Fanny dan Daffa menatap pertikaian antara Vania dan Nesya yang sedang dileraikan oleh Eza itu dengan tatapan datar. Daffa lebih ke arah kesal sementara Fanny bingung akan apa yang harus ia lakukan. Fanny pun akhirnya menyadari bahwa Jessie tidak ada bersama mereka.
"Eh, Jessie kemana?" celetuk Fanny yang menghentikan pertikaian, dan membuat mereka mengalihkan pandangan mencari keberadaan Jessie.
"Hilang," ceplos Daffa sambil memperhatikan sekelilingnya.
Nesya mendecih. "Dia gak kabur atau melakukan hal buruk setelah membawa kita ke sini 'kan?" ucap Nesya yang membuatnya mendapatkan tatapan tajam. "Maksud gue, ini tempat markas musuh. Jessie bisa menemukan tempat ini dan menghancurkan jebakan tadi dengan mudah. Jangan-jangan dia bersekongkol sama hantu atau monster di sini?" cibirnya.
Vania meggelengkan kepalanya dan menatap Nesya jijik. "Lo kelihatan lebih buruk dari Jessie ataupun Chika sekarang. Mulut lo kalau ngomong bisa disaring dulu ga sih?" sindirnya yang membuat Nesya terkekeh kecil.
"Lo ngomong apaan sih Van? Tadi juga lo sempet debat sama dia 'kan? Semua orang punya hak untuk mengutarakan pendapat bukan?" sahut Nesya balik menatap Vania tajam seraya melipat kedua tangannya dan memutar tubuh memunggungi Vania.
Vania tak menanggapinya dan memutar tubuhnya menjadi memunggungi Nesya. Eza menepuk dahinya melihat dua sejoli yang biasanya sangat akrab bisa bertengkar sehebat ini.
Fanny mengedarkan pandangannya lagi dan mendapati sosok Jessie yang keluar dari dalam markas. "Jessie!" serunya yang membuat teman-temannya mengikuti arah pandangan Fanny.
Jessie tersenyum manis dan melambaikan tangannya, membuat teman-temannya sedikit heran akan kelakuannya. Jessie membuka pintu markas itu lebar-lebar dan mempersilakan teman-temannya masuk. "Gue tadi udah mengecek tempat ini. Kemungkinan buku-buku yang diambil ada di sini. Gue menemukan satu, buku mystery," ucap Jessie seraya menjulurkan tangan kirinya yang menggenggam buku mystery, yang tadi ia sembunyikan di balik punggungnya.
Nesya yang kebetulan berada paling dekat dengan Jessie, mengambil buku itu dan memeriksanya. Gadis ini membulatkan matanya saat tahu bahwa itu buku asli. "Iya, ini bukunya. Ini buku mystery punya kita!" ucap Nesya seraya menunjukkan pada teman-temannya.
Jessie tersenyum lega. "Sekarang kita cari dua buku kita yang lainnya. Kita harus cepat karena sepertinya para monster menyadari pergerakan kita," ucap Jessie menatap teman-temannya seraya menggedikkan dagunya ke dalam markas bermaksud menyuruh teman-temannya untuk masuk.
Eza masuk lebih dulu diikuti Nesya, Vania, Fanny dan Daffa. Namun saat Daffa hendak masuk, Jessie menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Riddle House [HIATUS]
Mystery / ThrillerSembilan remaja yang berniat berlibur dengan petualangan seru. Justru terjebak dalam rumah menyeramkan penuh teka-teki. Akankah mereka selamat?