedang menunggu jemputan.
"i-iya Bu" Reva tersenyum tipis menatap Bu Mila.
"di jemput?" tanya Bu Mila.
"ngga Bu saya naik bus" jawab Reva.
"loh memangnya masih ada jam segini?" bu Mila melihat jam tangan yang melingkar di tangannya menunjukkan pukul 17:00 sudah sejam Reva berada di depan kantor usai bel pulang berbunyi.
"Ngga tau juga Bu, semoga aja masih ada kalo ga ada ya terpaksa Reva jalan kaki" ucap Reva meski gadis itu tau mustahil untuk berjalan kaki, karena rumah dan sekolahnya cukup jauh.
"emm yaudah pak Tono aja ya ibu suruh antarkan" ujar Bu Mila.
"eh jangan Bu nanti yang bukain gerbang siapa, emm bentar deh, nah saya punya ide bu" Reva menjentikan jarinya ia berbisik ke telinga Bu Mila. Setelah itu ekspresi Bu Mila langsung menghela nafas pasrah dan menatap salah satu pria yang baru saja hendak memakai helmnya.
"ANGKASA" teriak Bu Mila sontak Angkasa menghentikan pergerakannya lalu menatap ke arah Bu Mila.
"sini dulu sa" panggil Bu Mila, Angkasa pun berjalan menuju tempat Bu Mila dan Reva yang sedari tadi gadis itu tersenyum lebar.
"sa tolong antarkan Reva ya, kasihan dia ga ada yang jemput" ujar Bu Mila.
ya rencana Reva adalah pulang bareng Angkasa dengan bantuan Bu Mila, pintar bukan? hihi
Angkasa menatap Reva tajam ia lalu mengangguk terpaksa tanpa berkata apa apa.
"oke hati hati sa" ujar Bu Mila lalu berlalu pergi meninggalkan dua remaja tersebut, Reva tersenyum senang Bu Mila memang bisa di ajak kerja sama.
"Ayo Angkasa" Reva tersenyum lebar memperlihatkan gigi rapihnya, lalu sambil berjalan menuju motor Angkasa. Angkasa menghela nafas frustasi kalo bukan karena Bu Mila mungkin Angkasa tidak akan pernah mau bareng dengan gadis Cerewet bernama Reva.
Setelah sekian lama menunggu akhirnya hujan pun berhenti Reva menghirup dalam dalam udara segar sehabis hujan, apalagi sore hari senja pun mulai menyapa langit langit yang sangat indah, di tambah lagi Reva sedang di bonceng dengan pria yang gadis itu cintai.
"Angkasa" panggil Reva dari belakang, namun tak ada respon seperti Angkasa malas berbicara.
"Sa kita mampir ke taman dulu ya" ujar Reva.
"ga" jawab Angkasa singkat.
"plis, sekali ini aja" saut Reva memohon, namun Angkasa tampak tak peduli.
"Angkasa plis" ucap gadis itu.
"mau ngapain? gua ga ada waktu!" ketus Angkasa.
"R-reva cuman mau beli bubur doang sa, kemarin Angkasa kangen ga sama Reva? kan Reva ga masuk" tanya Reva.
"gak!" jawaban tegas keluar dari mulut pria itu.
"ih Angkasa mah suka bohong" Reva tertawa kecil, meski gadis itu berharap Angkasa akan merindukannya.
"Reva mau ke taman buat beli bubur buat bunda yang lagi sakit, kan di Sono ada yang jual" ujar gadis itu. namun tetap sama tak ada respon dari Angkasa.
"ih Angkasa mah punya mulut ga sih kan rev-"
Citt
Tiba tiba Angkasa berhenti mendadak Reva hampir saja dadanya menubruk punggung Angkasa, beruntung gadis itu menahan tubuhnya.
"ko berhenti?" tanya Reva.
"liat" ujar Angkasa menunjuk salah satu gerobak bubur.
Reva tersenyum ia tak menyadari jika sudah sampai di taman, dengan perlahan gadis itu menuruni motor sport milik Angkasa.
"makasih Angkasa" Reva tersenyum lalu berlari kecil menuju gerobak bubur yang mangkal di pinggir taman.
Tanpa sadar Angkasa tersenyum sangat tipis, ingat sangat tipis. Ntah apa yang membuat Angkasa tersenyum, sayangnya Reva tidak melihatnya gadis itu sibuk memesan bubur.
Setelah selesai memesan dan membayar buburnya Reva menghampiri Angkasa yang masih duduk di atas motor sportnya.
"yeyy udah!" ucap gadis itu senang.
"makasih Angkasa" ujar Reva lalu menaiki motor sport Angkasa untuk pulang, karena langit sudah mulai gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Di ujung Harapan
Novela JuvenilRevana Lusiyana seorang gadis cantik yang biasa di sapa Reva gadis yang memiliki sifat ceria, humoris dan cerewet. Reva sangat sulit di luluhkan oleh siapa pun, ia terbilang gadis yang keras kepala dan sulit untuk menerima orang baru di dalam hidup...