Chapter 57

550 82 5
                                    

Chapter 57: Huek!!!!!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 57: Huek!!!!!!!

Pembangunan kota terus dilakukan tanpa henti.

Pada bulan ke empat, Kaisar mendirikan pangkalan militer di Karangkemuning. Untuk saat ini Karangkemuning adalah pelabuhan terbesar di bagian selatan Pulau Jawa, jadi Kaisar tidak ingin pemberontakan di Kota pelabuhan seperti di Semarang dan Jepara terulang kembali.

Ratusan prajurit yang disiagakan juga menambah keramaian kota.

Bulan berikutnya Mas Pengging memboyong ahli medis terkenal di ibukota kekaisaran untuk menetap di Karangkemuning.

Mas Pengging berpikir bahwasanya akan lebih baik jika ada orang yang mengerti ilmu kesehatan.

Siang malam, Mas Pengging dan para bawahannya mengupayakan ide-ide lain untuk mempercepat kemajuan Kadipaten.

Saluran-saluran irigasi terus diperluas di sisi Utara Kadipaten, memungkinan untuk membuka lebih banyak tanah pertanian.

Pada bulan ke enam, munculah komoditas baru yang menghasilkan.

Mas Pengging memperkerjakan orang-orang untuk memproduksi garam dari penguapan air laut.

Setelah setengah tahun Ibukota Kadipaten Karangkemuning sudah memiliki lebih dari 200 rumah tangga.

Jika satu rumah tangga beranggotakan dua orang  atau lebih, maka jumlahnya sudah cukup untuk saat ini.

Bulan berikutnya Mas Pengging memboyong dua sarjana untuk menjadi pengajar di sekolah yang ia bangun. Bagaimanapun lebih banyak tenaga pelajar, berarti akan ada lebih banyak sumber daya manusia yang baik.

Pada saat itu Kota Kadipaten sudah mulai dijadikan tempat persinggahan para pedagang dari luar Kadipaten, mempercepat lonjakan ekonomi kearah yang lebih baik.

Setiap pedagang dari jauh juga akan mampir ke Kediaman Mas Pengging untuk menawarkan dagangannya.

Raden Hemas merasa, meskipun semua kebutuhan akan dibelanjakan oleh abdi-abdi. Namun tetap ada kebutuhan pribadi miliknya yang tidak bisa dibeli oleh orang lain.

Secara rutin ada pedagang kain dari ibukota yang singgah untuk menunjukan kain-kain berkualitas dengan corak yang indah untuk dijadikan pakaian.

Selain itu, belum ada toko kosmetik di kota ini. Pedagang dari luar kota secar rutin memasok kebutuhan Raden Hemas.

Bedak, pemerah bibir, perona pipi, perias alis wewangian, minyak rambut, lulur. Semua dikirim dengan jumlah yang tidak sedikit atas perintah Mas Pengging.

Selain itu sebagai suami yang baik hati, Mas Pengging tentu mengerti kesenangan seorang istri adalah untuk bisa tampil dengan baik.

Oleh karenanya Mas Pengging beberapa kali mengundang pengrajin untuk datang dan menawarkan barang-barang aksesoris seperti kipas tangan, sapu tangan, bros, hingga hiasan kepala.

[BL] Kartika Ing Kisma Dhahas 🔞 | END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang