Beberapa bulan berlalu dari acara sidang hingga acara wisuda telah aku lewati. Disuatu pagi-pagi subuh ada telpon. Aku kenal suaranya, ini suara Hanan, dia tampak sangat semangat ternyata dia sudah melahirkan anak kembar laki-laki. Aku disuruh untuk menengoknya secepatnya.
Setelah pulang mengantar turis hari ini, aku langsung janjian dengan Tika membeli perlengkapan bayi . Terus langsung ke RS menengok Hanan. Saat aku masuk ke RS aku seperti melihat kak Yuda aku kejar hingga aku benar-benar ngos-ngosan. Tapi tetap saja aku tidak bisa menemukan kak Yuda dimana-mana. Tika yang bingung sedang menungguku didepan kamar bersalin Hanan. Aku bercerita semuanya pada Hanan dan Tika tentang perjodohanku dengan Zen, tapi aku menyimpan sendiri tentang kak Yuda dan Adit.
"APA?" Dua sahabatku menjawab bersamaan hingga membangunkan suami Hanan yang sedang tidur.
"Apa kamu masih mencintainya?" Hanan menyelidik.
"Entahlah" Kataku dengan lemas.
"Yasudah ikuti saja kata hatimu, coba sholat istikhara ya" Hibur Tika.
"Emm baiklah...oya aku masih ada urusan jadi aku pergi dulu ya.." Kataku sambil berpamitan.
Aku pulang dari RS setelah magrib, menggunakan bus yang begitu lengang sore itu. Tapi jalan di lalu lintas semakin ramai, bicara apa aku ini. Rasanya begitu lemas tidak tahu mau apa, hampa sekali. Turun dari bus aku melihat supermaket itu aku jadi ingat waktu dulu Adit membelikan aku dan adikku es krim. Lalu kami bermain di taman. Dia mengajari adikku bermain basket, dan aku melihat mereka sambil duduk. Menyerap dalam-dalam dan menghembuskannya..
"Apa aku sedang dipermainkan? Kenapa semua seperti soal fisika? seberapapun lama diberi waktu mengerjakan aku tetap blank -_-" Aku bicara dalam hatiku lalu melanjutkan langkahku kembali.
...
Hari ini aku libur mengajar jadi aku putuskan mencari Adit lagi tapi hasilnya tetap tidak ada. Aku cari kakaknya di RS juga tidak ada. Aku lelah berhenti sebentar dan membeli sebotol minuman dingin.
"Adit apa aku harus menyimpan ini sendirian? apa hanya aku sendiri yang merasakannya..." Kataku dalam hati.
"Hi Rin sedang apa kau disini?"
"Hi Zen hanya sedang mencari sesuatu tadi, kau sendiri?" Tanyaku padanya sembari menyesab teh botolku.
"Aku ada klien yang menginap di RS. Dan soal perjodohan itu apa kau terima?" Tanyanya menyelidik
"..."
"Ada apa kau sudah punya calon?" Suaranya pelan hampir tak terdengar.
Aku hanya tersenyum lalu meneguk minumanku lagi. Melihat Hpku yang bergetar ternyata ada sms isinya adalah aku dapat job. Dan Zen bicara lagi membuatku buyar.
"Kalau iya aku akan membatalkannya, sungguh..." Katanya suaranya menjadi lebih lirih dari sebelumnya.
"Tidak, aku tidak punya calon hanya saja aku sedang mencari sesuatu yang hilang" Sulit untuk menemukan kata-kata yang pas untuk megatakan kalau aku sedang menuggu orang yang ditelan bumi. Ini gila namun hati tidak kenal dengan kata gila.
"Yang hilang apa itu?" Dia memojokkan aku.
"Sepotong hatiku" kataku absurd sambil tersenyum.
"Kamu baik-baik saja?"
"Tidak aku sedang tidak baik-baik saja, aku pergi dulu. Bye" Sekilas aku melihat senyum Zen yang masih seperti dulu pertama kali aku melihatnya dan membuat hatiku terguncang. Tidak aku harus fokus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Married!
SpiritualNamaku Rin. Cerita ini dimulai saat aku masih SMA bertahun-tahun silam, saat nama jurusan di SMA masih setia dengan nama IPA dan IPS bukan MIA atau IIS. Tahun itu belum marak yang namanya Line, Path, Instagram dan kawan-kawannya. Tahun di mana layar...