He's ma boyfriend now!
Ya, dia memang pacarku. Pacar yang paling kusayangi. Pacar yang tak akan kubiarkan terluka.
Dia sangat mencintaiku, dia perhatian padaku, dia juga ingin melindungiku.
Lucas. Dia memang pangeran yang tuhan kirim untukku.
***
"Jangan lama-lama jemput nya!""Iya.. sebentar."
"Hati-hati."
"Kamu juga, jaga dir. "
Aku mematikan telfon lalu memasukkan nya kedalam tas. Tadi aku baru saja menelponnya agar menjemputku.
"H..Hai."
Aku tertegun saat seorang gadis menyapaku dengan gugup. Aku melihatnya, dari atas hingga bawah, seperti nya aku pernah melihatnya.
"Lylia??"Tanyaku mencoba-coba, dan ternyata benar! Itu dia!.
Dia tersenyum manis ke arahku. Aku pun membalasnya dengan senyuman simpul.
"Boleh duduk?" ia bertanya, aku mengangguk.
"Tentu saja."
"Jadi... lo udah selesai kuliahnya?" Tanya Jane padaku.
"Ia." Aku tersenyum hambar.
"Gue dikeluarin." bisiknya tepat di telingaku setelah itu ia menatapku dengan senyuman manis nya, entah kenapa perasaan ku mulai tak enak saat ini.
"Kenapa?" Tanya ku, tatapannya mulai berubah menjadi tatapan seperti seorang psikopat.
"Lo mau tau kenapa gue dikeluarin?" ia bertanya dengan senyuman yang masih sama, namun matanya memerah, seperti hendak menangis, dia menggeser duduk nya dekat dengan ku.
"Mengapa?" jawabku singkat sambil menjauh sedikit darinya.
"Okey, gue bakalan ngasih tau ke lo kenapa gue dikeluarin. Tapi sebelumnya ada yang pengen gue sampein ke lo, Elle."
Dia mulai menatap kosong kedepan.
"Satu, Gue udah lama suka Liam dan mati matian buat deketin dia," Lylia menggantung ucapannya.
"Dan.., lo datang ke kehidupan dia, gue berharap dengan datangnya lo ga akan berubah perasaan Liam ke gue, tapi... ternyata? Liam berpaling dari gue, ngebiarin gue dan bilang dia cintanya sama lo."
Lylia langsung menatapku dengan tatapan iba. Dia menangis?
"Gue sakit hati banget! Lo ga tau gimana perjuangan gue buat deketin Liam!" dia berteriak tepat didepan wajahku, membuat ku takut dan tak berani menatapnya.
Dia kembali tenang.
"Ke dua, Nilai gue jatuh saat itu juga. Semua nilai yang udah gue usahakan sampai A+ , langsung hilang setelah gue tau kalau Liam lebih milih lo dari pada gue dan setelah itu dia punya yang baru, semua nilai gue berubah jadi mimpi buruk...
Tapi, itu ga perlu, gue ga butuh nilai!"
Aku menelan ludahku pahit, sebenarnya apa yang Lylia inginkan?
Kenapa dia menceritakan ini padaku?
"Dan alasan terakhir kenapa gue dikeluarin, Karna lo!"
Aku menelan ludah pahit ku, karena aku?
"Semua orang tau gue suka bully lo, bahkan sampai ke dosen-dosen."
"Gue, Gue dikeluarin secara gak hormat, gara gara lo!!"
"Gue diketawain, gue di hina."
"Kenapa sih lo harus muncul? Kenapa?! lo ngancurin seluruh kebahagiaan gue."
Dia langsung menatapku setelah berbicara panjang lebar.
"Sekarang gue juga mau lo ngerasain gimana sakitnya hati gue."
Setelah itu, dapat kulihat Lylia menghapus air matanya dengan kasar.
Mataku membulat saat ia mengeluarkan sebuah pisau tajam, ia memainkan mainkan pisau itu.
Aku berdiri.
"Maaf Ly, aku harus pergi." ucap ku, namun dia ikut berdiri.
"Lo juga harus ngerasain apa yang gue rasain!" dia langsung menolak ku hingga aku terduduk di tanah.
Entah sejak kapan aku menangis dan Lylia mulai mengarahkan pisau itu padaku.
Aku memohon agar dia tidak mencelakaiku, namun sia-sia dia semakin menjadi.
"Mati lo!"
Dia mengarahkan ujung pisau itu tepat di hidung ku, namun pisau itu tak dapat menusuk ku, dia pun kebingungan.
Aku menahan pisau itu dengan sihir ku.
"Kali ini giliranku, Lylia." ucapku, aku mendorongnya hingga dia terlempar cukup jauh dari ku, dia kaget, aku berdiri menghampiri nya.
Menjatuhkan pisau tepat disebelah nya.
"Jangan salahkan kegagalanmu padaku, tanya pada dirimu sendiri kenapa kau bisa begini."
Ucapku dingin, aku balik badan dan menemukan Lucas berdiri mencari-cari keberadaanku.
"Luke!" Panggil ku, Lucas menatapku, lalu tersenyum dan membalas lambaian tangan ku.
Dia menghampiriku, aku tetap diam, pasti dia akan memeluk ku.
Tiba-tiba dia berlari kearah ku, aku membulatkan mata, ada apa ini?
"Elle! Menunduk!" Teriak Lucas refleks aku menunduk dan melihatnya dengan tatapan penuh kaget.
Sup
Bunyi halus itu terdengar jelas di telingaku.
Aku terdiam . Pikiran ku buntu.
Pisau itu? Itu pisau tadi !
Lucas terbaring lemah. Pisau itu tepat terduduk ke dadanya.
Aku berlari menghampirinya.
"L-Luke! Luke!" Aku tak henti-henti nya memanggil namanya.
Aku memangku kepala Lucas di kakiku, memeluknya dengan erat, air mataku tak henti henti nya mengalir.
Dengan segera aku membuka ponsel ku dan menghubungi ambulance tak lupa juga polisi.
Aku melihat Lylia, ia tersenyum seperti orang gila, dia melemparkan pisau itu dan berhasil mengenai Lucas.
"Harus nya pisau itu mengenaiku! Andai saja aku tak menunduk! Aku yang mati! Kenapa harus kau?!"
Aku berteriak sembari menangis sejadi-jadinya, menutup bagian dada Lucas yang sudah berlumuran darah.
"Lucas bangun, kumohon bangunlah!" pinta ku sambil mengelus keningnya, namun tak ada reaksi. Aku mengulum bibir ku, menahan erangan yang hendak pecah.
Aku mengecup keningnya.
Tiba-tiba aku teringat saat dimana aku bersama Lucas. Kami saling tersenyum bahagia.
Saat aku di bully.
Saat kami berdansa.
Saat kami berkelahi.
Dan... Secepat ini kah tuhan mengambil nya dari ku?
----------------------
Hening.
Ending apa ini?
Maaf ya kalau ga nyambung
Makasih banget buat yang udah baca sama vote , buat dark readers nya. Tanpa kalian aku ga akan semangat buat lanjut cerita ini sampai akhir
Makasihhhhh banget !
Iloveeyou
More Than everythinghgggggggggg !
KAMU SEDANG MEMBACA
Different [Finish Editing]
Fanfikce"Aku gadis aneh. Aku tau itu. Dan seharusnya aku sadar, aku tidak boleh menyukai siapapun." - Elleanor "Dia aneh. Dia hampir ga pernah bicara. Gue coba deketin eh jadi deket. Dan ga sadar gue suka sama dia. Padahal dia bukan tipe gue. Keren kan gue...