d

2.5K 157 21
                                    

Sudah 5 hari Salsha menghilang tanpa kabar. Tanpa suatu penjelasan yg bisa sedikit menenangkan Aldi. Bahkan ponselnya juga tidak aktif setiap kali Aldi mencoba meneleponnya. Pesan-pesan yg dikirim Aldi juga tak satupun dibalas Salsha.

Aldi mengerti hal itu. Mungkin Salsha masih dalam tahap penenangan dirinya. Mengingat Ujian Nasional sudah di depan mata. Ia tak mau jika nanti Salsha terganggu dengan pesan-pesan singkatnya atau teleponnya--walaupun ponsel Salsha tidak aktif. Oleh karena itu Aldi berhenti menghubungi Salsha. Mungkin setelah Ujian Nasional aku akan berusaha menghubungimu lagi. Batin Aldi.

*

Kring..kring..kring

Salsha menyipitkan matanya. Melihat kearah sumber suara diatas meja dekat ranjangnya. Jam beker miliknya berdering. Salsha sengaja memasang pukul 5 pagi. Ia tidak mau terlambat datang ke sekolah. Mengingat hari ini hari pertama gadis itu memulai Ujian Nasional.

Beberapa detik kemudian Salsha mulai menyibak selimut yg membungkus tubuhnya. Menyenderkan tubuhnya di dinding kamarnya sembari menggoyang-goyangkan kakinya. Namun matanya masih tertutup. Keadaanya kali ini setengah sadar. Salsha sempat kembali tertidur lagi beberapa saat tetapi buru-buru gadis itu terbangun sebelum memasukki alam mimpi lebih lama lagi.

Sebelumnya gadis itu melirik kearah jam beker miliknya. 05:20 tertera disana. Buru-buru gadis itu bangun dan bersiap-siap sebelum berangkat ke sekolah. Salsha sempat terlonjak kaget ketika kakinya bersentuhan dengan ubin yg sudah mendingin akibat pendingin ruangan. Lalu berjalan kearah pintu kaca yg menghubungkan kamarnya dengan balkon, hendak membuka tirai pintu kaca itu. Membiarkan udara pagi memasukki kamarnya dan sinar mentari menerangi sudut kamarnya.

Sejenak Salsha membiarkan udara pagi menerpa bagian wajahnya di temani dengan kicauan burung di pagi hari dan sinar mentari yg berangsu-angsur memancarkan sinarnya. Ia memejamkan matanya selama beberapa detik. Meregangkan seluruh otot-otonya.

"Salsha bangun! Ayo cepet ke sekolah ini hari pertama kamu ujian sayang. Jangan terlambat!" Teriak ibunya dari lantai bawah.

Buru-buru Salsha masuk kedalam kamarnya dan mengambil handuk yg menggantung di belakang pintu kamarnya. Berjalan cepat menuju kamar mandi. Ia tidak mau ibunya marah-marah pagi ini.

*

Salsha segera menuruni tangga menuju ke lantai bawah. Untuk sekadar makan pagi dan mengobrol sejenak dengan ayah dan ibunya. Jam yg melingkar di tangan kananya juga masih menunjukkan pukul 05:50. Setidaknya ia masih punya sedikit waktu untuk itu.

"Pagi, pa, ma." Sapa Salsha kepada kedua orang tunya sembari memgambil posisi duduk di sebelah papanya.

"Pagi sayang. Semoga lancar ya Ujiannya. Kalau ngisi yg bener-bener loh ya Sal." Ucap papanya sembari mengelus-elus puncak kepala Salsha.

"Mama sama Papa sudah ada hadiah buat kamu setelah kamu selesai ujian ini. Semoga kamu seneng ya sama hadiah itu." Tambah ibunya,

Salsha tersenyum tipis dibarengi anggukan kepalanya. Sejenak pandangan gadis itu terarah ke depan. Pikirannya melayang-layang seperti layangan yg baru saja putus. Membayangkan kemungkinan-kemungkinan apa saja yg akan orang tuanya lakukan untuknya. Membayangkan seberapa kuatkah untuknya ketika nanti berpisah dengan Aldi. Dalam keadaan saling tidak menghubungi saja ia sudah sangat tersiksa apalagi harus berpisah? Entah seberapa kuat gadis itu bertahan.

"Jangan ngelamun gitu Sal, dimakan dong. Keburu dingin loh." Ucap Ibu Salsha membuyarkan lamunannya.

Lagi-lagi Salsha mengangguk sambil sedikit tersenyum. Namun bagi siapa saja yg melihat dengan teliti, tampak jelas jika senyum itu dipaksakan. Barangkali Salsha masih mengikuti jalan pikirannya yg melayang-layang.

Strong [AMS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang