SUAMI ISTRI

981 82 3
                                    

Setelah selesai melihat-lihat kebun cabe milik Wira, Ellen kemudian berjalan ke sebuah sawah yang ada disamping kebun ini untuk sekedar menikmati suasananya.

Beberapa kali Ellen mengambil objek foto sawah juga orang yang tengah bekerja dengan ponsel genggamnya. Karena terlalu asik mengambil foto, Ellen sampai tak sadar jika galengan atau pematang sawah yang dipijaknya terdapat lumpur sehingga membuatnya terpeleset lalu jatuh kedalam sawah yang masih baru ditanam itu.

"AaKHH..." suara teriakan Ellen membuat kedua orang yang sejak tadi sedang asik mengobrol langsung menoleh.

Wira yang melihat istrinya jatuh kesawah langsung bergegas berlari menghampiri Ellen. Setengah tubuh Ellen sudah dipenuhi oleh lumpur begitupun dengan wajahnya yang terkena cipratan lumpur. Untungnya ponsel Ellen tak ikut jatuh ataupun terkena lumpur karena saat jatuh tadi dia dengan sigap langsung mengangkat sebelah tangannya yang sedang memegang ponselnya. Wira turun kesawah tersebut guna membantu Ellen untuk berdiri. Kaki sebelah kanan Ellen terasa sedikit sakit akibat terpeleset tadi.

"Kok bisa jatuh Dek?" tanya Wira setelah membantu Ellen.

"Kepeleset habis nginjak lumpur. Ssshh..aduhh." ringis Ellen.

"Apanya yang sakit."

Ellen tak menjawab dia langsung memegang kakinya yang terasa sedikit sakit.

"Ajak kesungai dulu Wir, buat bersihin lumpurnya." ujar bapak-bapak yang tadi mengobrol dengan Wira ikut menyusul mereka.

"Nggih pak. Kita kesungai dulu ya." ucap Wira pada Ellen.

"Iya."

Wira menggandeng tangan istrinya menuju kearah sungai yang ada disekitar sana. Wira meminta Ellen untuk melepaskan alas kakinya karena sejak tadi istrinya itu sedikit kesusahan saat berjalan dikarenakan sandalnya yang dipenuhi oleh lumpur. Ellen menuruti ucapan Wira lalu menenteng sandalnya. Lumayan cukup jauh mereka berjalan dari kebun cabe ke sungai yang akan mereka tuju. Sesampainya disungai tersebut, sawah yang berada disisi kanan dan kiri sungai ternyata sedang panen, mungkin ada sekitar sepuluh orang yang bekerja mengarit padi yang warnanya sudah menguning itu. Terlihat juga ada seorang bapak-bapak yang sedang membajak sawah dengan mesin traktornya.

"Nopo'o niku Wir?" tanya salah satu ibu-ibu yang ikut memanen padi.

"Habis jatuh tadi bu."

"Owalah, Yo wes resiki disek niku, saaken."
{Yasudah bersihin dulu itu, kasihan}

"Nggih bu." Wira kemudian menuntun Ellen untuk turun kesungai.

"Ponselku taruh mana?" tanya Ellen.

"Taruh diatas batu ini saja." tunjuk Wira kearah batu yang ukurannya sedikit besar.

"Nanti jatuh."

"Ndak bakal jatuh Dek. Taruh sini saja ponselnya."

Ellen akhirnya menaruh ponselnya diatas batu yang tadi ditunjuk oleh Wira. Setelah itu Ellen dibantu oleh Wira masuk kedalam air sungai yang dimana airnya terlihat jernih dan bersih serta mengalir dengan cukup deras. Wira membantu membersihkan lumpur yang ada dibadan Ellen.

"Itu mukanya, jangan lupa dibersihin juga Dek." kata Wira.

Ellen pun langsung membasuh wajahnya. Rasa dingin dan segar yang Ellen dapatkan saat air sungai tersebut mengenai wajahnya .

"Niku sintene Wira." tanya ibu-ibu yang bekerja kepada temannya.
{Itu siapanya Wira}

"Bojone niku."

"Loh, sudah punya istri. Ora sido karo anak wadone bu Yayuk?"
{Tidak jadi sama anak perempuannya bu Yayuk}

"Wira ndak pernah Cedhak karo anake Yayuk. Niku Yayuke wae seng koar-koar." timpal ibu-ibu yang lain.
{Wira tidak pernah dekat dengan anaknya Yayuk. Itu Yayuknya saja yang koar-koar}

ELLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang