8✨

100 3 0
                                    

Hai hai halo~~
Kenapa post kali ini cepet, karena idenya tumepeh-tumpeh gegara kesenengan yang baca udah 204, yeay!
Which means tulisan aku ga jelek-jelek banget. Jelek aja._.
Selamat membaca readers tercintaaa

🌸🌸🌸

Tak terasa 2 hari 3 malam Zahra di Jogja sudah habis, dan kini saatnya Zahra beserta rombongan melanjutkan perjalanan menggunakan pesawat. Zahra kini sudah berada di Airport, dan sedang menunggu 2 sahabatnya yang berjanji akan menemuinya sebelum Zahra meninggalkan kota kelahirannya ini.

Ini Diyo sama Modi niat nemuin gue ga sih? Di sms, Line, telpon ga ada yang respon. Janjinya udah dari awal gue dateng, taunya cuma ngemeng doang. Nyebelin banget sih. Sampe mereka ga dateng, gue ga akan ngehubungin mereka lagi pokoknya.

"Sayang? Diyo sama Modi jadi kesini?" tanya Mama dengan lembut.

"Tau tuh" sungut Zahra sambil menyilangkan tangannya di dada.

"Udah jangan di tanya-tanyain dulu, Ma. Lagi sensi doi" ceplos kak Arika begitu melihat respon adiknya kepada Mama nya.

Ucapan kak Arika hanya direspon lirikan tajam Zahra yang menandakan 'apaansi'. Mama yang melihat aksi kedua anaknya, hanya mengelus kepala mereka berdua lalu menciumnya secara bergantian. Ciuman Mama meredakan sedikit kemarahan Zahra. Keduanya pun tersenyum tenang.

"Udah coba dihubungin sayang?" tanya Mama lagi kepada Zahra.

"Udah, Maaaa. Iih mereka niat ga sih" gerutu Zahra kembali dengan mengerucutkan bibirnya.

Tiba-tiba badan Zahra terasa melayang. Terlihat tangan lelaki yang melingkar di perut Zahra. Zahra mencoba tenang dan mengingat tangan siapa yang berada di perutnya kini. Diyo. Zahra yakin ini tangan Diyo.

"Yo, put me down" ucap Zahra dengan datar.

"Nope, I won't let you go again my queen" ucap Diyo enteng dan Zahra yakin pasti Diyo menyunggingkan senyuman usilnya.

"Diyo, aku serius. Kamu ga lepasin, aku bakal teriak" ancam Zahra.

"Teriak aja, kalo berani" kata Diyo santai.

Zahra langsung mendongak kan kepalanya dan mendekatkan mulutnya ke telinga Diyo. "Aaaaaa tolong ada penculik!! Tolong!!" pekik Zahra di telinga Diyo.

Diyo bergegas menurunkan Zahra dan mengusap-usap telinganya dengan panik. "My queen, kamu mau buat King mu ini tuli?" sungut Diyo.

"Kang king kang king. Najis. Modi mana?" tanya Zahra dengan kepalanya yang celingukan mencari Modi.

"Modi..." ucap Diyo disertai tatapan sedihnya.

"Gausah dramatis kayak di film-film deh. Aku bisa liat Modi di belakangmu" ucap Zahra sambil menunjuk Modi yang berada di balik Diyo.

"Kok lo bisa liat sih? Kan gue mau liat ekspresi lo waktu gue ga ada" ucap Modi dengan kecewa.

"Apaan coba gitu. Kurang kerjaan" ucap Zahra sambil memutar bola matanya.

Tak terasa pemberitahuan keberangkatan Zahra beserta rombongan sudah terdengar, menandakan bahwa mereka harus segera masuk ke ruang tunggu.

"Yaaah queen, kamu serius ga mau disini aja?" rengek Diyo.

"Aku mau sih. Mau banget malah, cuma Mama tuh" kata Zahra sambil menunjuk Mama nya dengan dagu.

"Ma, Zahra nya tinggal sini aja sih" minta Diyo dan Modi bersamaan kepada Mama.

"Ga. Kalian aja yang ikut gimana?" tawar Mama.

CoincidencesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang