Tentang Kita

189 7 0
                                    

Hola.. Kamu yang pernah menjadi bagian dari kita yang akan aku ceritakan.

Ini bukan cerita, surat, puisi, atau frasa. Ini hanyalah tulisan di waktu kosongku yang tiba-tiba ada bayanganmu yang berlarian di otakku. Biasanya, aku masa bodo saat bayangan senyummu mulai menggoda. Tapi tidak untuk kali ini. Ada aku dan kamu yang pernah menjadi kita, dan kembali menjadi aku, kamu.

Kau ingat lirik ini "Kau begitu sempurna, dimataku kau begitu indah.."

Sempurna. Iya lirik dari lagu Sempurna milik Andra and The Backbone. Sekarang pun rasanya masih sama. Lagu selalu punya caranya sendiri untuk membawa kenangan kembali. Aku masih ingat raut wajahmu saat mulai bersenandung lagu itu di depanku. Dengan bangganya kau bernyanyi dengan nada fals.

"Kita beli es degan duren di Pattimura yok, masih pengen kan?" Masih bisa ku ingat pesan singkatmu di ponselku.

"Aku jemput sekarang." Pesan keduamu yang bisa membuatku langsung tersenyum.

Iya. Saat itu aku benar-benar ingin menikmati segelas es degan duren yang memang menjadi minuman favoritku saat berkunjung ke kotamu tapi waktu itu kamu masih sibuk dengan urusanmu. Hingga kemudian kau mengajakku keesokan harinya.

Kau tau, wajahmu begitu lucu saat itu. Gelisah, kecewa, dan kerutan di keningmu itu. Kau menghela nafas panjang tanda kecewa saat mendapati pedagangnya tidak jualan saat kita sampai disana dengan keinginan yang begitu besar.

Aku berpikir, siapa yang pengen es itu, siapa pula yang kecewa begitu besar saat tidak mendapati?

Lalu kita menepi di trotoar tepat didepan lapangan basket. Aku memang tidak bisa menikmati es kesukaanku, tapi aku mendapat sebuah potret lucumu dengan kamera ponselku.

***

Entah. Aku tidak lagi ingat seberapa hancurnya aku. Seberapa parahnya hatiku yang porak poranda. Perasaan yang tidak hanya pilu, tapi sakit. Tapi entah sakit yang bagaimana. Dan hari itu berakhir dengan sisa air mata dalam sebuah ruangan gelap.

Dua minggu tanpa kabar kemudian kau datang. Harusnya kau masih ingat wajah bahagiamu saat aku tersenyum di depan pintu. Sebahagia itukah? Seharusnya kau tak datang.

"Kau ingin pergi kemana hari ini?" Kau bertanya padaku. Dan aku masih diam dengan pulpen dan buku bersampul hitam putih. Wajahku masih datar, kau menggaruk kepalamu. Ku rasa kau tau kenapa aku diam.

"Kau masih menulis cerita tentang rencana kita?" Rencana. Benar. Hanya rencana.

Diantara lagu D'Massiv - Merindukanmu, kau biarkan keheningan berada diantara kita. Diantara dua gelas es jeruk yang kau teguk dan salah satu gelasnya untukku tapi masih belum ku sentuh. Aku tau ada sesuatu, tapi aku bepura tak mengerti.

Aku penyuka langit musim panas dari balik jendela ruang kerjaku, dan kau pemuja hujan deras dari balik kamar tidurmu. Kau yang selalu menikmati tiap teguk susu coklat panas, tapi tertarik dengan kopi hitam yang aromanya menyeruak dari cangkirku. Aku dengan musik melow, dan kau dengan musik cadas. Sederhananya perbedaan kita.

***

"Hei jelek. Apa masih bisa kita disebut teman?" Aku hanya mengangguk perlahan.

"Apa masih bisa sayang yang kita banggakan ini hanya sebatas sayang?" Aku hanya mengangkat kedua bahuku sambil terus memperhatikan Naruto yang sedang tayang di layar televisi.

Awal bulan juli. "Aku mencintaimu.." Rasanya aku salah dengar dan langsung menoleh kearahmu. Dan kau hanya tersenyum lalu beranjak pergi.

Seharusnya orang-orang di tempat kos ku tau rona bahagia dan wajahku yang memerah saat mengantarkanmu keluar gerbang.

Kemudian, aku dan kamu telah menjadi kita. Sesederhana itu. Tidak, ini sempurna.

Bajumu ku racuni dengan parfumku. Kau mencium aromanya seperti menemukanku melekat disana. Aku tertawa saat kau mulai terlihat kesal. Harusnya aku memberimu kaca saat itu, agar kau melihat bagaimana ekspresimu yang kesal. Kalau saat itu adalah kesalahan, biarkan saja. Aku tidak pernah menyesali kesalahanku jika indahnya sama sepertimu.

***

Bulan januari dengan hujan intensitas tinggi. Bulan ke 33 setelah ada kita. Aku tidak harus mengirim pesan singkat agar kau menemuiku. Karena kau disini. Tapi hanya tubuhmu yang berada disampingku, entah pikiranmu kemana. Apakah waktuku bersamamu sudah habis?

Kemudian, cerita dipertengahan kisah kita kembali menyeruak.

Perempuan berkebaya biru langit yang tidak bisa ku gantikan perannya. Dan lelaki dengan lesung pipi itu menarikku masuk kedalam kesalahan terbesarku.

"Selanjutnya bagaimana? Aku tidak bisa lagi menundanya." Ucapmu lirih.

Sakit. Sangat sakit. Harusnya aku tahu jika rasanya akan sesakit ini. Cinta. Jika tidak ada sakit, berarti selama ini bukan cinta? Jadi jika ini sakit, berarti semua ini adalah cinta. Tapi cinta macam apa ini?

***

Aku memilikimu, hanya pernah memiliki.

Kau memilikiku, hanya sempat memiliki.

Hari ke delapan bulan ke enam tahun yang dipenuhi terik matahari. Aku datang sebagai orang yang mengenalmu. Hanya mengenalmu.


Kita. Hanya dua orang asing yang dipertemukan takdir dan kini kembali menjadi orang asing lagi.

Tentang LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang