I Love You, Bro! (2)

17K 311 1
                                    

"Mana sih anaknya Pak Domi? Kok lama amat datangnya? Aduh gue udah gak tahan nih, perut gue mules." ucap Dimi sambil memegang perutnya.

"Bentar lagi kali Mi, tahan dulu dong." jawab Josh.

"Aduh Josh, gue udah gak tahan lagi. Gue ke toilet dulu ye, lagian gak ada gue juga itu bapak gak bakal sadar. Bye." ucap Dimi lalu ngacir meninggalkan deretan para pegawai yang bersiap untuk menyambut kedatangan putra dari Pak Domi, pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

Nic melangkah dengan penuh percaya diri, dilihatnya di sisi kiri kanannya para pegawai yang menundukkan kepala. Kepercayaan dirinya semakin tinggi, mengingat usianya yang baru menginjak 17 tahun sudah mendapat kehormatan seperti ini.

Nic berdiri diatas panggung kecil yang telah disediakan untuknya memberi sedikit sambutan. Disampingnya berdiri juga sang ayah.

Domi menuju stand mic didepannya. Ia tersenyum lebar dan menghembuskan nafas perlahan.

"Selamat pagi semuanya. Terima kasih untuk kalian yang sudah memberikan sambutan seperti ini untuk putra saya. Seperti yang saya katakan kemarin, mulai hari ini putra saya akan bekerja disini juga, anggap saja sebagai persiapan untuk menggantikan saya nantinya. Mungkin kalian banyak yang meragukan kemampuan putra saya ini, karena usianya yang masih muda. Untuk itu saya minta dukungan dan bantuan kalian untuk membimbing putra saya supaya menjadi pemimpin yang lebih baik dari saya. Selanjutnya saya serahkan ke putra saya." jelas Domi lalu mundur dan digantikan oleh Nic.

"Selamat pagi semuanya. Perkenalkan, saya Dominic Sinocco. Kalian bisa memanggil saya Nic. Saya disini akan belajar menjadi pemimpin yang baik, untuk itu saya butuh bantuan dari kalian semua. Semoga saja saya bisa menjadi pemimpin yang baik seperti beliau.." ucap Nic lalu memandang Domi yang berdiri dibelakangnya. Beberapa pegawai bertepuk tangan, bahkan beberapa mengaminkan dalam hati.

"Kata ayah saya, beliau sudah menunjuk seseorang untuk menjadi sekretaris pribadi saya. Seseorang yang menurut beliau dapat mengajari saya. Siapa namanya Yah? Nic lupa." tanya Nic yang membuat Domi menggelengkan kepala karena Nic yang menanyakannya masih dengan menggunakan stand mic. Beberapa pegawai cekikikan perlahan, sementara Nic menggaruk kepalanya yang tidak gatal karena malu.

"Dimi Serrea, naiklah." perintah Domi.

Semua pegawai bertepuk tangan, tapi Dimi tidak juga naik. Josh bergegas mengambil handphone disakunya lalu menghubungi Dimi. 3 kali, tak kunjung ada jawaban. Sementara Domi sudah berkali-kali menanyakan dimana keberadaan Dimi. Suasana berubah riuh, beberapa pegawai sibuk mencari Dimi. Sementara Josh tetap kekeh menghubungi Dimi, tapi tak kunjung ada jawaban.

15 menit berlalu, Dimi tak juga hadir. Akhirnya Domi mengakhiri sambutan dan berpesan pada Josh supaya Dimi datang keruangan Nic nanti. Josh menganggukkan kepala dan berjanji akan menyampaikannya pada Dimi.

***

"Gara-gara mamang rujak nih, pake lewat depan rumah. Jadi tergiur kan gue, mana tadi gak pake sarapan. Aduh muless." omel Dimi saat didalam salah satu bilik toilet.

Cukup lama Dimi ditoilet, sampai akhirnya selesai dan ia bergegas menuju para pegawai berkumpul setelah merapikan sedikit make-up nya.

Saat Dimi tiba ditempat acara, tak dilihatnya lagi teman-temannya. Yang tersisa hanya panggung yang kosong dan pegawai yang telah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

"Eh, ini acaranya udah selesai?" tanya Dimi pada salah satu pegawai.

"Lo kemana aja sih, tadi lo dipanggil sama Pak Domi."

"Eh kenapa? Gue emang ngapain?"

Belum juga pertanyaan Dimi dijawab, Josh datang dengan berlari. Setibanya dihadapan Dimi, ia berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah karena berusaha mencari Dimi disetiap lantai.

"Lo dari mana aja sih?" tanya Josh setelah dapat bernafas dengan normal.

"Gue dari toilet Josh, kan gue udah bilang tadi."

"Gila! Lama banget lo ditoilet. Lo ketiduran?"

Pletak.

Sebuah jitakan mendarat dikening Josh.

"Aduh, lo apa-apaan sih?"

"Lagian lo ngomong ngelantur. Masak iya gue tidur ditoilet."

"Hehe, eh lo sekarang keruangan Pak Domi muda deh."

"Pak Domi muda? Maksudnya?" tanya Dimi bingung.

"Anaknya Pak Domi namanya Domi juga. Seinget gue sih, gue tadi gak terlalu merhatiin dia ngomong."

"Telinga lo aja kali yang budek."

"Aduhhh, sakit Josh. Lo kalo nyubit gak pake akal." kesal Dimi sambil mengelus pinggang rampingnya yang baru saja dicubit Josh.

"Sekarang cepetan deh lo keruangannya. Lo dicariin tadi." jawab Josh.

"Iya bawel, ya udah gue pergi dulu ya." pamit Dimi pada Josh.

***

Dimi berdiri didepan sebuah pintu ruangan yang ditujunya. Ia mengetuk beberapa kali, lalu terdengar suara 'masuk' dari dalam.

Dimi membuka pintu dan menutupnya kembali saat ia sudah masuk. Dilihatnya seorang pria dengan posisi memunggunginya yang tinggi dan bertubuh atletis. Dari belakang saja ia bisa melihat postur badan yang tegap dan dada yang bidang. "Gilaa, badan anaknya Pak Domi keren banget." batin Dimi.

Pria dengan tubuh bak model itu pun berbalik. Mata Dimi membulat seketika saat melihat pria yang baru saja dipuja pujinya adalah Nic, bocah ingusan yang baru saja lulus SMA kemarin.

"Kok lo ada disini?" tanya Dimi tanpa menutupi rasa terkejutnya.

Nic berjalan kearah Dimi. Nic sedikit terkekeh saat menyadari bahwa tinggi Dimi hanya mencapai bahunya meskipun ia menggunakan high heels.

"Kamu Dimi Serrea?" tanya Nic.

Dimi meneguk ludahnya lalu mengangguk perlahan. Ia mengakui bahwa pria dihadapannya ini sangatlah tampan. Jangan lupakan juga badannya yang menggairahkan. Ditambah lagi dengan kemeja slim fit yang dikenakannya tanpa jas. Sungguh, ia ingin mencicipi tubuh menggoda itu sekarang juga!

Nic menatap Dimi lekat. Perlahan, ia melangkah maju untuk mempersempit jarak diantara ia dan Dimi. Dimi melakukan hal serupa, hanya saja Dimi melakukan gerakan menjauh alias mundur.

"Ke..kenapa kau di..sini? Aku mencari anak Pak Domi yang ee bernama Domi juga." ucap Dimi tergagap. Sesekali ia melirik dada bidang Nic, yang membuat nafasnya sedikit memburu.

Nic merangkul pinggang Dimi agar ia tidak menjauh. Didekatkannya tubuh Dimi dengan tubuhnya sehingga tidak ada jarak lagi. Nic sedikit menunduk, lalu mendekatkan bibir seksinya kewajah Dimi. Dimi menarik nafas panjang sebelum akhirnya menutup mata..

"Perkenalkan. Aku Dominic Sinocco, kak." bisik Nic ditelinga Dimi.

***

Jangan lupa tinggalin vote dan coment kalian ya. Bantu aku supaya aku bisa memperbaiki cerita absurd ini.

Thanks☺

Salam cium dari bibir yang tipis, Endewe.

I Love You, Bro!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang