00.16

18 6 0
                                    


Happy reading 🍁


Hancur. Bahkan entah untuk yang ke berapa kalinya.

"Se-enggak pantas itu ya?" lirihnya dengan kepala yang menunduk.

Senja memeluk dirinya yang mulai menggigil karena dingin. Di ruangan yang sunyi, gelap dan juga kedap suara itu ia kembali menangis.

Hiks...

Hiks...

Suara isak tangisnya terdengar samar di ruangan bernuansa putih abu itu. Karena ia menelengkupkan kepalanya disela-sela kakinya.

Tak ada yang tau tentang kondisinya sekarang. Hanya ditemani hawa dingin dan juga kesunyiannya.

Cukup lama terdiam dengan isak tangisnya. Senja mendongak–menggerakkan jari tangannya untuk menghapus jejak air matanya.

"Ini belum apa-apa, ayo kuat ga boleh tumbang gitu aja" monolognya menyemangati.

Senja tersenyum, hingga beberapa detik berlalu senyumannya kembali pudar. Digantikan dengan tatapan sendu nan dingin itu.

Memory kelamnya kembali berputar. Tangannya menggepal, kala suara-suara itu kembali terdengar di rungunya. Namun, disaat yang bersamaan ia juga kembali lemah. Kepalan tangannya mulai mengendur, lalu terangkat naik menutupi telinganya.

Air matanya mengembun di pelupuk matanya. Membuat penglihatannya menjadi buram.

Ia memejamkan matanya, membuat cairan itu kembali luruh.

"Stop!" pekik gadis itu tiba-tiba.

Senja semakin terisak dengan kedua tangan yang masih menutup telinga.

_00_

"Ghe, tunggu" ucapnya menahan pergelangan tangan Ghea.

Ghea dengan cepat menepis kasar tangan Haikal. Ia menatap kesal laki-laki didepannya dengan bersedekap dada.

"Apa?" dengan alis yang terangkat naik.

Haikal menghela napas, matanya terpejam sesaat lalu kembali terbuka menatap gadis didepannya.

"Senja mana?" tanya Haikal too the point.

Ghea memutar bola matanya malas.

"Urusan apa?" bukannya menjawab Ghea balik bertanya.

"Gue tanya di mana Senja?" Haikal menaikkan nada bicaranya.

Ia berusaha menahan agar  emosinya tidak terpancing. Niatnya hanya ingin tahu di mana Senja, tidak lebih.

Mendengar nada bicara Haikal yang sedikit meninggi membuat nyalinya sedikit menciut. Bagaimana tidak, di sini tidak ada orang yang berlalu lalang hanya dirinya dan juga... Haikal?

Oke, Ghea tenang.

"Sama Aksa dan setelahnya gue gak tau." jawab Ghea jujur.

"Gue tadi liat Aksa dan dia juga nggak sama Senja." ucap Haikal membuat kening Ghea berkerut.

"Ha?" beo Ghea.

"Iya." singkat Haikal.

"Ya gue ga tau kalo itu." Ghea menghendikan bahunya acuh.

_00_

"Arrgghhhh, berisik" teriak Senja semakin histeris.

Suara-suara itu semakin memenuhi telinganya. Semesta terlalu bercanda untuk membuatnya bahagia lalu membuatnya kembali sakit yang teramat dalam sekejap.

"Nggak!" Senja menggeleng pelan.

Janji ya jangan tinggalin gue.

Iya janji.

Lo lebih cantik dari pada Senja itu.

Haha... Aksa sini.

Jangan lari nanti jatoh.

Percaya sama gue ya, gue mau obatin luka itu.

"PERGI!" teriak Senja semakin menjadi.

Kejadian itu membuat mentalnya sedikit terganggu. Baru saja kemarin ia merasa bahagia lalu sekarang? Dibuat hancur oleh orang yang sama.

Senja menurunkan kedua tangannya. Beranjak dari tempatnya lalu berjalan menuju cermin besar yang berada di pojokan.

Hingga sudah berada tepat di depan cermin ia langsung bersimpuh dengan pandangan lurus menatap pantulannya di cermin.

Tidak ada kata 'baik-baik saja' di pantulan cermin itu. Hanya ada satu kata yang tepat 'hancur' mungkin itulah kata yang cocok.

Tatapannya kosong, tidak tersirat kebahagiaan apapun di dalamnya. Dunianya kembali hancur, hanya dalam waktu yang begitu singkat.

Mungkin... Lukanya abadi.

Luka yang kemarin pun belum sepenuhnya sembuh dan pulih, dan sekarang ia harus kembali mendapat luka yang sama.

Fisiknya memang tidak terluka, tapi batinnya lah yang terluka.

Luka batin tidak bisa dianggap main-main bukan? Apalagi sampai membuat psikisnya terganggu.

Cukup lama terdiam, karena pikirannya kosong. Gadis itu tiba-tiba saja kembali berteriak.

"Arrgghhhh... Brengsek!" Senja mengerang keras.

Ia menarik rambutnya frustasi. Bahkan air matanya pun turun semakin deras. Kepalanya terasa pusing dan sakit sekarang. Mungkin karena efek hujan-hujanan tadi ditambah ia tidak bisa mengontrol emosinya.

Perlahan tarikan rambutnya mulai mengendur lalu beralih memegangi pelipisnya.

"S-akit" lirih Senja.

Pandangannya mulai menggelap, hingga tak lama tubuhnya pun limbung karena tak kuat lagi menahan sakit di kepalanya.

Senja kehilangan kesadarannya.

_00_

"Sepi" gumamnya menatap rumah didepannya.

Haikal sudah beberapa kali menelpon gadis itu, namun sayang tidak ada balasan sama sekali.

Dengan perasaan cemas, seusai bertemu dan bertanya pada Ghea, laki-laki itu dengan cepat menuju rumahnya. Namun, sayang saat berada di depan rumahnya. Semua lampu di rumah itu tidak ada yang menyala sama sekali. Terlihat gelap dan sepi.

"Apa ga ada di rumah ya?" monolog Haikal bertanya.

Ia menghembuskan napasnya pelan. Mungkin gadis itu sedang tidak ada di rumah. Haikal memutar kunci motornya dan menyalakannya. Ia melajukan motornya itu pergi dari pelataran rumah Senja.

***
Tbc

Ohayooo, sorry banget yaaa telat up😓
Mocc sibuk bikin AU 🤧
Btw ada yang mau baca AU mocc nggk?
Jangan lupa tinggalin jejak nya ya...

Dejavu Luka(Dirombak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang