"Jadi sekarang perasaan kamu sebenarnya gimana beb..." Hanan meninggikan suaranya namun dengan suara yang sedikit ditahan agar tidak terdengar ke tempat lain. Aku mengangkat bahuku. Lalu kedua sahabatku hanya menghembuskan nafas mereka.
"Bicaralah dulu dengan koko sana! Kami tunggu di sini siapa tahu akan membuka pikiranmu." Pertintah Tika dibantu oleh Hanan yang semangat 45 mengusirku ke meja sebelah.
...
"Adit boleh aku tanya" Aku mencoba membenahi dudukku agar bokongku menemukan posisi yang nyaman.
"Apa?" Kata Adit yang mulai fokus dengan percakapan kami setelah menyesap kopi didepannya.
"Apa tujuan kamu ketemu aku di pemakaman ayah Zen?"
"Aku ingin bertemu denganmu waktu itu bersama kedua sahabatmu tapi bertepatan 'ayah mertua' kamu pergi" Kata Adit seolah memberi penekanan pada kata 'ayah mertua'.
"Untuk apa kau ingin menemuiku?"
"Untuk menjadikan kamu milikku."
"Tapi aku sudah menikah sekarang."
"Ya aku tidak tahu waktu itu."
"Sekarang kau sudah tahu jadi apa yang akan kau lakukan?"
"Melepasmu dan memintaan maaf kepadamu."
"Kenapa?"
"Karena aku terlambat datang untukmu."
"Ko..."
"Ya"
"Kalau bertahun-tahun kau hidup dalam bayangan wanita yang kau cintai bahkan mencari sosoknya yang hilang bak ditelan bumi. Detik di mana harapanpun sudah nyaris hilang kemudian kau memtuskan menikah dengan wanita lain. Dan entah keberuntungan apa, wanita yang kau cintai datang menemuimu bukan hanya itu ia membawa sebongkah cinta yang sama besarnya dengan cinta yang kau punya. Kira-kira apa yang akan kau lakukan?" Aku mencoba memberikan simulasi terbalik untuknya.
"Aku tidak tahu Lin tapi tahukah kamu Lin apa nama kejadian ini, di mana kau dengan seseorang membangun sebuah maliga pernikahan kemudian ada orang lain yang hadir di luar pernikahanmu?"
"Apa?"
"Cobaan"
"Lin tahukah kau apa yang membedakan hubungan antara persahabatan, pertunangan, pacaran, teman tapi mesra, teman tapi ngebet atau hubungan aneh lainnya dengan sebuah pernikahan?"
"Penikahan lebih sakral mungkin" Kataku mencoba berinisiatif menebak pertanyaannya.
"Ya kamu benar lebih sakral. Tapi selain itu pernikahan itu bukan hanya disatukan oleh manusia tapi juga..." Penyataan yang ia buat menggantung sambil tersenyum getir untuk melanjutkan.
"Tuhan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married!
SpiritualNamaku Rin. Cerita ini dimulai saat aku masih SMA bertahun-tahun silam, saat nama jurusan di SMA masih setia dengan nama IPA dan IPS bukan MIA atau IIS. Tahun itu belum marak yang namanya Line, Path, Instagram dan kawan-kawannya. Tahun di mana layar...