"Ssstt tenanglah. I'm here. I'm here." bisik Nic ditelinga Dimi.
Dimi yang masih terisak lalu memeluk Nic erat. Didalam pelukan Nic pun ia masih terus menangis. Nic mengelus punggung Dimi dan terus menerus membisikkan bahwa ada ia disini.
"Gue hiks gak nyangka hiks. Gue hiks gue yang jadi perempuan gak bener hiks." ucap Dimi yang masih menangis.
"Sssttt.. Itu gak bener. Lo itu cewek yang baik, Mi. Gue tau itu."
Dimi melepaskan pelukan Nic lalu menyeka air mata dan errr -ingus- yang meleleh.
"Tapi gue yang jadi orang ketiga dihubungan mereka Nic. Gue! Gue si cewek bodoh yang mau-maunya dijadiin selingkuhan sama Mac. Itu gue Nic! Gue!" teriak Dimi.
Nic kembali memeluk Dimi. Berkali-kali Dimi meronta minta dilepaskan, tapi Nic tetap memeluknya erat. Dimi pun akhirnya bersandar lalu kembali menangis didada Nic.
"Dengerin gue." ucap Nic lembut sambil mengelus rambut Dimi.
"Lo itu wanita yang baik. Ini semua bukan salah lo. Ini semua salah pasangan gila itu. Lo beruntung karna lepas dari cowok kayak Mac. Dan jangan deket lagi dengan Hilda. Mereka itu pasangan aneh."
"Tapi gue.." ucap Dimi menggantung.
"Kenapa?"
"Gue terlanjur sayang sama Mac. Gue sakit hati."
"Lo cewek hebat. Lo gak pantes buat cowok kayak Mac. Percaya, lo bisa ngilangin perasaan itu."
Dimi mengangguk lalu menjauh dari Nic. Nic tersenyum lalu menyeka sisa-sisa air mata Dimi dipipinya.
"Maaf ya gara-gara gue kemeja lo jadi bash gini. Ada ingusnya lagi hehe."
"Seharusnya lo cuciin kemeja gue. Jijik nih gue sama ingus lo."
"Nyebelin banget sih ih."
"Lo tuh jorok."
"Gue kan sedih, Nic."
"Lo kalo sedih kayak gini ya? Jadi ilfeel."
Dimi diam lalu mendekap kedua tangannya didada. Nic hanya terkekeh lalu menyalakan mesin mobilnya dan mulai meninggalkan restoran.
"Gue anter balik ya?" tanya Nic.
"Hmm."
---
"Kamu aja deh sayang yang jelasin." ucap Mac.
"Kamu aja sayang, kan kamu yang pacaran sama dia." jawab Hilda.
"Tapi kamu sama dia kan sama-sama perempuan." kilah Mac.
"Jadi apa hubungannya sayangku?" tanya Hilda lalu mencubit pelan pipi Mac.
Dimi memutar bola matanya jengah melihat adegan memuakkan didepan matanya. Apa mereka tidak ingat bahwa ada ia disini?
"Bisa cepet dikit? Kasian Nic nungguin gue." protes Dimi.
Mac dan Hilda berpandangan lalu mengangguk.
"Jadi gini, gue sama Hilda udah pacaran 2 tahun." ujar Mac.
"Apa? Kita bahkan baru 3 bulan Mac." ucap Dimi.
"Gue selingkuh sama lo." jawab Mac.
"Maksud lo? Gue ini orang ketiga dihubungan kalian?"
"Bisa dibilang begitu." sahut Hilda.
"Lo tau soal ini?" tanya Dimi pada Hilda.
"Gue tau Mi. Lo bukan cewek pertama yang jadi selingkuhan Mac." jawab Hilda enteng.
"Dan lo gak marah? Lo gak malah mutusin ini cowok?" protes Dimi.
"Denger ya manis. Gue udah tau Mac itu kayak gimana. Sifat dia memang playboy, dan gue maklumin itu. Toh, akhirnya dia bakal balik ke gue lagi." jelas Hilda.
"Intinya lo itu cuma mainan gue." ujar Mac tanpa perasaan bersalah.
Plakk.
Sebuah tamparan mendarat dipipi Mac. Dimi lalu mendorong dada Mac dan lari meninggalkan crazy couple itu.
---
Terkadang, dia yang paling kau cintai adalah dia yang paling dalam menoreh luka.
---
Dimi tergesa-gesa memasuki kantor. Ia positif terlambat karena bangun kesiangan akibat semalaman menangisi pria tak berhati itu. Ia melewati meja Hilda yang memang terletak dilantai dasar.
Dimi dan Hilda memang berteman, tetapi hanya sebatas teman kerja. Selama ini ia tidak mengetahui bahwa Mac sudah mempunyai kekasih. Mac bekerja dilantai 4, sama seperti dirinya dan Josh. Tetapi, meja kerja Mac cukup jauh dari meja kerjanya dan Josh.
Dimi terus-terusan menatapi angka yang terasa lambat bergeraknya.
Lantai 2.
Lantai 3.
Lantai 4.
Masih 6 lantai lagi menuju lantai paling atas. Tempat kerjanya yang baru. Menjadi sekretaris seorang Dominic Sinocco.
Ting.
Pintu lift terbuka. Dimi terburu-buru keluar sambil merapikan berkas pekerjaan. Rencananya, ia akan memberikan berkas ini pasa Josh tetapi karena ia sudah sangat terlambat ia memutuskan untuk menemui Nic terlebih dahulu.
Bruk.
Cup.
Sebuah bibir mendarat tepat dibibir Dimi. Karena tergesa-gesa berjalan apalagi tidak fokus pada jalannya Dimi tidak menyadari bahwa didepannya berjalan juga seorang pria yang sedang memainkan handphone dengan sedikit tertunduk.
Dimi mendarat tepat diatas pria itu yang terjatuh dengan posisi terbaring. Dimi dan pria itu masih diam diposisi itu.
Posisi bibir mereka yang saling menempel. Mata mereka bahkan saling bertatapan. Perlahan, sang pria mulai melumat bibir Dimi. Tangan pria itu pun beralih ke pinggang Dimi lalu memeluknya.
---
Hayo, siapa pria itu?
Jangan lupa tinggalin vote dan comentnya ya!
Thanks☺
Salam cium dari bibir yang tipis, Endewe.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Bro!
RomanceCinta itu bukan tentang umur. Cinta itu bukan tentang materi. Cinta itu kepercayaan. Cinta itu saling mengasihi.