Bab 32 Langkah Selanjutnya

604 123 40
                                    


Sebelumnya...

Vanilla berdiri di depan pintu apartemen Carakha, mengetuk pelan pintunya "Rakh? Lo di dalam?" Tapi tidak ada jawaban.

Dia menghela napas, kemudian mengeluarkan ponselnya untuk mencoba menghubungi Carakha lagi. Namun, sebelum sempat menekan tombol, suara langkah kak terdengar di belakangnya.

"Halo cantik?" suara itu membuatnya menoleh. Seorang pria bertubuh besar dengan senyum licik berdiri di sana, diapit dua pria lain yang lebih kecil. Mereka semua menatap dengan pandangan yang membuat Vanilla tak nyaman.

"Siapa kalian?" balas Vanilla, mencoba menjaga jarak. Namun, pria besar itu melangkah lebih dekat.

"Lo tamu istimewa malam ini." Sebelum Vanilla sempat bereaksi, salah satu dari mereka menarik tasnya, sementara yang lain memegang lengannya dengan kasar.

Vanilla meronta. "Lepasin gue! Dasar brengsek!" Vanilla mencoba melawan, tapi seseorang  tapi jumlah mereka membuatnya kewalahan. Seseorang menempelkan tisu di hidungnya membuat Vanilla langsung tak sadarkan diri. Mereka membopongnya masuk ke dalam lift, menutup pintu sebelum ada orang lain yang bisa melihat.

***

Vanilla membuka matanya, dia berada di dalam sebuah mobil van gelap, Vanilla duduk dengan tangan terikat. Dia berusaha tetap tenang, meskipun di sekelilingnya ada tawa mengejek dari para penculik.

"Bos bakal senang banget ngelihat lo. Kita bawa lo buat hancurin dia," ucap salah satu pria dengan nada penuh kebencian.

Vanilla mendongak, menatap mereka dengan tajam. "Dasar pengecut!!"

Pria itu menamparnya keras, membuat sudut bibirnya berdarah. "Diam lo!"

Mobil itu berhenti di sebuah gudang kosong, mereka membawa Vanilla masuk ke dalamnya. Vanilla mempesiapkan diri, meski terikat dia akan mencoba melawan. Dia tahu meski akan lebih sulit, tapi dia tak akan pasrah atau diam saja.

VAnilla mendorong salah satu pria dengan tubuhnya lalu melayangkan sebuah tendangan. 

"Hahaha, sialan," ucap salah satu penculik yang terkena tendangan Vanila. "Berani banget lo, lo kira bakal menang hah?."

Vanilla tersenyum tipis. "Kita belum mencobanya." Dengan cekatan  Vanila menghindar dan melakukan perlawanan menggunakan kedua kakinya. Dia  melayangkan tendangan ke arah dua pria sekaligus, tepat mengenai dadanya hingga dia terjengkang.

"Kurang ajar! Tangkap dia!" teriak pria besar yang tampaknya pemimpin mereka.

Dua orang lainnya bergerak bersamaan, tapi Vanilla gesit menghindari serangan mereka. Namun meski perlawanannya gigih, dia mulai kelelahan. Salah satu pria berhasil memegang lengannya, sementara yang lain menghantamkan tinju ke pipinya. Vanilla tersenyum miring. Bukan Vanilla kalau dia menyerah. 

"Kalian memang pengecut!" teriaknya, "Kalau kalian memang laki-laki tak mungkin kalian melawan seorang gadis dengan tangan terikat"

Kata-kata Vanilla berhasil memprofokasi,

"Lepaskan ikatannya, kita lihat saja berapa jauh kehebatannya!" ucap si pria besar. "Nggak ada kamusnya gue kalah sama cewek!"

Vanila tersenyum rencananya berhasil, dia akan lebih leluasa mengeluarkan ilu bela dirinya sekarang.

Sementara itu, dengan mengikuti sinyal GPS dari ponsel Vanilla. DIa sampai di pelataran depan gedung. "Ponsel Vanilla berada disekitar sini!" gumamnya. Dia melihat sebuah mobil Carakha mendekatinya, tapi kosong. "Mereka pasti membawa Vanilla menggunakan mobil ini dan ponselnya teringgal di dalam"

Mr. Detective I love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang