Bab Delapan

2.2K 282 4
                                    

Aku kasih musik backsound lagi loh!
Di puter ya sambil dibaca.

Makasih.

***

White tertunduk terengah-engah, berusaha mengatur napasnya yang tidak karuan, dengan rambut putih yang tak lagi panjang seperti dulu lagi. Beberapa helai rambutnya menutupi bagian wajah serta kedua telinga runcingnya.

Seluruh pakaiannya yang tadi berwarna putih bersih sudah sangat kotor sekali karena pertandingan ini. Tubuhnya terasa sangat lemah. Tapi ia berusaha untuk terus berdiri tegak walaupun berada di kondisi terburuk seperti saat ini.

Anggota Viva Squad amat terkejut melihat aksi White barusan. Mereka tercengang selama beberapa detik lamanya. Sebagian merasa sedikit merinding dengan apa yang mereka lihat. Mereka kembali menyoraki White dengan lebih heboh daripada sebelumnya.

Dari jauh, Amando tampak sudah menghabisi Skeleton Archer terakhir yang ada di arena lapangan itu. Dia memandang White dengan wajah merah padam. "Dasar bocah keparat!"

"Kau yang keparat!" balas White dengan lantang. Ia kembali mengeluarkan pedang rapiernya. Sekarang ia tidak ada gunanya lagi menggunakan tongkat sihirnya, mengingat sisa MP yang ia miliki sekarang sudah tinggal sedikit. Ia akan menggunakannya kalau sedang dalam keadaan terdesak saja.

Dengan gesit, Amando melepaskan beberapa anak panah yang melesat mengarah ke kening White. White menangkisnya dengan pedang rapier sebisa mungkin sambil bergerak maju mendekati posisi Amando berdiri.

Namun ketika sudah tinggal beberapa meter lagi, Amando melepaskan satu anak panah yang langsung tertancap di bahu kanan White dengan kuat hingga ia terpental ke belakang.

"Aaarrgh!" erangnya. Ia jatuh terlentang di atas tanah. Pedangnya terlepas dan tergeletak di sampingnya. Lengan kanannya sangat sakit untuk digerakkan.

"Sial!" umpat White sambil mengeluarkan tongkat sihir dari dalam tas pinggangnya dan memanggil dua Skeleton Archer dan dua Skeleton Warrior yang langsung menyerbu Amando ebelum Amando kembali menyerangnya ketika pertahanannya sedang kosong. Sepertinya itu adalah pemanggilan yang terakhir. Sekarang MP-nya sudah tidak cukup lagi untuk memanggil satu pun Skeleton Warrior.

Sambil menahan sakit, dia melepas anak panah dari bahu kanannya dan melemparnya jauh-jauh. Sekarang bajunya bagian kanan penuh dengan lumuran darahnya sendiri.

Ia memandang Amando yang masih disibukkan dengan kerangka-kerangka tengkorak yang menyerangnya sekarang. Dia harus memanfaatkan waktu yang singkat ini untuk memikirkan apa kelemahan Amando dan bagaimana cara mengalahkannya.

Ayo berpikir! Berpikir!

Gunakan otakmu!

Konsentrasi!

Pikirkan apa yang bisa membuat laki-laki itu kalah!

Mendadak, konsentrasi White langsung buyar begitu melihat sosok Croco sudah berdiri di samping kanannya dengan mata kanan yang terlihat membengkak besar dan berdarah, dan kedua tangan terangkat ke atas, hendak memukul White dengan sarung tangan bajanya.

Jantung White berdegup kencang. Tubuhnya tidak bisa bergerak sedikitpun pada saat ini.

Apakah ini detik-detik terakhir dari kekalahannya?

Apakah ini saatnya?

Tak bisakah ia menang?

Tak bisakah keberuntungan berpihak padanya?

Namun beberapa saat berlalu, dan Croco masih tetap dalam posisinya. Dia tidak bergerak sama sekali, seperti patung batu. White juga masih sedikit terguncang dan belum mampu menggerakkan anggota tubuhnya.

Secondary 2 (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang