Tentang "Senja"

153 2 0
                                    

Malam ini begitu panas tapi Langit masih saja tetap tersenyum teduh di serambi belakang rumahnya. Disebelahnyanya sedang duduk gadis cantik yang terlihat dewasa juga tersenyum. Parfum khasnya tercium lembut di indra penciuman Langit hingga berganti aroma petrichor dari tanah yang disiram air oleh ibunya. Langit menekan tombol yang ada di earphonenya untuk mendengarkan lagu berikutnya, suara dari sebuah idol grup mulai meracuni otaknya. Bait demi bait ia resapi, Tooku ni Itemo - Ditempat yang jauh pun.

"Sudah lama ya?" Ujar suara yang tiba-tiba terdengar dari sela-sela lagu yang didengarkannya Langit.

Seketika Langit melepas sebelah earphone dari telinganya, dan menoleh kearah sumber suara itu. Suara itu berasal dari Senja, adik cewek satu-satunya yang Langit miliki yang selalu mengerti Langit tanpa perlu bercerita, sudah duduk disebelahnya. Langit pun tersenyum kemudian kembali melihat jauh kedepan.

Banyak yang mengatakan jika mereka tidak akan cocok karena weton mereka yang terbilang sama-sama keras menurut perhitungan jawa. Mustahil bagi mereka untuk rukun, pasti akan selalu masalah yang membuat mereka bertengkar. Namun kenyataannya Langit dan Senja mampu menjalani itu dengan baik. Setidaknya seperti itulah yang Langit rasakan. Langit yang selalu mencoba menjadi kakak yang baik meski seringkali manja dan tidak pernah mau mengalah pada adiknya, Senja menjadi adik dan teman bagi Langit meski seringkali Senja yang mengalah agar kakaknya tidak marah.

"Kenapa senyum-senyum?" Tanya senja. "Dasar gila"

"Diem aja, aku pengen menikmati ini."

"Bentar lagi pasti marah-marah gak jelas."

"Diem" Ulang Langit. "Bisa?"

"Kali ini carilah seseorang yang bener-bener sayang sama kamu."

"Maksudmu?"

"Ya.. Meski gak selalu ada, setidaknya dia bisa menyediakan bahu nyamannya buatmu, biar kamu tenang. Mengerti bagaimana kamu, yang bisa menerjemahkan kegelisahanmu meski tertutup dengan senyummu, yang menyerahkan seluruh hatinya untukmu dan yang pasti dia yang tidak akan pergi meninggalkanmu sendiri."

"Kamu gak ngaca? Apa perlu aku ambilkan?"

Keduanya sama-sama tertawa.

Langit tahu jika Senja tidak sedang mengejeknya, tapi juga memperingatkannya. Senja tahu bagaimana Langit jika sudah sayang terhadap seseorang, ia tidak akan berkata tidak untuk apapun. Lemah dan payah. Itulah yang selalu dilontarkan Senja saat Langit mulai gelisah terhadap hubungannya. Senja tahu jika hati Langit masih tertinggal pada seseorang yang telah mengkhianatinya.

"Sebenernya kamu pengen punya hubungan yang normal lagi gak sih?" Tanya Senja.

"Maksudmu? Bukankah aku dan Bintang mempunyai hubungan normal dan wajar?"

"Bukannya Bintang cuma kamu buat topeng untuk menutupi kegundahanmu?"

"Eh, aku sayang Bintang. Udah." Jawab Langit dengan nada tinggi.

"Eh nama mantanmu yang pernah ninggal kamu buat nikah siapa?"

"Mars." Jawab Langit singkat. "Eh ngapain nanyain?"

"Gimana keadaannya?"

"Baik. Istrinya sedang hamil anak kedua."

"Kalau itu kamu, mungkin sekarang kamu udah jadi ibu-ibu gendut kali ya."

"Monyet, aku masih terlalu muda."

Keduanya tertawa terbahak bersama.

Langit tahu, jika apa yang ia rasakan sekarang pasti dipahami dengan baik oleh Senja. Hubungan yang pernah ia jalani memang tidak mudah, selain usia Langit yang masih terlalu muda untuk Mars saat itu, ada rintangan lain yang telah menanti. Mereka tidak bisa memungkiri jika Langit dan Mars menyebut Tuhan mereka dengan nama yang berbeda. Itulah yang menjadikan hubungan mereka tidak pernah bisa sampai ke tujuannya.

"Sebenernya, aku ini yang terlalu kangen sama kamu atau kamu yang kangen sama aku?"
 Ucap Langit yang teringat sesuatu, Senja pun hanya tersenyum.

"Terima kasih." Ucap Langit lagi sambil tersenyum dan membuka matanya.

****

20 Oktober beberapa tahun lalu. Orang-orang berkerumunan disebuah tempat yang menjadi rumah baru. Bukan rumah yang besar, hanya berukuran sekitar 2m x 1m. Didalamnya tergeletak tubuh kecil Senja dengan mata terpejam dan senyum damainya.



Tentang LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang