1 tahun, 2 tahun, 3 tahun lebih 5 bulan telah berlalu sedikit demi sedikit dengan pasti semua berubah.
Aku masih tetap sibuk dengan kuliah akhirku, mengajar di beberapa SMA sebagai guru honor, juga sebagai pemandu wisata. Semua yang aku suka aku lakukan di dunia ini kecuali beberapa hal yang memang tidak bisa aku lakukan. Salah satunya gini sebenarnya aku lolos seleksi yang hadiahnya mendapat beasiswa ke Jerman. Tapi abah dan ummi melarangku pergi sendirian. Jadi semuanya aku batalkan, mimpi yang tidak tercapai. Yasudahlah tetap semangat lagi pula aku sudah hampir kelar kuliah bentar lagi. Tinggal nunggu sidang insya allah lancar.
Beberapa minggu yang lalu aku janjian makan-makan bersama kedua sahabatku. Mereka juga sudah sangat berubah dan mereka terlihat lebih cantik dari sebelumnya.
Si Hanan tambah gemuk, dia menikah setelah menyelesaikan D3-nya. Sekarang dia sedang hamil 7 bulan, tapi dia masih lincah saja. Soal Tika dia menjadi wiraswasta membangun bisnis jilbab dan tempat bimbingan belajar. Bener-bener sukses jadi wanita karir, kabarnya Tika juga akan segera menikah.
Untukku, aku malah terdampar disini setelah bertemu kedua sahabatku itu. Perasaanku begitu kacau, aku tidak ingin pulang dalam keadaan seperti ini.
Duduk diantara kursi taman dan memasang headset di telingaku sambil berfikir tentang ini dan itu di tengah taman kabupaten sendirian. Satu lagu dari Lewis Calpadi dalam playlist favoritku menemaniku menikmati angin semilir.
You're not here to get me through it all
I let my guard down and then you pulled the rug"Mereka sudah menikah dan mau menikah, orang tuaku juga mendesakku dengan alasan sudah tua ingin melihat aku segera menikah tapi aku sekarang sendiri..." dalam hatiku aku terpaku.
I was getting kinda used to being someone you loved
Didekat taman melihat seorang ibu hamil dan suaminya sedang berjalan tanpa alas kaki di dekat lapangan. Mereka sepertinya bahagia. Rasanya iri melihat pasangan itu. Lalu aku alihkan pandanganku pada jemariku. Aku memandang cincin pemberian Adit. Hadiah terakhir dari Adit sebelum ia menghilang.
I tend to close my eyes when it hurts sometimes
Air mataku tiba-tiba menetes sendiri tanpa aku sadari. Sebelum orang disekitarku menyadari kekonyolanku dengan cepat aku menghapus air mataku. Aku menghela nafas dan berdiri melanjutkan berjalan ke rumah.
Hah.
Berjalan ke rumah sendirian rasanya sepi juga dingin sekali. Mungkin ini perngaruh karena kemarin habis ada gerhana apalagi ditambah dengan tulang punggungku mau copot gara-gara tadi aku memandu bule jerman dengan anak-anaknya minta aku gendong.
☘️☘️☘️☘️☘️
Di rumah mood-ku sedikit terobati dengan keisengan adikku. Si Putra yang sudah masuk SD tidak jera-jeranya menggangguku. Begini ceritanya, aku sedang mandi tapi dia matikan lampunya terus air di bak habis dia matikan airnya yang mengalir dari sumur. Padahal aku sedang keramas akhirnya aku teriak-teriak minta dihidupkan air dan lampunya eh yang ada aku kepleset soalnya gelap. Dari semua itu dia dimarahi oleh ummi.
Ada-ada saja anak zaman sekarang.
Setelah mandi aku sholat isyak dan langsung berbaring di ranjang. Aku melihat dinding rumah aku memikirkan tentang jodoh, apa ada? Mungkin itu sebuah keajaiban dari Allah...
Tapi hatiku masih terpaku pada Adit. Aku tidak mengerti tentang jodoh dan cinta yang seolah mempermainkan aku. Aku tidak mengerti kenapa Adit menghilang.
Setelah aku lulus seleksi masuk perguruan tinggi dia menghilang seperti ditelan bumi. Tidak pernah ke rumahnya lagi setelah 4 tahun lalu. Saat aku mengunjungi rumahnya, semua terlihat sepi dan hanya ada seorang pengurus rumah yang sepertinya aku baru melihatnya. Pengurus rumah itupun tidak tahu apapun tentang Adit.
Aku tidak tahu harus mencarinya kemana lagi. E-mail tidak dibalas, HP tidak aktif, aku bertanya-tanya apa maksudnya? Kenapa dia tiba-tiba datang lalu tiba-tiba pergi.
Sejujurnya aku cemas dan seperti ada yang hilang dari hidupku. Walaupun begitu aku terus melanjutkan hidupku dengan menambah banyak kegiatanku agar tidak memikirkan Adit.
☘️☘️☘️☘️☘️
Pagi-paginya saat aku sarapan pagi ummi kembali msnasehati aku soal pasangan hidup lagi, lagi dan lagi.
"Kamu itu Dug sudah gedhe bentar lagi udah jadi sarjana juga udah kerja, temen kamu si Hanan sudah menikah sekarang hamil terus kemarin ummi terima undangan pernikahan Tika yang sama sibuk kayak kamu tapi dia udah mau nikah. Jadi intinya kamu saja yang tidak mau cari pendamping," Ummi menasehatiku sambil memasak.
"...", tidak aku jawab.
"Jodoh itu emang gak kemana tapi kedatangannya itu tergatung usaha kita juga," tambah ummi lagi.
Bahkan Ummi merencanakan menjodohkan aku segala. Aku diperlihatkan foto cowok yang mau dijodohkan tapi aku tidak peduli karena perutku tiba-tiba malah mules. Dari balik pintu kamar mandi Ummi terus ngomong dan merayuku. Rasanya tidak enak didengar tetangga nanti dikirain aku gak laku lagi ya aku iya-iya-in saja. Lagian Ummi janji cuma 20 menit ngobrol sama Ummi dan teman Ummi juga anak lelaki yang mau dijodohkan denganku.
Dalam hati aku membantin itu gak masalah, Arini. Soal mau enggaknya nikahkan masih bisa dipikir nanti. Itu yang ada dalam pikiran dan batinku.
☘️☘️☘️☘️☘️
Beberapa hari kemudian aku disuruh datang ke coffee shop langganan Ummi. Sebelum masuk aku seperti melihat Zen, apa iya itu Zen. Lupakan mungkin itu hanya khayalan aku saja.
Tapi tidak disangka ternyata yang mau dijodohkan denganku adalah Zen. Jelas aku tidak tahu karena ibuku bilangnya nama lelaki itu Hasan. Enggak ada embel-embel Zenjaya. Kalau tahu itu Zen, aku tidak ingin datang sama sekali. Sekalipun itu sudah sangat lama tapi luka itu membuka lagi ketika melihat Zen. Bukan karena masih cinta tapi trauma akan sosok Zen di SMA sangat membekas di sini. Aku takut aku salah menilai lagi dan akan hancur sekali lagi, aku tidak tahu apa tapi dia seperti sesuatu yang diluar perkiraanku.
Yasudahlah, hanya bertemu saja toh. Akhirnya aku hanya diam terpaku. Tidak tahu harus bagaimana dalam 20 menit. Aku sibuk menghitung menit dan ketika sudah usai, aku berniat untuk izin pergi namun Ummi terus menahanku untuk tetap tinggal. Ini lebih sulit dari perkiraanku. Hanya Ummiku dan Umminya Zen yang ngobrol.
☘️☘️☘️☘️☘️
Sampai di rumah ummiku merayu aku, dia tanya apa aku suka pada Zen. Kalau aku pikir-pikir aku masih jengkel pada Zen. Dia kan enggak suka sama aku. Dia itu cuma suka sama cewek seksi, cantik kayak Miuki bukan aku. Aku ini kan gemuk, pendek, dan enggak cantik.
"Hei..." Ummiku mebuyarkan lamunanku.
"Entah Ummi, lagi pula aku baru bertemu," kataku berkata seadanya.
"Bukanya dia teman SMA kamu, Dug?" Ummiku tidak mau kalah.
"Ya kayaknya Ummi. Oya Ummi besok aku sidang jadi aku mau istirahat buat besok. Doain anakmu ini ya Ummi muaah...." kemudian aku berhasil pergi dari ruang introgasi dengan alasan yang tepat tanpa bisa diganggu gugat.
Alhamdulillah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married!
SpiritualNamaku Rin. Cerita ini dimulai saat aku masih SMA bertahun-tahun silam, saat nama jurusan di SMA masih setia dengan nama IPA dan IPS bukan MIA atau IIS. Tahun itu belum marak yang namanya Line, Path, Instagram dan kawan-kawannya. Tahun di mana layar...