9. Harum Bunga - Bunga Pribumi

35 4 37
                                    

𝐇𝐢𝐧𝐝𝐢𝐚 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐤𝐢𝐭𝐚, 𝐝𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐭𝐮𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𝐇𝐢𝐧𝐝𝐢𝐚 𝐁𝐞𝐥𝐚𝐧𝐝𝐚 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐭𝐚𝐧𝐚𝐡 𝐤𝐢𝐭𝐚, 𝐝𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐡𝐚𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐝𝐢 𝐭𝐮𝐚𝐧𝐧𝐲𝐚

_
Panji Dharma Widjaja
_



Selamat Membaca

"Panji!"

Pemuda berkulit cokelat dengan perawakan yang sedikit berisi itu berlari kecil menghampiri temannya yang bersusah payah untuk berdiri dan agak sempoyongan. Sesuai dugaannya bahwa temannya itu akan selalu mengikut campuri urusan yang beresiko. Dan inilah akibatnya.

"Wes guendheng kamu Panji!" Pria itu menolong Panji untuk berdiri meski celotehannya tak pernah berhenti barang sedetik.

"Opo sikk!"

"Yo kamu iki loh, sakit kan?"

"Pake nanya, yo sakitlah!"

Tersadar bahwa seseorang tengah mendekat, kedua pemuda pribumi itu menegakkan punggung – pun dengan pertengkaran mulut mereka yang terpaksa terjeda untuk sesaat. Kemudian sedikit membungkukkan badannya tatkala seorang pria Belanda telah berdiri menjulang didepan mereka.

"Panji, kau tak apa?" tanya seseorang dengan perawakan Belanda itu, terdengar sedikit kekhawatiran dalam suaranya.

Banyu sedikit terhenyak mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Matthijs Havellar. Dia hanya tidak menyangka saja bahwa ternyata masih ada kolonial yang mengkhawatirkan pribumi.

Dan dirinya lebih kaget lagi tatkala menyaksikan salah seorang pria Belanda lainnya yang menahan tangis tatkala seorang gadis pribumi terluka, bahkan pria Belanda itu sampai memeluk gadis itu. Ah, jika dia berpikir bahwa Wanita itu adalah selirnya, akan tidak mungkin juga pria Belanda itu sampai sebegitunya untuk melindungi wanitanya.

* Selir : sebutan bagi Wanita pribumi simpanan seorang kolonial Belanda tanpa adanya ikatan 'pernikahan'

Apakah kolonial itu tengah jatuh cinta pada tawanannya sendiri? Pikirnya.

Panji mengangguk dan mengulas kurva indah, "Saya baik Sir Matth, ini tidak seberapa dari cambukan Romo di Soerabaja" kemudian pemuda itu sedikit tertawa, dan membuat Banyu kembali ke kenyataan.

*Romo : sebutan ayah di jawa

"Apa kau yakin, bukankah seharusnya kita obati saja dulu lukamu?"

"Ah, tidak apa Sir Matth lagipula setelah ini saya harus menemui seseorang"

Pria berdarah campuran Eropa dan Pribumi itu kemudian mengangguk, menyetujui pendapat sang lawan bicara. Tapi meski begitu, dia tetap saja khawatir dengan luka pemuda pribumi itu. Juga dengan Melia, dia mendapat luka yang sedikit lebih parah, dan tentu saja pria itu – Jenandra langsung membawanya pulang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: a day ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Melia : Sebuah Cinta yang TertinggalWhere stories live. Discover now