Bab Sebelas

2.4K 264 10
                                    

Tenggara sudah mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi. Dia memasukkan ponselnya ke saku celana setelah menelpon Eleazar beberapa saat yang lalu. Hari ini anak itu masih belum bisa masuk sekolah lagi karena demamnya yang masih belum turun. Jadi secara otomatis, Tenggara harus menjenguknya lagi sepulang sekolah. Tapi tadi Eleazar sempat bilang kalau demamnya sudah tidak lagi separah kemarin.

Dia langsung menggaet tas punggung yang berada di atas meja belajar dan berjalan menuju meja makan yang berada satu ruangan dengan dapur.

Di sana sudah ada Delmora yang baru saja selesai memasak nasi goreng special, yang katanya khusus sebagai hadiah untuknya karena sudah memenangkan pertandingan di babak pertama kompetisi 'Get The House' di Secondary.

"Selamat pagi, penyihir putihku!" sapanya sambil melepas celemek dari pinggangnya.

"Apaan sih, Kak! Tidak usah lebay begitu, deh!" Tenggara langsung duduk di salah satu kursi yang di depannya sudah terhidang dua piring nasi goreng. "Ini semua untukku?"

Delmora mendorong ubun-ubun adiknya. "Jangan rakus begitu! Kau pikir kakakmu ini tidak perlu sarapan? Kau mau lihat aku mati kelaparan?"

"Jawabnya tidak harus monyong-monyong begitu juga kali, Kak. Ya sudah, ini punyaku yang mana?"

"Yang pakai piring warna hijau tuh. Yang satunya lagi pakai piring merah itu punyaku, super pedas!"

Tenggara mengangguk. Kakaknya memang hobi makan makanan pedas. Entah apa yang dia sukai dari rasa pedas yang menyiksa lidah itu. Tanpa banyak tanya, Tenggara langsung mendekatkan piring warna hijau dan menyantapnya satu suapan terlebih dahulu.

Delmora mendekat sambil menyenggol-nyenggol pundak Tenggara. "Bagaimana rasanya? Enak?"

"Kurasa tidak terlalu buruk."

"Bagus! Aku yakin pasti bisa menang kalau begitu!" seru Delmora.

Tenggara mengernyit. "Menang? Menang dari siapa, Kak? Memangnya kakak mau ikut lomba?"

"Betul sekali! Hari Minggu nanti, akan ada lomba antar karyawan untuk merayakan hari ulang tahun perusahaan. Yah, sebenarnya kami sempat menyarankan untuk berwisata, tapi Pak Direktur malah memaksa untuk mengadakan lomba memasak antar karyawan. Tapi ku pikir boleh juga. Dan aku sangat yakin kalau aku bisa memenangkan lomba itu!" tutur Delmora sambil menggebu-gebu.

"Memang kalau menang dapat hadiah ya, Kak?"

"Tentu saja! Kalau tidak ada, mana mungkin aku mau ikutan?"

"Hadiahnya apa?"

Delmora mengerling. "Juara pertama akan memperoleh promosi jabatan!"

"Benarkah? Kalau begitu kakak harus bisa menang. Kalau menang dan bisa naik jabatan, aku tunggu traktirannya ya, Kak!"

"Tunggu saja. Aku pasti akan menraktirmu satu galon air mineral. Hahahaha!"

Tenggara manyun. "Ah, kakak!"

"Sudahlah, tidak perlu berkhayal terlalu jauh! Lombanya saja masih beberapa hari lagi. Kakak mau mandi dulu sebentar. Tolong jaga nasi gorengku, ya. Jangan sampai ada kucing dungu yang berusaha mencicipinya," celotehnya sambil berlalu meninggalkan dapur. Tenggara sedikit jengkel dengan perkataan kakaknya yang jelas-jelas menyindir dirinya.

Ketika ia hendak melahap nasi gorengnya lagi, mendadak sepasang tangan menutup mata Tenggara dari belakang.

"Tebak ini siapa?" bisiknya.

"Siapa sih? Kak Delmora ya?"

Ketika Tenggara membuka tangan itu secara paksa dari wajahnya dan menengok ke belakang, dia langsung terbelalak dan berdiri dari kursinya. Sekarang di depannya ada sesosok laki-laki paruh baya tinggi bertubuh gemuk berkumis dan seorang wanita cantik yang berusia hampir sama dengan postur tubuh yang lebih terjaga.

Secondary 2 (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang