00.08🥀

34 19 0
                                    


Follow
Vote
Komen

Happy reading 🍁

"Terbiasa dengan kehadirannya membuat ku terlalu bergantung padanya"

_Queenza Senja Kinara

Setelah dari UKS keduanya pun kembali ke kelasnya masing-masing dan untungnya guru yang masuk hari ini belum sampai dikelasnya meskipun bell sudah berbunyi.

Senja duduk di bangkunya dengan tenang nafasnya sedikit memburu karena ia tadi berlari menuju kelasnya karena takut pak Harto akan memulai pelajaran fisika nya.

Ia menetralkan nafasnya lalu tak lama pak Harto pun masuk dan memulai pembelajaran fisika. Pelajaran berjalan dengan lancar hingga bell kembali berbunyi.

Senja berjalan dengan langkah lesu menuju parkiran. Lelah? Sudah pasti apalagi saat jam pelajaran tadi sangat menguras energi nya. Huh... Memang tidak pernah kira-kira guru fisika nya itu kalau memberi soal.

Gadis itu menunggu Aksa untuk pulang bersama karena ia yang memintanya.

Beberapa menit menunggu akhirnya cowok itu datang. Aksa berlari menuju ke arahnya.

"Sorry ya lama tadi ada urusan bentar" ucap Aksa.

Senja tersenyum "gapapa kok"

"Ya udah yuk" Aksa menarik tangannya menuju motornya.

Keduanya pun berjalan menuju motor Aksa.

Sesampainya ia langsung memberikan helmnya pada gadis itu. Senja menerima helm tersebut lalu memakainya.

Senja naik ke atas motornya dan melingkarkan tangannya di pinggang Aksa. Aksa menyalakan motornya lalu melesat pergi meninggalkan area sekolah.

_00_


Tak butuh waktu lama keduanya pun sampai di rumah Senja. Aksa memarkirkan motornya didepan rumahnya. Senja turun lalu melepas helm yang dipakainya.

"Makasih sa" ucapnya memberikan helmnya pada Aksa.

"Sama-sama" Aksa tersenyum ke arahnya.

"Gue langsung pulang aja ya. Bunda udah nungguin" ujarnya kembali menyalakan mesin motornya.

Senja mengangguk "iya. Titip salam buat bunda Selina ya"

Aksa mengacungkan jempol nya lalu kembali melajukan motornya pergi. Senja menatap Aksa yang mulai menghilang dari pandangannya lalu berbalik dan melangkah masuk.

Gadis itu melemparkan tasnya ke atas ranjang lalu membantingkan tubuhnya juga ia menghembuskan nafas berat. Perasaan nya tidak enak ada sesuatu yang mengganjal di hatinya seperti akan kehilangan sesuatu.

Ia menggeleng cepat berusaha menghilangkan pikiran buruknya itu.

"Gak boleh negatif okay" monolognya berusaha menepis.

Senja bangun lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya yang terasa lengket itu.

_00_

Malam pun kembali menyapa ia mengadah ke atas melihat langit yang penuh bintang itu. Semilir angin malam menerpa kulit wajahnya.

Cantik, satu kata yang selalu ia ucapkan saat melihat bintang. Bagaimana tidak? Disaat kegelapan menyelimuti bintang dan bulan selalu ada menghiasi langit itu.

Dejavu Luka(Dirombak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang