• A POLITICAL ROMANCE •
Satu video skandal seks berdurasi tujuh menit tersebar di media sosial. Lily Rose dan Francisco Ruiz, mantan suami istri yang ada di dalam video tersebut, terpaksa harus kembali berurusan demi membersihkan nama dan karir poli...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Chapter 34 kmrn gak ada notif. Kalau kalian baca ini, baca chapter sebelumnya dulu ya siapa tau kelewat. Dan jgn lupa selalu kasih vote ❤︎
•••
Ketika Francisco sudah hilang dari garis pandangnya, Lily lantas kembali menjumpai Nikolai yang saat itu sedang menenggak minuman dari dalam botol dengan sisa-sisa emosi di wajahnya yang merah padam.
"Kau tahu apa?" todong Lily. "Chris Huang membunuh tiga warga negara yang tidak bersalah sebagai pembalasan. Bagaimana? Senang?"
Sama seperti Lily saat mendengar kabar tersebut, Nikolai pun tampak cukup terkejut namun pria itu langsung menyembunyikan mimik wajahnya dengan berpaling sebentar.
"Kau puas?"
"Jangan ceramah," potong Nikolai. "Akan kuhabisi mereka semua tanpa ampun mulai sekarang."
"Kendalikan dirimu," kata Lily berusaha keras untuk tetap bersabar. "Tolong kendalikan dirimu sekali saja. Kita butuh strategi. Kita butuh taktik sebelum bertindak. Kita harus berpikir. Bukan asal bunuh seperti orang tak waras."
"Seperti Francisco?" tanya Nikolai. "Lantas kenapa kau butuh orang yang tidak punya otak ini?"
"Aku tidak bilang kau tidak punya otak. Kau hanya tidak mau menggunakannya saja. Seharusnya kita berada dalam satu tim," kata Lily sebelum kemudian ia melanjutkan. "Dengan Francisco juga."
"Dengan Francisco?"
"Memang seharusnya begitu, kan?"
"Kalau begitu kenapa dia tidak tahu kau beraliansi denganku?"
"Sekarang dia sudah tahu. Suka atau tidak, kita harus berada dalam satu tim."
"Tidak setelah dia menghinaku seperti tadi."
"Dan kau marah karena dia benar tentangmu."
"Arogansinya yang membuatku emosi."
"Jangan merengek, kau tak akan marah kalau dia salah."
"Brengsek," Nikolai lantas tertawa. "Sekarang baru aku paham permainanmu. Diam-diam kau coba mengendalikan tangan kotorku menggunakan otak Francisco. Kau mau tanganku ini bertindak sesuai dengan cara pikir Francisco Ruiz. Begitu, kan? Dasar perempuan licik," Nikolai semakin meradang kini. "Dengar ini baik-baik. Aku tidak mau berada satu tim dengan dia. Aku tidak mau dikendalikan oleh siapapun. Akan kusingkirkan Chris Huang dan semua anteknya dengan caraku sendiri. Jika aku membunuh, maka itu kulakukan untuk negara bukan untuk kalian lagi."
"Kalau begitu kau butuh Francisco."
"Aku tidak butuh dia."
"Francisco tahu banyak tentang Chris Huang—"
"Aku. Tidak. Butuh. Keparat. Itu."
"Aku sudah berhasil membuatnya terbuka tentang organisasi itu sebelum kau membuat masalah—"