Chapter 16

268 27 5
                                    

Samantha POV

Aku sedang menangis dalam pelukan Peter. Aku sangat sedih, ayahku meninggal dalam kecelakaan. Aku sangat ingat wajahnya ketika ingin pergi keluar negri untuk bekerja. Ketika itu wajahnya tersenyum lebar kepadaku. Aku sangat menyayangi ayahku. Lalu tiba tiba saja Peter melepas pelukanku. Aku menghapus air mataku, Peter menghapus air mataku menggunakan sapu tangannya. Aku tak berani menatapnya, karena aku takut wajahku jelek saat menangis. Perlahan Peter mengangkat daguku, dia menatap matanya dan Peter menatap mataku.

'Apakah ia akan menciumku?' ucapku dalam hati. Aku masih menatap matanya yang sangat tajam.

"Kau tidak boleh menangis, kau harus meng ikhlaskan ayahmu Sam. Aku tahu kau perempuan yang kuat." ucap Peter yang membuatku terkejut.

'Sial! Aku kira kau akan menciumku Peter.' kesalku dalam hati. Aku menyingkirkan tangannya dari daguku.

"Iya aku harus mengikhlaskan ayahku. Tapi siapa ibuku? Apakah ia masih hidup?" tanyaku kepada Peter dengan nada yang lembut.

"Aku tak tahu."

Aku hanya mengangguk pelan sambil menghapus sisa sisa air mataku yang masih sedikit menggenang di mataku. Lalu aku terduduk di sofa ku, aku mengingat kembali saat saat aku hidup bahagia bersama Kak Crisshy dan Ayah. Aku hanya mengingat mereka berdua, aku lupa siapa ibu ku.

"Maaf Sam, spaghettinya sudah matang. Sudah ku siapkan di meja makan." Aku kaget. Itu Ichigo, sejak kapan ia berada di sampingku?

"Oh okay. Aku akan ke meja makan." aku beranjak dari sofa bersama Peter menuju dapur.

———————

Sekarang jam 09.30 PM.
Aku berada di ruang keluarga berdua dengan Peter, Ichigo sudah pulang ke rumahnya. Aku sedang menonton film yang ber genre Horror di tv. Kadang saja filmnya membuatku terkejut.

"Sam aku tak tega meninggalkanmu sendirian di rumah ini, apa aku boleh menginap di rumahmu??" tanya Peter yang sedang memakan snack keju yang dibawa dari rumahnya.

"Boleh saja, tadi aku juga ingin memintamu untuk menginap dirumahku."

"Aku harus tidur dimana Sam?" tanya Peter. "Di sofa saja ya?" lanjutnya.

"Terserah kamu ingin tidur dimana. Tetapi jangan di kamar orang tuaku." aku mengambil teh ku yang dibuat oleh Ichigo.

"Okay. Aku akan tidur di sofa saja."

Kami menonton film horror itu sampai jam 11.00 PM. Kadang aku berteriak, memeluk gulingku, menutup mataku, dan hal lain yang membuatku merasa konyol. Setelah filmnya selesai aku beranjak dari sofaku dan menuju kamarku yang berada di lantai 2. Peter masih menonton tv ku, katanya dia ingin menonton pertandingan bola. Aku tidak menyukai bola. Aku juga tidak suka acara yang berkaitan dengan olahraga. Aku memikirkan wajah Peter yang tampan itu di dalam kamarku yang sunyi ini. Terkadang aku tersenyum. Aku ingat masa masa SMP ku bersama Peter, dan aku sangat beruntung bisa bertemu dia lagi.

"Untung saja saat itu mobilku mogok, hihihi." aku tertawa cekikikan di kamarku sendirian. Aku tak sadar aku sudah tertidur lelap.

Peter POV

Aku menipu Samantha. Sebenarnya tidak ada acara pertandingan bola malam ini. Aku sudah tak sabar ingin membunuh orang malam ini. Aku tak kuat tanganku bergetar, dan sepertinya wajahku memerah. Aku pergi keluar dari rumah Sam. Aku tak membawa tas, aku hanya membawa pisau dapur besar milik Sam di kantung hoodieku. Aku sudah memakai sarung tangan, masker, dan kacamataku. (A/N: bayangin kalo Peter itu mirip Ticci Toby XD) "kacamata gue gak gede thor gak bulet juga-,-" (A/N: biarin aja lah author yang berkuasa disini :v)

I'm A Psycho(path)logy [Not Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang