Bab Empat

2.4K 286 17
                                    

"Tutup mulutmu!" teriak White yang kini kesabarannya sudah habis. Dengan cepat, ia mengambil tongkat sihir dari tas kecilnya dengan tangan kiri. White mengarahkan tongkatnya pada mereka berdua dan memanggil sepuluh Skeleton Warrior yang langsung keluar dari atas lapangan rumput di depan serambi kedai untuk menyerang mereka.

Kedua pemain itu langsung berteriak-teriak heboh sendiri sambil melawan Skeleton Warrior. Belum juga tiga menit, mereka berdua langsung mati dan tubuh mereka menghilang, kembali ke Starting-Point di pusat kota. Sepertinya level kedua pemain itu masih di bawah White. Tapi kata-kata mereka sudah sangat sok.

Setelah mengembalikan para Skeleton Warrior-nya ke tanah, White membantu Rafter berjalan menuju rumah tabib terdekat.

"Kenapa kau menolongku setelah kau memukuliku?" tanya Rafter sambil terbatuk-batuk. White menoleh memandang wajah Rafter yang sedikit babak belur karena tonjokannya tadi.

"Maaf, aku tidak bermaksud menghajarmu tadi. Aku hanya ingin memberimu sedikit pelajaran karena mencium bibir orang lain dengan seenaknya. Tapi aku malah berada di luar kendaliku," jawab White.

Rafter tersenyum. "Dari sekian banyak pria dan wanita yang menghajarku karena ku cium dengan spontan, hanya kau yang kembali dan menolongku dengan begitu tulus. Kau benar-benar laki-laki yang sangat baik. Terimakasih."

Walaupun terdengar sangat aneh di telinganya, tapi White berusaha untuk tersenyum balik. "Sudahlah, sekarang kita ke tabib dulu supaya luka-lukamu bisa sembuh."

Beberapa saat kemudian, mereka tiba di sebuah rumah tabib yang tampak begitu kecil. Seorang tabib wanita berbusana sari khas India menyambut mereka berdua dengan hangat. White membaringkan Rafter di sebuah kasur putih sempit.

Setelah White memberitahu luka-luka yang di alami Rafter, tabib itu langsung menuju ke arah meja kerjanya yang ada begitu banyak botol ramuan dengan warna dan ukuran bermacam-macam.

Memang beginilah aturan main di dunia Secondary. Hanya pemain saja yang bisa di sembuhkan dengan Green Potion yang bisa dibeli di toko obat. Sedangkan untuk seorang NPC, jika terluka atau sakit, mereka hanya bisa disembuhkan dengan ramuan-ramuan yang dibuat langsung oleh seorang tabib.

"Benar apa yang mereka katakan," kata Rafter tiba-tiba membuka percakapan sambil tetap berbaring.

"Hm? Maksudmu?"

Rafter memejamkan matanya sejenak. "Aku seorang biseks."

White terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa.

"Aku tidak tahu kenapa aku menjadi seorang biseksual. Aku menyukai perempuan, tapi aku juga memeliki kadar suka yang sama juga dengan laki-laki," ucap Rafter dengan begitu putus asa.

Mendengarnya membuat White ikut merasakan kesedihan yang dialami Rafter. Ternyata NPC yang memiliki self-awareness bisa juga diatur dengan sifat seperti ini. "Untuk apa kau mengatakan semua itu?"

"Semua orang membenciku karena hal itu. Mereka menatapku dengan penuh rasa jijik," balas Rafter. White menatap wajah Rafter yang tetap tampan walaupun sedang murung. Ia seperti sedang berkaca dengan masa depannya.
"Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Kau hanya perlu untuk menjaga sikap dan perilakumu. Jangan menciumi orang-orang dengan seenaknya yang akhirnya hanya akan membuat dirimu dibenci oleh mereka," balas White seolah-olah sedang berbicara pada anak balita.

"Apakah kamu tidak membenciku?" tanya Rafter.

White tersenyum geli. "Bukankah tadi sudah ku bilang? Aku tidak mempermasalahkan hal itu. Yang penting, kau tidak akan mengulanginya lagi."

Secondary 2 (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang