9✨

54 2 0
                                    

COINCIDENCES 9✨

Selamat membaca readers tercintakuuu

🌸🌸🌸

"Gimana?" suara lelaki yang membelakangi Zahra.

"Apaan? Lo siapa?" tanya Zahra terlihat bingung sambil mendekati lelaki itu.

"Lo udah siap?" lelaki itu berbalik dan memperlihatkan wajah yang tidak begitu jelas.

"Waaaa! No! No! Let me go! Mama!" Zahra meronta-ronta. Kak Arika yang mendengar Zahra mengigau dengan teriakan kencangnya itu reflek mencubit hidung Zahra.

Zahra terbangun dengan nafas terengah-engah. Zahra merasa sedikit tenang karena mengetahui itu hanya mimpi. Namun bukan Zahra namanya jika hal kecil seperti mimpi atau perkataan orang lain saja menjadi pikirannya. Zahra memang terlihat cuek dan tidak peduli di luarnya, namun didalam pikirannya ia memikirkan semuanya.

"Lo apaan sih, Ra? Udah mau landing masih juga bikin malu" omel kak Arika.

"Ka.." tegur Mama dengan suara lirih.

"Kakak tuh yang apaan! Adenya mimpi mau dicabut nyawanya malah dipencet idungnya" ucap Zahra sambil mengerucutkan bibirnya.

"Ya bagus dong, kan biar lo bangun"

"Kayak ga ada cara lain aja deh kak"

"Sudah..." tegur Mama untuk yang kedua kalinya, namun tidak ada yang menggubris.

"Lo tuh percuma kalo dibangunin dengan cara halus, cuma itu yang bisa buat lo bangun" sungut kak Arika.

"I..ya..sih..." Zahra mengakuinya dengan suara yang sangat pelan.

"Oh ya ampun. Debat apalagi kali ini?" geram Mama dengan suara yang sedikit keras agar anak-anaknya mendengarnya.

"Itu Ma, Zahra ngigo la-" belum selesai kak Arika menjelaskan kepada Mama nya, sudah terdengar pemberitahuan yang menandakan mereka sudah sampai dan dipersilahkan turun.

Sampai di dekat pintu keluar Zahra melihat tatapan sinis dari salah satu pramugari, namun bukan Zahra namanya jika ia tidak membalas tatapan itu. Lalu Zahra tersadar ketika seorang pramugari yang lainnya berkata "Terimakasih ya, jangan berantem lagi" disertai dengan senyuman ramahnya.

"Oh iya" ucap Zahra sambil menyunggingkan senyuman simpul. Zahra lalu bergegas menuruni pesawat, ia tidak terlalu suka dikeramaian yang bersikap sok ramah terhadapnya. Zahra bisa melihat akting mereka, mereka semua terlihat palsu.

Ini Bali. Ini yang kata orang heaven on earth, tapi bagi gue ini ga lebih kayak kota wisata lainnya. Dan menurut gue lagi, heaven on earth itu tergantung kita bersama dengan siapa, bukan masalah tempat. Coba aja Diyo sama Modi disini, ini pasti bakal jadi heaven on earth yang asli. Ah iya! Diyo! Gue harus telpon dia.

Zahra buru-buru mengambil hp yang berada di tasnya dan mengaktifkan hp itu. Setelah kurang lebih 5 menit menunggu, hpnya telah aktif. Zahra langsung mencari kontak Diyo dan menyentuh tanda bentuk telpon pada layar hpnya. Tak lama terdengar suara lelaki di seberang sana, namun Zahra merasakan hatinya sedikit mendesir setelah mendengar sapaan lelaki itu.

"Ra? Halo?"

"Eh iya, Yo! Gue udah sampe nih!" ucap Zahra sedikit berteriak karena sangat riuh sekali di sekelilingnya.

"Oh, have fun ya" ucap Diyo pelan.

"Ha? Yo? Ngomong apa sih? Ntar lagi aja deh ya gue telpon lg. Daaah" Zahra memutuskan sambungan telpon dan berjalan mengikuti rombongan. Namun hal aneh itu kembali terjadi lagi, hati Zahra mendesir geli mengingat suara Diyo. Shit! what happen on me?!

••
"Jadi ini mau langsung jalan aja apa ke hotel dulu?" tanya Mama sedikit berteriak, agar seluruh teman-temannya yang sudah duduk tenang di kursinya dapat mendengar.

"Mending ini ke hotel dulu"

"Langsung jalan aja lah, jadi sampe hotel istirahat"

"Ga ga, mending kita jalan dulu bentar terus ke hotel terus jalan lagi"

Tiba-tiba suasana bis berubah menjadi seperti pasar. Terdengar banyak pendapat, setelah Mama menanyakan ingin jalan dulu atau ke hotel dulu. Mama yang mendengar teman-temannya terlihat agak bingung, lalu ia buru-buru mengambil hp nya dan menelpon seseorang.

"Halo? Bli?" terdengar suara Mama yang bersemangat namun tetap ramah. Suasana bis yang tadinya riuh, mulai tenang kembali.

"......."

"Nah iya, bisa ya?"

"......."

"Oke, kita tunggu di bis warna hijau ya, Bli" Mama pun mengakhiri panggilan telpon tersebut. Mama langsung mendapat tatapan penuh tanya dari anak-anaknya maupun teman-temannya.

"Siapa, Ma?" tanya Zahra.

"Itu loh Bli yang jadi guide kita dulu" jelas Mama. "Tunggu sebentar ya, ini guidenya baru di jalan. Aku udah pesen guide kok, jadi udah di jadwalin. Tenang" jelas Mama lagi kepada teman-temannya sambil tersenyum santai.

10 menit kemudian, terdengar pintu bis terbuka dan masuklah lelaki paruh baya yang sedikit terengah-engah memasuki bis.

"Sudah lama ya? Aduh maaf-maaf" tanya Bli itu dengan logat Bali yang masih sangat kentalnya dan diiringi dengan senyuman ramahnya. Pak supir bis kemudian menyodorkan mic yang biasa dipakai pemandu wisata di dalam bis, dan mic itu disambut cepat oleh Bli Saka.

"Okay, karena ibu-ibu dan bapak-bapak disini cuma dua hari satu malam. Saya sarankan gimana kalau, ini langsung jalan aja?" tanya Bli Saka menggunakan micdengan logat Bali nya.

"Nah sip" kata Mama

"Okay, sebelum kita memulai perjalanan. Mari kita berdoa menurut kepercayaan masing-masing. Mulai" pimpin Bli. Semua orang yang berada di bis pun dengan khusyu berdoa dengan menundukkan kepala mereka. "Selesai. Okay sambil berjalan, bagaimana jika berkenalan satu sama lain lebih dulu? Tapi perkenalkan dulu, nama saya Saka Trisatya. Panggil Saka atau Bli atau sayang juga boleh" ucap Bli Saka dengan cengiran khasnya. Bli Saka tergolong pemandu wisata yang masih sangat muda, dan sangat asik.

"Huuuu"

"Tuh ibu-ibu nya kalo mau manggil sayang. Hahaha"

"Nah mulai dari depan ya" usul dari Bli. Lalu menyodorkan mic kepada Mama yang berada paling depan. Zahra dan kak Arika duduk di baris pertama di sisi kiri bis. Zahra sedang asik dengan musik yang ia dengarkan melalui headsetnya, hingga akhirnya tangannya di senggol kak Arika sambil menyodorkan mic kedepan mulut Zahra yang sedang asik bernyanyi mengikuti lagu.

Tiba-tiba Zahra menyadari bahwa ada mic di depannya, saat ia mendengar banyak tepuk tangan. Zahra langsung menanyakan kepada kak Arika.

"Kak, ini disuruh nyanyi?" tanya Zahra dengan polosnya.

"Hahaha! Kenalin diri oon" jawab kak Arika dengan tawanya yang masih terdengar.

"Ooh" ucap Zahra cuek dan Zahra langsung berdiri menghadap ke belakang. "Maaf ya bu, pak hehe. Panggil saya Zahra aja, saya anak dari Ibu yang duduk disana itu" ucap Zahra sambil menunjuk Mama nya disertai dengan senyuman simpulnya.

"Nyanyi lagi, Ra"

"Iya nyanyi lagi"

"Hehe jangan" ucap Zahra sambil cengengesan dan langsung menyerahkan micnya kepada orang yang berada di bangku belakangnya. Zahra kembali duduk dan langsung menatap tajam kepada kak Arika.

"Apaan?" tanya kak Arika dengan polosnya.

"Iseng banget sih. Awas lo tunggu aja ntar" ucap Zahra cuek dan kembali memasang headsetnya. Ih capek banget ih, tidur aja lah ya. Masih lama juga nih kayaknya"

Zahra sudah mengganti musiknya dengan musik mellow dan mengecilkan volumenya. Zahra siap untuk tidur tiba tiba ia mendengar namanya disebut-sebut.

"Itu Sak, si Zahra masa masih sama yang anak sini itu" kata kak Arika yang sedang asik mengobrol dengan Bli Saka, setelah semua orang selesai memperkenalkan diri.

"Eh apaan?!" Zahra melotot mendengar perkataan kakaknya.

"Tuh kan Sak, liat deh. Dia tuh masih suka galauin yang anak sini itu, padahal ganteng juga ga. Menang badan bagus aja ituh, eh tapi badannya ga bagus-bagus amat ah" komen kak Arika kepada Saka. Saka menanggapinya hanya dengan tertawa dan bertanya pada Mama mereka berdua.

"Bener itu, Bu? Saya kira udah putus sama siapa sih dulu itu namanya" sambil mengingat nama mantan Zahra.

"Wira" ucap Zahra singkat sambil memutar bola matanya malas.

"Iya!" ucap Saka dengan senyuman usilnya.

"Nah iya itu! Hahaha" ucap kak Arika dengan tertawa puas.

"Ih apaansih kak? Sok tau banget, udah gue bilang bukan dia, juga iih" ucap Zahra tak menggubris lagi perkataan kakaknya, langsung memasang headsetnya dan memejamkan matanya.

••
"Ka, Ra, ayok ih udah sampe ini" ucap Mama membangunkan anak-anaknya.

Kak Arika yang mendengar itu langsung mengerjap-ngerjapkan mata kantuknya dan berkata dengan nada ciri khas orang bangun tidur "Udah sampe, Ma?"

"Iya, udah. Ayok, bangunin ade kamu ya. Mama turun duluan" ucap Mama langsung bergegas turun dari bis bersama teman-temannya.

"Hmm" gumam kak Arika dengan malas. "Ra bangun yok buru" tidak ada jawaban.

"Ra" ucap kak Arika pelan.

"Zahratushita banguun!!" teriak kak Arika di telinga Zahra setelah melepas headset yang berada di telinga Zahra. Karena tidak juga mendapatkan jawaban, kak Arika memencet hidung Zahra dan tidak lama kemudian...

"Aaaaa!!" ucap Zahra gelagapan mencari oksigen. Kak Arika pun melepaskan hidung Zahra.

"Ayok, udah di Kuta" kata kak Arika santai dan bersiap untuk turun.

"Eh kak, kakak pake apa ntar?" tanya Zahra.

"Gue ganti lah, yakali gue pake ginian ke pantai. Dah ah yuk" ajak kak Arika.

"Emang ga di marahin Mama ntar kak?" pertanyaan Zahra kali ini tidak di gubris oleh kak Arika, yang sudah melenggang turun dari bis. "Ih kakak ih" ucap Zahra sambil mengejar kak Arika.

Setelah sampai di luar bis, Zahra langsung disambut matahari yang sudah mulai meninggi. Zahra reflek menyipitkan mata kecilnya karena silau. "Kakaaak!" teriak Zahra.

"Apaan? Sini buru!" perintah kak Arika sambil lambai-lambaikan tangannya memanggil Zahra. Zahra langsung mendekati kak Arika yang berada di dekat kamar ganti dengan sedikit berlari.

"Ih panas ih! Kakak bawa sunblock ga?" tanya Zahra.

"Jangankan sunblock, lo liat dong gue udah bawa apa buat kita. Makasih lo sama gue" ucap kak Arika dengan nada bangganya sambil menyodorkan isi tasnya kepada Zahra.

Zahra membalasnya dengan tatapan tak percaya sambil berkata, "Oh ya ampun! Kakak kapan siapin gini? Eh tapi bajunya masih yang wajar kan? Ntar di omelin Mama kan ga iya banget"

"Rrhh cerewet aja lo. Ayok buru! Ganti" tarik kak Arika kepada Zahra.

••
"Kak ini serius kita ga papa keluar gini?" tanya Zahra untuk yang kesekian kalinya kepada kak Arika.

"Udah ga papa. Tapi kita langsung ke pantainya aja, jangan lirik-lirik ke Mama" komando kak Arika kepada Zahra.

"Hmm, okedeh" ucap Zahra.

Zahra dan kak Arika pun keluar dari kamar ganti. Dan secara otomatis seluruh pamdangan terpaku pada Zahra dan kak Arika, karena pakaian yang mereka kenakanterlalu terbuka. Ini kenapa sih pada ngeliatin gitu, kan ini lagi di pantai?! Norak banget sih. Oh wait, itu bukannya Wira ya? Shit! Dia liat gue lagi, kemana nih gue ya? Ah gue datengin Bli Saka aja deh.

"Hai Bli!!" ucap Zahra sambil berlari kecil menuju Bli Saka yang sedang berada di pinggiran pantai menikmati angin pantai dan matahari sore yang menenangkan.

"Eh, Ra. Kamu cantik kalo lagi ceria gitu, coba tiap hari gini pasti makin banyak yang suka" ucap Bli Saka spontan. Namun Zahra tidak menggubris sedikitpun perkataan Bli Saka karena ia sedang sibuk memperhatikan Wira yang tadi ingin mendekatinya. Setelah memastikan Wira yang mulai menjauh, Zahra pun pergi juga meninggalkan Bli Saka.
••
"Ra, ini buat kamu" ucap Bli Saka sambil menyodorkan sebuah dream cathcer tepat setelah Zahra membersihkan diri dan sedang berjalan menuju bis yang membawanya. Langit senja dengan matahari yang mulai turun membuat suasana menjadi semakin canggung.

"O-oh iya, thanks" ucap Zahra tergagap-gagap sambil mau tidak mau mengambil pemberian dari Bli Saka.

"Disimpen ya, mudahan bisa jaga kamu dari mimpi buruk" ucap Bli Saka sambil mengulum senyuman tulusnya. Zahra membalasnya hanya dengan senyuman kakunya. Suasana terasa semakin canggung, dan Zahra merasa sangat tidak nyaman. Seakan mengerti perasaan Zahra, kak Arika memanggilnya dari kejauhan.

"Ra! Sini deh buru!" seru kak Arika sambil melambai kepada Zahra. Zahra dengan cepat berlari menuju kak Arika tanpa meninggalkan sepatah katapun kepada Bli Saka.

"Kak, you safe me. Thanks a lot" bisik Zahra yang sudah sampai di dekat bis dimana kak Arika berada.

"Utang banyak lo sama gue" ucap kak Arika seolah tak peduli. "Udah yok buru naik bis. Ntar aja ceritanya di hotel"

"Okay" ucap Zahra yang terlihat memikirkan apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Kalo udah gini gimana coba? Zahra, Zahra kepinteran banget sih lo. Gimana ya besok kalo ketemu Bli Saka?

🌸🌸🌸
 
Segini dulu ya update kali ini, maaf kalo kurang dapet feelnya dan kelamaan. Kemaren kehalang PKK (ospek) kuliah soalnyaaa *alesan* hehe
Maaf ya sekali lagi, jangan lupa kritik, saran dan vommentnya yaaah!!
Sampai ketemu di update selanjutnya, Readers Tercintaaa Mwaaaa😘

CoincidencesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang