"Jangan deket-deket sama gue Ben. Menjauh!" teriak Dimi.
"Mi, please. Gue minta maaf. Gue gak bermaksud apapun. Gue gak tau kalo bakal kejadian kayak gini. Mi, please..." pinta Ben. Ben mengarahkan tangannya perlahan untuk menggenggam tangan Dimi.
"Men. Ja. Uh. Lo ngerti bahasa indonesia kan Ben?" sindir Dimi.
"Ben, sebaiknya kamu pulang. Besok saja baru diselesaikan semuanya." ucap Lino dari arah pintu.
Ben mendengus lalu menatap Dimi lembut.
"Mi, gue minta maaf."
Dimi memunggungi Ben tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ben menyerah, ia lalu pulang setelah pamit pada Lino dengan senyuman miring.
"Kenapa gue bodoh? Jelas-jelas Dimi udah punya Lino, tapi apa yang gue lakuin?" batinnya.
"Kamu bisa cerita sama Mas, dek. Ada apa?" tanya Lino.
Dimi terisak lalu memeluk Lino. Perlahan Lino mengelus rambut adik kesayangannya itu dan menyeka air matanya.
"Aku gak ngerti kenapa jalan hidup aku gini-gini amat. Kenapa aku harus ketemu cowok brengsek terus?" tanya Dimi pelan.
"Mas tanya sama kamu, kamu sakit hati sama Ben?" tanya Lino.
"I..iya." angguk Dimi ragu.
"Kenapa kamu bisa sakit hati? Kamu kan gak cinta sama dia?"
Dimi menatap Lino meminta penjelasan. Apa maksudnya?
"Tatapan kamu ke dia itu beda, Dek. Kamu gak cinta sama dia. Tatapan kamu ke Ben itu gak kayak tatapan kamu ke Mac." jelas Lino.
"Jadi maksud Mas, aku masih cinta sama Mac?"
"Bukan, kamu sudah mencintai orang lain. Dan kamu baru saja menyakitinya." tambah Lino.
"Mas, Dimi sama sekali gak ngerti. Dimi cinta sama Ben."
"Kamu gak cinta sama Ben sayang. Coba lihat lagi, jujur sama perasaan kamu sendiri. Kamu bukan sakit hati karena Ben, kamu ngerasa bersalah sama seseorang. Kalau perkiraan mas tidak salah." ujar Lino lalu tersenyum dan mengecup kening Dimi.
"Mas tinggal dulu, Mas mau jemput Lina dirumah ibunya. Kamu jangan kemana-mana, istirahat saja dulu dirumah."
Dimi mengangguk dan tinggallah ia sendirian dikamar.
"Kalau bukan dia, siapa lagi yang aku cintai?"
---
Salam cium dari bibir yang tipis, Endewe.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Bro!
RomanceCinta itu bukan tentang umur. Cinta itu bukan tentang materi. Cinta itu kepercayaan. Cinta itu saling mengasihi.