Nesya memutar snapback-nya, diikuti dengan mengencangkan ranselnya. Gadis ini menaiki tangga, berlari kecil menuju kamar Fanny. Gadis itu, setelah bertengkar kecil dengan Daffa, tak mau sedikit pun keluar kamar. Membuat Nesya dan yang lainnya khawatir.
"Fanny, udah siap?" ucap Nesya sambil mengetuk pintu.
Tak ada jawaban.
Nesya mencoba sekali lagi. "Fanny, kita mau berangkat nih."
Tak ada jawaban lagi.
Nesya mendengus dan mencoba memutar kenop pintu. Ia sedikit terkejut ketika mengetahui pintu tidak dikunci. Nesya melongo ke dalam kamar dan mencari Fanny di penjuru kamar. Fanny sudah siap dengan sweater berwarna biru muda. Gadis itu memunggungi Nesya, menatap ke luar jendela.
Nesya mengayunkan kakinya mendekati Fanny. Fanny tetap bergeming dan menatap ke luar. "Ayo kita berangkat Fan."
"Jalanan mulai sepi." sahut Fanny tak menggubris ajakan Nesya.
Nesya mengangguk dan merangkul Fanny. "Makanya, kita berangkat sekarang. Ini waktu yang tepat."
Fanny menoleh dan menatap Nesya sayu. "Gue takut ketemu Daffa. Nanti dia marah."
Nesya menggeleng dan menarik Fanny untuk berjalan, sekaligus menenteng ransel Fanny. "Dia ga marah kok."
Fanny tersenyum tipis dan menunduk. Karena lagi-lagi, di depannya ada hantu.
oOo
"Udah gue maafin Fan. Gue ga marah kok." ucap Daffa mengacak rambut Fanny sambil tersenyum.
Fanny mengangkat kepalanya. "Bener udah ga marah?"
Daffa mencubit pipi Fanny. "Mana bisa gue marah lama-lama sama adek gue yang satu ini."
Fanny terkekeh, begitu pula Daffa. Senang rasanya mereka sudah berbaikan lagi.
Revan berdeham. "Udah belum baikannya? Kalau udah, kita berangkat nih."
Fanny mengangguk dan merangkul Daffa dengan berjinjit. "Udah kok. Ayo berangkat!"
Eza berdiri di depan. "Oke. Cek ransel ya. Udah siap semua?"
"Udah!" jawab yang lainnya serentak.
Eza mengangguk sambil mengusap dagunya. "Oke, jalan!"
Para remaja ini mulai melangkahkan kakinya ke arah pintu. Namun, tiba-tiba, Fanny dan Chika menjerit bersamaan.
"Hantu! Hantu! Huaa!" jerit Chika sambil memeluk Jessie dari samping.
"Zom--zombie." lirih Fanny sambil bersembunyi di balik punggung Daffa.
Mereka-selain Fanny dan Chika-mengerutkan kening. Mereka hanya melihat pembantu yang biasa-yang dilihat Fanny dan Chika sebagai zombie-dan seorang gadis bermantel oranye.
"Lea?" celetuk Daffa.
Gadis bermantel oranye itu tersenyum.
"Don't go." ucap pembantu pria. "Dangerous."
Adhan mengacak rambutnya. "What are you guys talking about? That you all know, our destination?"
Pembantu perempuan kini angkat bicara. "Riddle House. Isn't?"
"We must go, don't disturb our way." tentang Vania.
Pembantu pria dan perempuan itu tampak berdiskusi. Mereka saling menentang, lalu air muka mereka berubah muram. Mereka berdua menyingkir dari pintu, namun tidak dengan Lea si gadis bermantel oranye.

KAMU SEDANG MEMBACA
Riddle House [HIATUS]
Misteri / ThrillerSembilan remaja yang berniat berlibur dengan petualangan seru. Justru terjebak dalam rumah menyeramkan penuh teka-teki. Akankah mereka selamat?