🍒 BAB 23 🍒

4.2K 587 184
                                    

"Nah, akhirnya..."

Jennie tersenyum lebar dan memeluk Lisa dengan senang. Ini mungkin reaksi yang berlebihan. Tapi sejak seringnya mereka berbicara di balkon tanpa menatap secara langsung, Jennie begitu senang ketika mereka bertemu meski secara tak sengaja di lorong kampus.

"Emmm, kau kenapa?" Tanya Lisa, terkekeh sambil perlahan melepaskan pelukan itu.

Jennie cemberut karena pelukan mereka di lepaskan dengan cepat.

"Aku merindukanmu, Lisa..." Rengek Jennie dan dia melangkah lalu kembali memeluk Lisa lagi.

"Baiklah... tapi, bukankah kita bertemu setiap hari?" Tanya Lisa heran. Meski begitu, dia melingkarkan tangannya di pinggang Jennie.

"Ya. Tapi, kita hanya berbicara di balkon tanpa melihat satu sama lain. Aku senang akhirnya melihatmu seperti ini lagi."

"Kau konyol. Aku tahu aku orang yang sulit di lupakan tapi tak percaya bahwa kau sangat merindukanku seperti ini." Kata Lisa. Seperti biasa, dia selalu bicara dengan penuh percaya diri.

Jennie mendengus. Jika di hari lain, dia benci dengan kepercayaan diri Lisa dan akan menjauhkan Lisa darinya. Tapi tidak sekarang karena dia sangat merindukan teman sekamarnya itu.

Kepalanya bersandar di dada Lisa dan dia memejamkan matanya, merasakan kenyamanan dalam pelukan itu.

"Meskipun aku tidak keberatan, kapan kau akan melepaskan ini karena orang-orang mulai memperhatikan." Lisa memberi tahu. Jennie menoleh dan benar saja, semua orang menatap mereka dengan pandangan ingin tahu.

Jennie mendengus dan mulai melepaskan pelukan Lisa. Tapi, karena tak mau momen itu berakhir, Jennie menarik pergelangan tangan Lisa dan mencari tempat agar mereka bisa berduaan.

Lisa hanya bisa pasrah. Apa yang bisa dia lakukan? Lagipula, dia tak keberatan dengan temannya yang ingin memeluknya.

Hanya saja, Lisa benci menjadi perbincangan orang-orang. Karena terkadang, orang-orang bicara tanpa tahu faktanya dan bagi Lisa, itu adalah hal menjijikkan yang tak mau dia dengar.

Mereka pergi ke taman kampus dan mereka duduk di rumput hijau yang tumbuh. Lisa duduk di samping Jennie, memberi jarak yang cukup. Namun Jennie menggeser dirinya hingga bahu mereka saling bersentuhan.

"Disinilah aku dan Taehyung biasanya menghabiskan waktu kami saat makan siang selesai." Kata Jennie, mulai menceritakan sambil menyenderkan kepalanya ke bahu Lisa.

Sedikit kegembiraan Lisa lenyap saat mendengar nama itu. Namun Lisa tetaplah Lisa yang tenang dan mendengarkan apa yang akan teman sekamarnya bicarakan.

"Hmmm, begitu?"

"Ya. Kadang, Taehyung tertidur di pangkuanku dan aku hanya menatap wajahnya. Aku suka sekali melihat wajah pacarku." Jawab Jennie sambil tersenyum.

"Jangan terlalu jatuh hati. Jika nanti kau patah hati, akan sulit untuk menyembuhkannya." Lisa memperingatkan. Jennie mendengus namun menarik satu tangan Lisa untuk di peluk.

"Jangan bicara begitu. Taehyung tak akan mungkin membuatku patah hati. Dia pria yang sangat baik." Kata Jennie membela Taehyung.

"Percaya diri sekali." Dengus Lisa.

"Apa yang bisa Taehyung lakukan untuk menyakitiku? Dia bukanlah pemain wanita sepertimu, Lis." Jennie terkekeh sambil menyodok pipi Lisa dengan jarinya.

Lisa memutar matanya, tapi tidak membantah. Jennie memeluk tangan Lisa lebih erat. Dia senang bisa dekat dengan temannya seperti ini lagi. Ini mengingatkan pada saat mereka memulai pertemanan lagi.

JENLISA - FEEL THE TOUCH (GIP) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang