Law bersiul menggoda melihat lingerie yang dikenakan Elsa. Elsa berdecih melihat kelakuan bosnya itu. Sementara Jack sudah berada di kursi roda yang bisa ia control memakai remote. Bisa kalian bayangkan Jack menolak untuk diobati oleh para medis. Ia ingin diobati oleh Elsa. Manja sekali.
Dan semua laki-laki yang bekerja di SIA tidak mau menyia-nyiakan kesempatan sekali seumur hidup mereka untuk melihat agen terbaik memakai lingerie. Elsa menatap garang para lelaki yang menatap bagian tubuhnya.
"Misinya sudah kami selesaikan bukan?" Kata Elsa sambil berkacak pinggang dan menaikan alis berwarna coklatnya itu sebelah. Elsa sudah memberitahu siapa nama mafia yang belum terdaftar, ia juga sudah memberitahu bahwa ia membunuh Owen karena Owen hampir membunuh Jack, dan juga melecehkan Elsa.
"Ya, misi ini sudah selesai. Tapi sejujurnya aku agak kecewa kali ini," Law mengambil tabnya dan menyentuh layarnya beberapa kali, "Sedikit." Tambahnya.
"Kenapa?" Tanya Elsa heran, sedari tadi Jack hanya memperhatikan mereka berdua. Jack sudah tahu alasan kenapa bos yang notabene sahabatnya itu kecewa, toh ia sudah memberi pesan kepada Jack seorang dari awal misi.
"Sebenarnya aku ingin mereka masih hidup agar terdaftar dan aku bisa memasukkan mereka ke penjara kita. Namun kau sudah membunuhnya."
"Tunggu dulu, tunggu dulu. Jadi lebih penting yang mana? Kelangsungan hidup agenmu atau kelangsungan hidup mafia brengsek itu?" Kata Elsa sarkartis, Law lebih memilih kelangsungan hidup mafia itu daripada Jack?
"Dua-duanya penting, hanya saja jika satu mafia meninggal. Kau tahu apa yang akan terjadi beberapa tahun kemudian. Mereka itu Raja dan Ratunya, Elsa. Dan banyak yang ingin menjadi Raja dan Ratu. Lalu kasus itu akan terulang lagi dan lagi jika kita tidak mematikan calon-calon Raja dan Ratu."Kata Law menjelaskan, ketika pusat suatu bidang mafia redup. Maka akan ada yang mencoba untuk membangkitkannya lagi, kalau saja induknya tertangkap, Law bisa mengintrogasi mereka dan memaksa mereka memberitahu cabang-cabang anak buah mereka.
"Baiklah, maafkan aku. Aku lelah dengan segala penyiksaan psikologis dan seksual ini." Kata Elsa sembari mengajak Jack untuk mengobati luka-luka yang bersarang di tubuh Jack. Ketika Elsa baru berjalan beberapa langkah Law memanggil Elsa kembali.
"Kuberi kau libur dua minggu. Jernihkan pikiranmu, aku ingin kau bersenang-senang seperti wanita normal oke?" Kata Law, Law juga mengerlingkan matanya kepada Jack, Jack menyeringai senang.
Elsa hanya menjawab Law dengan anggukan dan tersenyum tipis, bahkan itu tidak bisa dibilang senyuman.
Ketika Elsa dan Jack sudah berada di ruang perawatan, Jack memegang pinggiran besi dengan kuat, rasa cambukan itu benar-benar berefek pada tubuhnya! Jack duduk di atas kasur putih yang biasa digunakan untuk orang-orang SIA yang terluka.
"Saat libur, kau ak-"
"Ssshhh." Kata Elsa sambil menempatkan telunjuknya di bibir Jack,mengisyaratkan agar Jack tidak banyak berbicara. Dengan iseng Jack menjilat jari Elsa sensual.
"J-Jack!" Kata Elsa sambil menjauhkan jarinya yang terkena saliva Jack, Elsa berdecih dan melemparkan segulung kain kasa kepada Jack. Jack tertawa geli melihat Ekspresi Elsa.
"Obati aku pelan-pelan ya." Kata Jack dengan nada menggoda di dalamnya.
"Akan ku obati secara kasar!" Ketus Elsa sambil memeras kain yang menyerap air hangat, lalu ia menyuruh Jack untuk membuka bajunya secara keseluruhan. Jack mengabaikan perintah Elsa. Jack ingin Elsa yang membukakan baju yang membalut tubuhnya itu.
"Jack buka! Kau kan punya tangan." Kata Elsa menolehkan wajahnya dari wajah Jack. Aish! Rasanya ia tahu apa yang akan terjadi habis ini.
"Tapi kan aku sakit... Aku tidak bisa menggerakan tanganku lihat, aw aw aw!" Dusta Jack dengan wajah manja kepada Elsa, Jack tersenyum manis dan menatap Elsa. Seolah-olah tatapannya itu berkata 'Ayolah, bukakan untukku. Please..'
Tanpa basa basi, Elsa membuka dasi Jack yang sudah ternoda darah itu, lalu melepaskan jas yang bisa dibilang sudah robek sana-sini bekas cambukan tersebut, kemudian rompi dan terakhir Elsa membuka kancingan kemeja Jack dengan nervous.
Elsa belum pernah dekat dengan pria yang ia kenal sedekat ini.
Sementara Jack menahan tubuhnya dengan menapakkan kedua telapak tangannya di atas selimut lembut berwarna putih, Jack bisa melihat Elsa membuka kancing kemejanya yang kelima dari enam kancing yang ada.
Dan Jack melihat semburat kemerahan muda di pipi wanita itu.
"Enjoy my body, Ms. Queen?" intrupsi Jack saat Elsa hanya diam ditempatnya dan melihat abs Jack. Elsa langsung gelagapan dan melepaskan kemeja tersebut.
'Shame myself.' Rutuk Elsa dalam hatinya, ia tidak bermaksud melihat perut sixpack itu, yah namun. Siapa yang bisa menolak untuk melihat sebentar?
Dengan perlahan tapi pasti, Elsa membersihkn luka-luka tersebut dengan kain hangat yang diperasnya tadi walaupun kadang Jack mengaduh kesakitan. Setelah selesai, Elsa mengobati luka-luka tersebut dengan antiseptic sampai membalut luka Jack dengan kain kasa.
Setelah tubuhnya bisa bergerak -sedikit- leluasa, ketika Elsa menatap hasil karya -medisnya- dengan cepat Jack melingkarkan tangannya ke pinggang Elsa lalu menariknya sehingga Elsa mendekat -sangat dekat- dengan Jack.
Jack mengendus-ngendus di bahu Elsa, dan menatap wanita yang masih memakai balutan lingerie putih yang beberapa bagiannya terkena bercak darah.
"Sejak kau memakai parfum bvlgari ?" Tanya Jack, Elsa tidak melakukan perlawanan apapun. Percuma saja, kemungkinan besar Jack akan mendominasinya jika mereka berdua bertengkar. Elsa mengendus dirinya sendiri, dan teringat.
Ia berada di pangkuan Owen selama beberapa jam -entahlah ia sendiri tak ingat-.
"Bukan urusanmu."
"Jawab aku, Siapa pria yang memangkumu itu?"
"Tidak mau, dan tidak akan kujawab." Kata Elsa keras kepala saat Jack mendongakkan wajahnya dan menatap Elsa lekat-lekat. Jack tidak berkata apa-apa lagi, tanpa aba-aba Jack menarik Elsa agar terbaring di kasur, lalu Jack mengangkat kedua kaki Elsa agar berada di atas pahanya.
"Masih tidak mau, hm?" Kata Jack sambil mendekatkan wajahnya ke leher Elsa, Elsa bisa merasakan tangan Jack yang mengelus kakinya perlahan sementara nafasnya di lehernya. Ia mendorong dada bidang Jack agar ia menjauh darinya. Elsa hanya merasa tidak nyaman karena posisi merak saat ini, plus pakaian kekurangan bahan yang ia kenakan.
"Akan kujawab! Menyingkirlah!" Elsa segera beringsut menjauh dari Jack, seolah-olah menjauhi ketakutan terbesarnya. Walaupun ia tak setakut itu.
"Dia pamanku." Kata Elsa dengan tatapan sayu, mengingat-ngingat bagaimana ia membunuh pamannya sendiri. Jack menggenggam tangan Elsa dan menatap mata berwarna biru tersebut, "Kau seharusnya tidak membunuhnya." Kata Jack sambil tersenyum iba, bahkan gadis ini membunuh pamannya sendiri agar ia tetap hidup.
"Lalu aku harus membiarkanmu mati begitu?!" Kata Elsa menaikan nada suaranya. Terdengar emosi di dalam kalimat yang ia ucapkan. Menurut Elsa, Jack begitu naïf. Pamannya menyiksa Jack dan ia sudah memohon agar Owen mengentikkan tindakannya, ya memang. Owen sudah menghentikan cambukannya tetapi ia malah melecehkan Elsa.
Astaga.
"Memiliki Anna saat ini, sudah cukup bagiku. You've gone too far." Elsa berjalan meninggalkan Jack yang terdiam di ruangan berbau obat-obatan itu.
-008-
"Kau tidak kelihatan baik, Elsa. Apa yang terjadi?" Kata Anna melepas apronnya dan meletakkan sepiring chocolate cake kemudian duduk di hadapan Elsa sambil menatapnya dengan tatapan menyelidik.
"Aku menemukan paman Owen. Lalu ia menyuruhku mengambil surat ini."
Dan saat Elsa membacanya, kakak adik itu tercekat dengan apa yang mereka dengar.
-008-
A/N
Maafkan typo. Maafkan sedikit. Tapi senggaknya gue memenuhi janji, udah seratus langsung di publish kan :<

KAMU SEDANG MEMBACA
Mission Frost
Fanfictie"This Mission revealed a hurt and a pain secret." - Elsa Queen "She's still alive, and she's even more cruel." - Jack Frost -008- Ketika cinta, humor, tragedi, dan masa lalu yang pahit terkuak dalam misi ini Siapa yang tahu, mereka akan berakhir sep...