a

6.5K 368 53
                                    

Salshabilla Adriani gadis berambut coklat yg kini sedang menyelesaikan tahun terakhirnya di SMA. Pun dengan sahabatnya Katya Shamira yg juga sedang menyelesaikan tahun terakhirnya di SMA yg berbeda.

Enam tahun tak jumpa tidak membuat keduanya lost kontak. Terlebih dengan kesibukan mereka masing-masing pastilah akan sulit untuk menghubungi satu sama lain. Tetapi, dunia sudah semakin canggih. Walaupun jarak yg memisahkan keduanya bisa dibilang sangatlah jauh. Namun, keduanya bisa merasakan ngobrol tanpa jarak, bertatap muka seolah tanpa penghalang suatu apapun.

Dan beberapa langkah lagi mereka berdua akan menghadapi Ujian Nasional yg sudah menghitung hari. Namun, gadis berambut coklat itu sama sekali belum mempunyai cita-cita yg jelas. Seringkali berubah-ubah. Kedua orang tuanya sibuk mencarikan Universitas yg cocok untuknya.

Pun dengan Katya, gadis berambut hitam itu juga masih belum mempunyai pandangan akan cita-cita nya di masa depan. Namun, Katya sungguh ingin bisa bersama Salsha. Bersekolah di Universitas yg sama nantinya. Katya bahkan sudah merindukan masa-masa dimana mereka berangkat ke sekolah bersama. Satu tujuan, menuntut ilmu.

***

"Salsha! Ayo cepat turun. Guru pembimbingmu sudah datang sayang." Teriak ibunya,

Gadis itu menghela napas panjangnya. Otaknya sudah hampir meledak mungkin. Mengingat setiap hari Salsha harus mengikuti bimbingan belajar kurang lebih 2 jam dalam sehari ditambah waktu belajar di sekolahnya 8 jam.

"Iya sebentar."

Sebenarnya ia tahu itu semua demi kabaikannya namun, sungguh gadis itu seperti tak mempunyai kebebasan untuk bermain bersama teman-temannya terlebih sang kekasih yg seringkali memprotes tindakannya karena anggap sudah tak peduli. Padahal jauh didalam hatinya gadis itu ingin menghabiskan waktu bersama teman-temannya dan kekasihnya ditengah jadwal belajar yg hampir membuatnya gila.

Tetapi ia sadar, sudah sewajarnya ia fokus. Tinggal selangkah lagi ia akan terbebas dari rumus-rumus yg harus ia hafal di luar kepala. Sungguh, itu sangat memuakkan. Batinnya

Sebelumnya gadis itu mengecek ponselnya terlebih dahulu barangkali Aldi-kekasihnya-mengirimkan pesan singkat.

Salsha sangat mencintai lelaki itu. Walau Aldi sangat overprotektif terhadapnya. Tetapi ia tahu jika Aldi sangat mencintainya. Singkatnya mereka saling cinta.

"Kamu dimana?"

"Kok nggak ngabarin?"

"Jangan genit-genit sama cowok lain!"
"Terserah kalau nggak mau jawab."

"Yaudah sana lanjutin kegiatan kamu!"

"Ngapain ajasih sampe lupa sama pacarnya?"

"Sudah ada yg lain? Yaudah aku juga mau nyari yg lain!"

Seulas senyum tampak dari bibir Salsha. Gadis itu sedikit senang, mengingat Aldi yg terus mengiriminya pesan singkat sebagai bentuk perhatian. Walau pesan-pesan yg dikirim Aldi sedikit menujukkan ketidaksukaannya jika Salsha seringkali menghilang tanpa kabar. Bahkan sedikit ada rasa kekecewaan dan protes yg nampak dari pesan singkat tersebut. Tetapi disisi lain gadis itu malah kecewa karena Aldi masih belum bisa mengerti bagaimana sibuknya dirinya ditengah jadwal belajar yg sudah orang tuanya siapkan.

Aldi, satu satu sekolah dengan Salsha. Tetapi Aldi berada satu tingkat dibawah Salsha. Sebenarnya umur keduanya sama. Tetapi, karena Aldi telat sekolah jadi lelaki itu berbeda satu tingkat dengannya.

"Salsha! Ayo turun! Sudah 10 menit guru kamu nungguin, cepet!" Teriak ibunya dari lantai bawah.

Salsha mendengus sebal. Buru-buru jemari tangannya mengetikkan balasan pesan untuk Aldi.

Strong [AMS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang