7✨

51 3 0
                                    

Selamat membaca, readers tercinta. Oiya ada sedikit di part ini yang 17+ dikit aja kok. Jangan dihayati banget ya bacanya adek-adek hehehe

🌸🌸🌸

"We're over, Bar" ucap Listy enteng kepada Bara.

"What? But, why Lis? We're fine, right?" Bara yang sempat tercengang, menegang mendengar ucapan Listy. Bara memang bisa mendapatkan wanita semacam Listy, namun Bara tidak pernah berniat untuk mempermainkan wanita seperti teman-teman nya yang lain.

"Lo bego banget sih, Bar" ucap Listy sambil mendengus mengejek.

"Lis, lo kenapa sih?" ucap Bara lirih sambil berjalan mendekati Listy yang masih terduduk di ranjang UKS. Bara terus mendekat dan berusaha memegang tangan Listy, namun Listy mengelak.

"I'm not love you, Bar. Gue kira lo pinter kayak kata orang-orang" ucap Listy sambil berdiri dan menatap Bara dengan tajam.

"Ehem sorry nih ganggu, tapi ini udah waktunya gue dan cewe gue ini main-main" celetuk Gio. "C'mon honey" sambil memeluk pinggang Listy dengan posesif.

"Wait a minute, G. Si bodoh ini masih ga ngerti kayaknya" ucap Listy sambil memandang Bara dengan tatapan remehnya. "Gini ya, gue lurusin. Gue deketin lo tuh cuma mau dapetin popularitas dan duit lo doang. Dan sekarang gue udah dapet apa yang gue mau. So, lo tau kan apa yang selanjutnya gue lakuin?" sambil membalas pelukan Gio.

"Kita pergi sekarang, honey?" bisik Gio yang masih bisa di dengar Bara dengan jelas, sambil mengecup pipi Listy.

Bara marah. Bara kecewa. Bara masih tidak percaya apa yang telah dilakukan oleh wanitanya. Wanita yang telah membuat hari-harinya berwarna selama 1 tahun belakangan ini. Bara masih terpaku menatap lelaki lain mengecup pipi wanitanya. Sekarang Bara tidak punya hak apapun, untuk marah terhadap lelaki yang lancang itu.

"Ayo, G. Bye Bara, thanks buat duit-duit lo ya" ucap Listy dengan kekehen yang seakan menampar Bara. Mereka pergi melewati Bara begitu saja, sedangkan Bara masih terpaku tak percaya. Semua seperti mimpi. Ia berusaha untuk tidak menyakiti wanita, tapi sekarang dia lah yang tersakiti.
*flashback off*

"Bar? Ayo kita jalan sekarang" rengek Listy.

"I'm not going anywhere, Listy. Bye" ucap Bara cuek dengen berjalan kembali masuk kerumah.

"Bar, sampe kapan sih lo mau gini ke gue?" ucap Listy dengan putus asa. Bara menulikan telinganya seolah-olah tidak mendengar dan langsung masuk ke rumah.

Namun Listy dengan cepat memegang tangan Bara dan berkata "Bar, we should talk about this shit. You must know"

"Apalagi Lis?" ucap Bara dengan menolehkan kepalanya kepada Listy dengan malas.

"You must know, what really happens Bar" ucap Listy dengan menyesal.

Apalagi sih yang di mau cewe ini? Belum puas apa dia morotin gue beberapa tahun lalu. Tapi gue ga boleh kabur lagi kali ini, mumpung gue lagi di sini, lebih baik gue selesein apa yang menurut cewe gila ini yang belum selesai.

"Okay"

"Okay? Thanks Bar. Kita ke cafe deket sini aja" dengan gerakan reflek Listy ingin memeluk Bara namun ditolak oleh Bara. Bara mengangguk dan berniat untuk berjalan kaki ke cafe yang dimaksud Listy.

"Bar!!" pekik Listy dari belakang Bara.

"Apaan lagi sih Lis?" jawab Bara yang sudah mulai geram.

"Lo mau jalan sampe kesana? Terus gue gimana?"

"Bukan urusan gue. Terserah lo mau sampe kesana gimana" ucap Bara sambil melanjutkan jalannya.

"Bar!! Tunggu gue!!" seru Listy dengan berlari dengan kesulitan karena high heels nya. Bara menulikan telinganya dan tetap berjalan.

••
"Okay, speak" perintah Bara ketika mereka sudah duduk di salah satu meja cafe.

"Oh Bar, can i just take a breath and drink my coffee first?" celoteh Listy sambil mengatur nafasnya sambil meminum sedikit kopinya.

"Gue ga punya banyak waktu" ucap Bara.

"Okay okay" ucap Listy dengan dengusannya. "Gue mau minta maaf"

"Gue udah maafin lo"

"Dan gue mau kita balik kayak dulu lagi"

"Maaf, kalo itu gue ga bisa"

"Kenapa Bar? Gue udah minta maaf kan? Gue sadar, gue dulu udah keterlaluan sama lo. Tapi kita bisa mulai lagi dari awal kan?" ucap Listy dengan matanya yang sudah mulai berkaca-kaca.

"Lo kan tau, Lis. Gue ga suka ngulang hubungan dengan orang yang sama" jelas Bara dengan sabar.

"Tapi, lo kan baru putus Bar? Dan gue yakin masih ada gue di dalam hati lo sana" ucapnya penuh keyakinan dengan suara yang sedikit bergetar.

"Lo udah gila Lis. Gue harus pergi" kata Bara sambil mendengus sebal dan bergegas bediri.

"Tapi Bar.." suara Listy bergetar dengan tangannya yang meraih tangan Bara.

"Maaf Lis, gue rasa semua udah jelas. Bye Lis" Bara meninggalkan Listy yang sudah meluapkan tangisnya. Bara tidak sejahat itu untuk melihat wanita yang telah menyakitinya menangis sedih.

*flashback*
"G, what are you doing?!" pekik Listy begitu melihat Gio sedang bercumbu dengan salah satu wanita cheers di sekolah mereka.

Gio menulikan telinganya dan tidak memperdulikan keberadaan Listy yang sekarang menjadi salah satu kekasihnya.

Plak

Listy menampar Gio dengan sekuat tenaganya sampai tangannya panas. "Gio!! Answer me!"

"What do you want, bitch!" bentak Gio tak mau kalah.

"Who is she!" teriak Listy dengan emosi.

"Lo buta? Lo ga bisa liat dia lagi muasin gue sekarang? Haha ternyata lo sama begonya kayak cowo lo itu" ucap Gio enteng sambil terdengar tawa meremehkan Listy.

"Apa?" Listy tercengang mendengar ucapan Gio.

"Kita pindah tempat aja yuk sayang?" rengek wanita yang Listy tidak ketahui namanya.

"Gausah sayang, biar aja dia yang pergi. Atau dia mau liat sayang" ucap Gio dengan santai sambil menyunggingkan cengirannya.

Setelah mendengar ucapan Gio, wanita itu mulai menciumi kembali bibir Gio dengan rakus. Suara desahan bercampur racauan Gio mulai terdengar memenuhi taman belakang sekolah mereka. Badan Listy mulai bergetar hebat dan matanya mulai mengeluarkan cairan yang sedari tadi ia tahan. Ia menangis. Listy menutup mulutnya dan berlari menjauhi mereka.
*flashback off*

Rumah terasa sepi, mengingat Abii yang harus ke luar kota mengurus beberapa urusan proyeknya. Bara duduk di kursi yang menghadap pada kolam renang rumahnya. Bara memikirkan ucapan-ucapan Listy padanya. Sebenarnya dalam hati Bara yang terdalam, masih terdapat nama Listy disana. Meskipun semenjak hubungannya dengan Listy berakhir dengan tidak baik, Bara tidak membiarkan hatinya kosong begitu saja.

Apa gue kasih dia kesempatan aja ya? Apa gue udah keterlaluan ya tadi? Kasian Listy, ga seharusnya dia dapet laki-laki macem Gio. Tapi apa gue cukup pantas buat Listy? Ah kenapa gue jadi ngaco gini sih. Berenang aja deh, itung-itung jernihin otak gue.

Pikiran Bara terus mengandai-andai jauh. Bara mengacak rambutnya dengan kesal, karena pikiran-pikiran itu terus berkeliaran di kepala Bara. Akhirnya Bara membuka sweater dan celana jeans nya. Ia berniat berenang untuk mendinginkan kepalanya.

🌸🌸🌸

Hayoo kira-kira mas Bara mau buka hatinya lagi buat Listy ga ya?
Oiyaa next part, udah bagiannya Zahra lagi.
Maaf late post banget. Author lagi kurang enak badan :((
Daaaah see ya di next post reader tercintaaa mwaaa
Jangan lupa kritik, saran dan vomment!

CoincidencesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang