Waktu Hujan Turun

138 2 0
                                    

Apa yang kamu pikirkan saat rintik air mulai berjatuhan satu demi satu dari langit?

***

Ada sesak yang tiba-tiba menyeruak dari balik aroma petrichor yang mulai memudar berganti dengan hawa dingin dan suara riuh rintik hujan. Sakit? Iya ada sedikit sakit yang mengintip dari celah ingatan.

Bodoh memang, saat hujan aku memutar lagu melow untuk memenuhi ruang dengarku. Tapi kali ini aku sengaja. Sengaja mengingatmu saat hujan turun sederas saat ini. Kau ingat, saat kita tak lagi memiliki pilihan lain selain pergi menjalani hidup ini sendiri-sendiri? Kau ingat saat detik terus menghimpit kebersamaan kita? Kau ingat air mata yang melebur bersama deras hujan, seperti saat ini? Apa kamu ingat? Karena aku masih mengingatnya dengan jelas.

Siang itu, rasanya seperti menanti malaikat maut menjemput. Kita memaksakan tawa untuk hadir diantara kita. Aku yang sibuk dengan ketakutan tentang hari setelah saat itu yang akan aku lalui sendiri tanpamu. Dan kamu yang terus saja sibuk menenangkanku jika semua akan baik-baik saja.

Aku hanya ingin menatapmu lekat-lekat, memeluk tubuhmu erat, dan berkata "pikirkan sekali lagi". Tapi semua itu hanya tertahan dalam pikiranku. Mana mungkin aku menahanmu? Aku hanya bisa berpura, seolah semuanya akan berjalan dengan mudah.

Sore itu hujan turun dengan derasnya. Kita biarkan air yang biasanya kita abaikan, menyeka tubuh dan membawa ketakutan serta luka luruh bersama alirannya. Tetes bening dari sudut mata pun tersamarkan derasnya. Putus asa jelas tergambar dalam genggam tangan yang tak kita lepaskan sejak berangkat kesini.

Rasanya aku tak mungkin bisa kembali bahagia bila tanpamu, rasanya separuh jiwaku mati saat tak kau temani, rasanya dunia menjadi sulit saat kau pamit. Tapi ternyata hanya rasanya.

Waktu. Benar. Yang aku butuhkan hanya waktu untuk terbiasa tanpamu. Bulan pertama hingga bulan berikutnya, aku sakau. Keluar dari kebiasaan yang selama ini terjadi, bukanlah hal yang mudah.

Lambat laun, aku menemukan alasan baru untuk kembali menata diri agar menjadi layak untuk dicintai. Ku rapikan jiwaku yang porak poranda karenamu. Ku tata kembali hidupku yang tak beraturan sejak kepergianmu.

Kali ini aku sengaja melihat hujan turun kemudian mengingatmu. Namun, hujan kali ini bukan lagi bercerita tentangmu.

Tentang LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang