o

435 28 9
                                    

Do you still love him?

I'm not sure that I know what love is anymore. I think about him all the time. But when you think about someone you love it should make you happy. But, I'm just miserable

Salsha sudah didalam pesawat. Perempuan itu memandang ke arah jendela. Bersamaan dengan air mata yang sudah mengalir deras dipipinya. Salsha menangis.

Setelah ia sudah duduk dengan tenang didalam pesawat. Tiba - tiba ponselnya berbunyi. Menandakan ada pesan masuk. Dengan segera perempuan itu mengecek siapa seseorang yang mengirim pesan.

Aldi. Laki - laki itu mengajak Salsha bertemu malam ini. Mengajak Salsha berbicara baik - baik. Hendak memperbaiki hubungan mereka. Bahkan, Aldi yang berusaha memperbaiki, sedangkan dirinya? Sama sekali tidak melakukan apa - apa. Lihat, seberapa tulusnya laki - laki itu untuk Salsha. Bahkan ketika perempuan itu enggan untuk menghubungi dirinya setelah pertengkaran mereka kemarin.

Salsha mengutuk dirinya. Ia sudah terlalu jauh mempermainkan perasaan Aldi. Laki - laki itu baik. Sangat baik.

Kemudian, Salsha mengambil ponselnya. Hendak mengetik pesan balasan untuk Aldi.

Perasaanya sakit. Mengapa harus laki - laki sebaik Aldi yang harus ia sakiti? Perasaannya pun sakit. Seperti jutaan jarum menusuk hatinya. Berdarah, namun tak terlihat. Sakit. Sangat sakit.

Aldi, maaf ya. Aku lagi diluar kota. Nanti kita ketemu. Aku kabari kalo aku udah pulang. Jaga diri ya, Di. Pokonya, Salsha balik, Aldi harus baik - baik aja.

sent.

Sedetik kemudian, Salsha mematikan ponselnya. Ia tak sanggup menerima balasan kecewa dari Aldi. Aldi semangatnya, Aldi penguatnya. Laki - laki itu tulus padanya. Bahkan, ia berada disini untuk Aldi. Untuk masa depan mereka.

Salsha menutup kedua matanya dengan tangan. Bahunya naik turun. Rambutnya terurai menutupi sebagian wajahnya. Salsha menangis sejadi - jadinya tepat ketika pesawat mulai lepas landas. Pesawat membawa raganya pergi. Pesawat membawa Salsha pergi dari Aldi. Menciptakan jarak sebagai penghalang.

Hatinya sesak. Rasa sesak itu nyata. Terasa menghimpit dada Salsha. Sangat sakit.

" Selamat Tinggal, Aldi. Selamat tinggal tanah air. Selamat tinggal kenangan. Tunggu aku kembali." Ucap Salsha pelan, hampir seperti berbisik.

Kemudian yang terdengat hanya suara isakan.

*

Tepat pukul setengah sembilan malam. Aldi sampai didepan rumah Salsha. Bertepatan dengan Ibu Salsha yang baru saja hendak menutup pagar.

"Tante, Apa kabar? Lama enggak ketemu, sehat tante?" Sapa Aldi, sopan. Laki - laki itu sangat menghormati Ibu Salsha

Sejenak Helen diam, kemudian tersenyum. Begitu tulus. Wanita itu tahu, Aldi datang kesini pasti ingin bertemu Salsha.

Apa yang akan Helen katakan kepada Aldi? Ia tidak tega jika harus berbicara yang sebenarnya kepada Aldi. Helen tahu, Aldi sangat baik. Tulus.

Ada pendar kebahagian didalam mata Aldi. Jelas, Helen bisa membaca itu. Seolah - olah mata Aldi lebih jujur ketika ia bertemu Helen, meminta izin hendak bertemu dengan Salsha.

"Aldi ya? Lama nggak ketemu nih. Tante baik, Di. Kamu gimana? Sehat kan? Ehh..masuk dulu, Di."

"Iya tante. Sehat kok. Disini aja, tante. Cuma minta izin mau ngasih martabak buat Salsha. Sekalian ketemu Salsha sih. Kalo boleh." Ucap Aldi, meminta izin. Bahkan suaranya sangat pelan di akhir kalimat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Strong [AMS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang