Hallo, selamat membaca!
Jangan lupa dukung cerita ini dengan vote komennya ya 🌷
Take time ⌚
°•°•°
Cuaca malam ini sangat murung. Hujan deras di sertai petir dan angin. Suasana itu seakan mendukung dengan keadaan seorang pria yang terikat besi, lengannya di bentang, ia di paksa berdiri walaupun tubuhnya sudah lemah. Dia di siksa dari malam hingga tengah malam.
Dia menatap sang pelaku tajam, Drake pria itu kini sedang berdiri dengan sarung tangan hitam, sepatu boot hitam, tak lupa jas hitam yang menutup seluruh badan.
Drake terkekeh sinis, ia kini memegang handphone sang korban yang sejak awal ia bereskan. Mengecek tiap chat yang ada. Bersih. Tak ada apapun di handphonenya. Namun drake tak bodoh, ia segera mematikan seluruh akses di handphone itu. Agar Allard tak bisa mengaksesnya, sebelum mereka tiba di tempat ini.
"Kau lalat yang tidak berguna sekali, selalu berada di dekat Natalie. Selalu mengangguku untuk mendekatinya, kenapa allard menempatkan orang lemah seperti mu."
Zele tidak lemah, namun Drake licik. Pria itu membius zele sebelumnya. Zele yang tidak sadar tiba tiba sudah ada di tempat ini dengan keadaan terikat.
"Kau harus segera lenyap." Ucap Drake.
"Tuan muda akan membalaskan kematianku." Ucap Zele.
Drake tertawa renyah, ucapan Zele sungguh lucu baginya.
"Kau tak berati apa apa untuk nya, kau tau? aku berhasil mendekati Natalie beberapa waktu lalu. Dan kau tidak sadar. Bayangkan betapa marahnya Allard saat mendapat kabar itu."
Zele menatap drake dengan linglung, ia kecolongan. Drake benar, Allard akan sangat marah jika ada bawahannya yang tidak becus menjalankan tugas. Posisi Zele tidak bagus. Jika ia lolos dari siksaan Drake sekarang pun, ia akan tetap di siksa oleh Allard nanti.
Namun Zele sangat berharap jika Allard membalas Drake suatu hari nanti.
"Sedang merenung?~"
Tanpa menunggu ucapan Zele, kini Drake langsung menebas kepala Zale dengan kapak. Kepala zale terbelah dua diantara hidung kebawah. Darah nya kini terciprat kemana mana. Wajah Zele sudah tidak terbentuk lagi.
Drake tersenyum manis, wajahnya penuh dengan cipratan darah. Tangannya masih memegang kapak yang kini tertacap tepat di tenggorokan Zele.
"Sudah lenyap?~"
Drake mencabut kapak itu, lalu ia bersenandung riang. Ia menatap hasil karyanya, ia lalu menghirup nafas dalam dalam lalu menghembuskannya.
"Satu lalat sudah musnah~"
"Berapa lalat lagi yang harus kumusnahkan?~"
Drake melempar kapaknya, ia kini melepas sarung tangannya. Ia berjalan pergi dari sana. Ia menyuruh bawahannya untuk segera membereskan pekerjaannya. Ia membuka jasnya dan mengganti boots nya dengan sepatu biasa.
"Bereskan dengan rapi."
"Baik pangeran."
Drak berjalan lalu mengambil suatu surat yang sudah di letakan oleh bawahannya yang lain. Ia membaca data itu.
"Hanya mempunyai seorang ibu? menarik."
°•°•°
Allard menatap ponselnya dengan alis berkerut. Ia menunggu laporan dari Zele. Pria itu selalu melaporkan semua hal di waktu ini. Namun kini Zele tak mengabarinya sama sekali. Bahkan saat ia menghubungi pria itu, ponsel nya tidak aktif.
Allard kini sadar, ada yang tidak beres. Ia menghubungi pembantu di rumah. Menanyakan kabar Natalie.
Natalie aman, ia berada di rumah sudah beberapa jam yang lalu.
"Jika Natalie aman, artinya hanya Zele yang tidak aman." Gumam Allard.
Allard menelpon anak buahnya yang lain, ia menyuruh mereka untuk mencari keberadaan Zele.
"Roy, atur kepulangan ku sekarang." Ucap Allard.
"Tapi tuan, kau dijadwalkan pulang besok siang—"
"Tak ada bantahan!"
Roy terdiam, sejujurnya ia takut. Namun ia juga tak bisa membiarkan tuannya itu pergi karna cuaca di Inggris sedang tidak baik baik saja.
"Maaf tuan, tapi pesawat kita tidak bisa berangkat karena cuaca di inggris sedang badai hujan."
"Sial!" Umpat Allard menggeram marah.
Allard sangat yakin ada sesuatu yang tidak beres disana. Ia menatap jalanan kota soul dengan tajam. Urat tangannya keluar menandakan ia sedang emosi sekarang.
Dilain tempat, Natalie sedang berdiam dengan coklat panas di tangannya. Ia menggunakan switer tebal juga celana training. Ia menggulung dirinya dengan selimut. Seperti nya ia akan sakit, ia tak biasa dengan cuaca dingin. Namun cuaca saat ini sangat tidak mendukung.
Coklat panas pun tidak membantu akhirnya, ia menyalakan perapian di kamarnya. Ia membawa kursi bantal dan selimut tebal kesana. Ia menghangatkan dirinya.
Sambil menghangat kan diri ia merenung. Kejadian di dalam novel masih berlangsung begitu lama, namun ia merasa ada sesuatu yang janggal. Ia tak tau hal itu apa.
"Aku tidak tahu di novel aslinya Drake mengenal Natalie atau tidak. Namun seharusnya tidak, karna Natalie yang dulu pasti akan memilih tidak pindah dari sekolah itu. Yang dimana hal itu akan mengakibatkan mereka tidak bertemu."
"Apakah aku telah mengubah plot cerita?" Tanyanya.
Ya, pasti ada butterfly efek didalamnya. Natalie harus waspada, entah apa yang akan terjadi di hari hari selanjutnya. Namun ia rasa hal itu akan menjadi hal buruk.
"Ck, jika saja umurku sudah legal. Aku pasti akan meretas seluruh cctv yang ada." Ucap Natalie.
Sebenarnya sangat mudah untuk mengetahui apa yang berubah dan apa yang tidak. Natalie ingin mengawasi, takut terjadi plot yang tidak sesuai yang akan berakibat buruk bagi dirinya. Namun ia takut, ia bukan anak yang diinginkan keluarga ini. Dia takut dimana suatu hari dirinya ketahuan, tidak akan ada orang yang bisa membantunya. Dia butuh dukungan yang kuat.
"Allard?"
Ia ragu, apakah lelaki itu akan membantunya atau tidak. Allard memang terlihat menyayangi dirinya, akan tetapi Allard juga seorang maniak kesempurnaan. Kalau yang di lakukannya akan di anggap cacat oleh Allard, Natalie bisa apa.
"Lebih baik bermain aman saja dulu."
°•°•°

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration To The Novel
FantasyAmara Anoushka adalah seorang gadis biasa yang mendapatkan kecerdasan luar biasa, dirinya banyak sekali mendapatkan juara 1 saat mengikuti Olimpiade Matematika. Ia juga sekarang di beri gelar Cumlaude atas hasil kerja keras nya selama 3,5 tahun sala...