• A POLITICAL ROMANCE •
Satu video skandal seks berdurasi tujuh menit tersebar di media sosial. Lily Rose dan Francisco Ruiz, mantan suami istri yang ada di dalam video tersebut, terpaksa harus kembali berurusan demi membersihkan nama dan karir poli...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
1.7K + 800 comments yuk utk chapter ini ❤︎
Can we do it faster?
•••
Sebuah tawa pun lepas dari mulut Lily seolah ia baru saja mendengar lelucon. Telunjuknya mengarah ke dirinya sendiri saat ia bertanya. "Aku hamil?"
Gabriela tak menjawab dan Lily kembali tertawa.
"Itu tidak lucu." sambungnya.
Namun tidak ada perubahan ekspresi yang diharapkan sama sekali di wajah sang sahabat. Ia harap Gabriela akan ikut tertawa sambil mengatakan bahwa ia berhasil menakut-nakutinya. Namun perempuan itu masih saja memberi tatapan yang sukses membuat detak jantungnya seketika berubah semakin tidak karuan.
Tawa Lily pun seketika lenyap, digantikan oleh mimik wajah ngeri. Otaknya berusaha keras mencerna informasi paling menakutkan yang tampaknya bukan mimpi belaka. "Tidak mungkin," Suaranya tenggelam. "Sama sekali tidak mungkin."
"Kau tahu siapa ayahnya?"
"Apa maksudmu?"
"Aku tahu selama ini kau lebih sering bersama Francisco dan kalian tidak mungkin tidak berhubungan seks," kata Gabriela. "Namun kau juga bersama Luís."
Lily menggelengkan kepalanya berulang kali, menolak kenyataan yang sulit sekali untuk diterima itu.
"Atau ada pria lain selain mereka berdua?" tanya Gabriela lagi.
"Kau pikir aku apa?"
"Tentu saja kau itu perempuan bebas, sama sepertiku, yang boleh tidur dengan siapa saja."
"Aku tidak tidur dengan siapa saja." Suara Lily seketika meninggi bersamaan dengan bola matanya yang berubah mengkilap dan tajam.
"Jadi?" tanya Gabriela. Arah pandangnya tertuju ke bawah sejenak sebelum ia kembali melanjutkan pertanyaannya. "Itu anak Luís atau Francisco?"
Lily memalingkan wajahnya ke jendela, matanya mengerjap satu dua kali walau itu terasa cukup sulit untuk dilakukan. Rongga dadanya tiba-tiba saja penuh oleh perasaan tak menentu dan saat ia mencoba menelan ludah, rasanya pahit bukan main. Kemudian ia pun berkata. "Jangan beritahu dia."
"Jangan beritahu siapa?"
"Francisco."
Entah kenapa Gabriela diam-diam mendesah lega. "Dia harus tahu."