[1] - Planning

1.1K 55 8
                                    


"Yeay, nilai gue hampir sempurna!" pekik gadis ini kegirangan.

"Apa? Hampir? Jangan bodoh. Nilai gue, semuanya A." pamer pria ber-snapback di sampingnya menunjukkan hasil ujiannya.

"Daffa sombong! Lo harus ajarin gue, nanti!" gadis ini memukul bahu pria bernama Daffa itu berulang kali.

"Kalo gue mau ya." Daffa menjulurkan lidahnya. "Langsung ke cafetaria aja yuk, sepertinya mereka udah nunggu di sana." ajak Daffa merangkul gadis bernama Fanny itu.

"Ayeye, kapten!"

Mereka berdua berjalan menuju cafetaria kampus. Berjalan diselingi obrolan tak penting menuju meja favorit para sahabatnya.

"Wassap guys!" sapa Daffa menepuk meja yang menghentikan pembicaraan seru para sahabatnya.

"Eh ada Daffa sama Fanny, bubar yuk." ajak seorang gadis dengan rambut yang diikat satu beranjak berdiri.

"Lo aja Van yang bubar, kita sih mau di sini." ledek pria dengan tubuh berisi bernama Eza, yang dilanjutkan dengan kekehan.

"Sialan." gadis yang dipanggil Van atau tepatnya Vania, kembali duduk di bangkunya.

Fanny tertawa kecil. "Lagi bahas apa?"

"Liburan. Enaknya, kali ini liburan kemana?" sahut pria bernama Revan, seraya menopang dagunya.

"Kalau gue, maunya ke luar negeri." ucap gadis berambut panjang bernama Jessie.

"Kalau gue sih pinginnya ya, ke tempat yang mistis gitu." balas pria lain bernama Adhan, seraya menyeruput jus mangga miliknya.

"Mistis? Gue ga mau. Serem!" seru gadis dengan poni depan yang tersusun rapi, bernama Chika.

"Okay. Lo. Ditinggal." sahut gadis lain yang memakai snapback ke belakang, bernama Nesya, menyilangkan tangannya di belakang kepala dan menjadikannya sandaran.

"Lagian. Kita belum tentukan tempat liburannya 'kan? Ga usah debat dulu, oke?" lerai Eza sebelum Nesya dan Chika berdebat lebih lanjut.

"Omong-omong soal luar negeri dan mistis, gue inget sesuatu." celetuk Daffa sembari mengeluarkan laptop dari ranselnya.

Kedelapan temannya merapat dan memperhatikan Daffa yang sedang browsing sebuah artikel. Kening mereka berkerut serentak melihat judul artikel tersebut.

"Riddle House? Baru denger." celetuk Jessie.

"Ya, kalian baca dulu artikel tempat wisatanya. Singkat aja sih." sahut Daffa menyodorkan laptopnya yang langsung dikerumuni teman-temannya.

"Riddle House. Ingin berwisata ke tempat yang misterius dan mendebarkan? Melatih adrenalin serta otak anda? Kunjungilah Riddle House! Oleh, Prof. Freus." ucap Nesya membaca artikel tersebut dengan kerutan kening.

"Ini ada dimana?" tanya Adhan mengusap tengkuknya.

"Gue baru search kemarin, lokasinya di Washington DC. Di kota cuman ya, di ujung gitu." balas Daffa menarik laptopnya kembali, serta mulai mengetik lagi. "Di dekat sana juga ada villa. Gue kemarin sempet catat nomor telponnya." lanjut Daffa lagi.

"Lengkap dong. Yaudah, ke sana aja!" seru Fanny bersemangat.

"Tapi sebelum itu, kalian baca dulu artikel yang ini." ucap Daffa mengklik mouse-nya, mengklik salah satu website.

"Riddle House yang dikatakan tempat wisata, ternyata bukanlah tempat wisata. Rumah itu ternyata milik seorang ilmuwan yang sekarang keberadaannya entah dimana. Rumah itu memakan banyak korban...

Riddle House [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang