Belajarlah Kepada Semut

4 0 0
                                    

Oriel mendorong koper miliknya dengan tas yang dia sampirkan ke pundaknya. Dia baju saja mendarat di negara yang super dingin itu dan tidak mungkin dia mau menghabiskan waktunya berlama-lama di bandara. Sesegera mungkin Oriel ingin menuju ke tempat tujuannya, dia sudah tidak sabar sampai di sana. Untung saja sesampainya di depan bandara tidak terlalu banyak kerumunan orang jadi Oriel bisa dengan lega masuk ke sebuah taksi yang sudah terparkir di sana.

Sedari turun pesawat, ulasan senyum Oriel sudah menghiasi bibirnya. Dia membuka HP-nya namun segera senyum itu agak memudar sedikit. Entah apa yang dia baca sampai dia akhirnya memutuskan membuang HP-nya ke dalam tasnya. Dia berpura-pura tidak membaca apapun dari HP-nya itu, dia tidak ingin segala mood baiknya rusak hanya karena membaca chat itu.


***

Ana berdiri di balkon apartemennya, bukan, ini bukan apartemennya di Indonesia melainkan di China. Iya, setelah berbulan-bulan dia diharuskan tinggal berobat, keluar masuk klinik kejiwaan, akhirnya dia diberikan kesempatan oleh dokternya untuk healing dengan caranya sendiri. Tidak tanggung-tanggung, dengan segala tabungan yang tersisa, Ana pergi ke China. Sangat kebetulan kalau neneknya berasal dari sana dan beberapa sanak saudara seperti kakak dan adik neneknya ada di sini jadi dia tidak seperti anak hilang.

Walau begitu Ana tidak ingin menyusahkan orang tua yang sudah renta itu, dia ingin tinggal sendiri dan mengeksplore sendiri negara itu. Dia ingin mencari kebahagiaan yang sedikit sirna setelah kejadian memilukan kemarin. Dia juga ingin lari dari dunia yang memaksanya melihat mantan suaminya bersama belahan jiwanya yang baru.

Tidak, Ana tidak marah ataupun cemburu pada gadis itu. Dia hanya cemburu dengan kenyataan bahwa dialah yang paling tersiksa setelah meninggalkan Yuki. Padahal dulu dia berpikir kalau suatu saat hubungannya dengan Sanjana terbongkar maka Ana tidak akan ambil pusing. Semua keadaan telah berbalik dan daripada Ana meratapi ketragisan hidupnya di Indonesia lebih baik dia mengambil jarak sebentar.

Dalam lamunannya di balkon itu, seseorang mengetuk pintu apartemennya, "Perasaan aku nggak pesan apa-apa hari ini?" gumam Ana tapi tetap berjalan ke pintu apartemennya.

"Oriel?!" Ana benar-benar shock ketika menemukan kalau sahabatnya lah yang ada di depan pintu apartemennya.

"Supraise," tawa Oriel.

Ana langsung memeluk Oriel dengan erat begitu juga dengan Oriel, "Kamu ngapain di sini?" tanya Ana setelah mereka saling melepaskan pelukan.

"Aku boleh masuk dulu, nggak? Tasnya agak berat ini ..." ujar Oriel memasang muka kasihan.

"Oh iya, sorry, sorry." Mereka kembali tertawa, Oriel masuk ke apartemen Ana yang yah jangan ditanya lagi, sangat bersih dan rapi.

"Aku ambilin minum dulu yah, air putih nggak apa-apa, kan? Aku belum sempat beli kopi lagi baru aja kemarin habis," tanya Ana.

"It's okey, yang segampangnya mbak Ana aja." Ana tersenyum mendengar perkataan Oriel.

Akhirnya Ana memutuskan ke dapur sementara Oriel duduk di sofa empuk Ana. Oriel mellihat ke sekeliling, apartemen ini sudah ditinggali Ana selama hampir tiga minggu jadi sudah banyak ornamen-ornamen yang sesuai dengan kesukaan Ana terpajang di sana. Oriel juga menemukan fotonya bersama Ana, fotonya Ana bersama mamanya dan terakhir ... foto Ana bersama Yuki.

"Apa aku jelek di situ sampai kau melihatnya seintens itu?" tegur Ana ketika membawakan segelas air putih dan cemilan berupa biskuit ke meja ruang tamu.

Oriel malah senyum-senyum saja, "Ana, apa foto kamu sama Yuki tidak mengganggu penyembuhan kamu?"

Ana memandang fotonya bersama Yuki yang terpajang kemudian melihat Oriel yang memandangnya intens. Oriel bersamanya sudah sangat lama sebelum bersama Yuki dan memang Oriel tidak akan basa-basi untuk hal yang patut dipertanyakan, "Justru kalau aku ngebuang semua kenangan aku sama Yuki hanya akan buat aku semakin sakit, Riel. Cukup foto itu ada di situ, semakin lama aku melihatnya semakin aku menyadari bahwa dia sudah bukan milikku dan hubungan kita mungkin hanya sebagai saudara saja."

Surat Kaleng (Fakestagram)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang