29. Cry Then Smile

576 29 8
                                    

SARAN!! Siapin tisu buat baca chapter ini.

Mohon maaf 🤍

Selamat membaca.

━━━━━━♡♥♡━━━━━━

Jika biasanya Azalea bangun dengan kondisi yang kurang baik, maka dia akan bangun dengan pakaian berwarna merah. Tapi kali ini dress yang melekat pada tubuhnya berwarna putih tulang. Kamarnya pun bukan kamar asing yang biasanya berakhir dia tempati hanya satu malam bersama Louis, sekarang dia berada di kamarnya sendiri. Tak ada Louis di sisinya namun boneka yang diberikan oleh pria itu tepat di sebelahnya seolah-olah boneka itu sebagai pengganti Louis. Apalagi Azalea bisa mencium aroma parfum khas Louis pada bonekanya.

Mengingat kembali aktivitasnya di kantor yang seharusnya difokuskan menyelesaikan pekerjaan, Azalea mengeluh karena pekerjaannya akan semakin menumpuk. Dia bahkan berpikir untuk berhenti bekerja sekarang. Tetapi pikirannya itu dia enyahkan dengan cepat. Berhenti bekerja baginya adalah pilihan yang paling buruk. Dia sudah sangat berusaha keras untuk mendapatkan posisinya sekarang. Meskipun dia putri dari ayahnya, Arthana tidak langsung memberikan posisi saat ini padanya. Jadi Azalea tak ingin membuang usahanya itu.

Secara spontan Azalea menarik selimutnya sampai menutupi kepalanya saat mendengar suara pintu terbuka. Dia tak ingin bertemu Louis saat ini, dia mabuk cukup parah. Walaupun ingatannya belum kembali sempurna atas kelakuannya yang mabuk di kantor, dia tak ingin menemui Louis karena biasanya Azalea selalu melakukan sesuatu yang memalukan saat mabuk.

"Kak, kau sudah bangun? Ayah sudah memasak untuk makan malam kita, jadi kuharap kau segera turun ke bawah." Rivan melangkah mendekati Azalea, pemuda itu sedikit mengintip celah selimut yang memperlihatkan kening kakaknya itu.

Rivan yang sedikit mempunyai sifat jahil, berpura-pura keluar dari kamar Azalea bahkan sengaja menutup pintunya sedikit keras agar kakaknya itu yakin bahwa dirinya telah pergi. Hasil dari kejahilannya itu tidak sia-sia, Azalea membuka selimutnya dan beranjak bangun seraya merenggangkan tangannya yang begitu pegal. Ketika wanita itu melirik ke samping, Azalea sontak berteriak karena Rivan ada di sana.

"HEI!! RIVAN KAU MENGEJUTKANKU!!"

Rivan meringis mengusap telinganya yang berdenging akibat teriakan Azalea, "Shh.. kau yang bisa membuat orang-orang terkena penyakit jantung! Tolong lain kali jangan berteriak seperti itu."

"Normal jika aku sangat terkejut sampai berteriak, lagi pula mengapa kau masih ada di sini??"

"Aku tidak salah ya, Kak! Kau saja yang aneh berpura-pura masih tidur padahal sudah bangun. Cepatlah turun!"

Azalea tetap kesal, tapi dia menahan Rivan saat adiknya itu akan pergi, "Di mana Louis?" tanyanya.

"Bersama Ayah. Dia membawamu pulang saat kau tidur tapi mengapa kau tidur begitu lama? Dari siang sampai malam!"

Azalea melepaskan tangan Rivan, dia berdiri mendorong adiknya itu untuk pergi dari kamarnya. Dia sangat tak suka mendengarkan adiknya yang banyak bertanya. Jadi alangkah baiknya dia mengusir Rivan. Meskipun pada akhirnya Azalea akan kembali berhadapan dengan adiknya itu.

Saat Azalea akan kembali ke kasur, pintu kembali terbuka. Entah mengapa Azalea spontan berlari menutup pintunya dan punggungnya bersandar ke pintu seolah-olah sedang menghalangi pintu terbuka. Dia bisa mendengar suara seseorang yang memintanya untuk membukakan pintu. Bukan lagi Rivan, melainkan Louis. Pria itu mengetuk pintunya berkali-kali dan memanggil-manggil Azalea.

Azalea My Flower { ON GOING }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang