[5] - Mocchi

657 44 8
                                    

Cek mulmed yuk, ada Fanny lho!
Masih sketsa, and thanks for nadiamarcellagunawan yang udah buatin karakternya! Xixi.

***

Kesembilan remaja ini berpandangan. Cukup sulit.

"Ada yang tau? Kok gue dari tadi ga nyambung-nyambung ya?" celetuk Eza sambil menggaruk belakang kepalanya.

Mereka hanya diam sambil mengerutkan kening. Tidak, tidak ada.

Keheingan itu tidak berlangsung lama, sampai Chika mengangkat tangannya dan berkata, "Gue tau."

Semuanya menoleh ke arah Chika dengan penasaran. Membuat Chika jadi salah tingkah.

"Serius lo tau? Nanti salah lagi." cibir Vania sambil tersenyum miring.

"Vania, ini bukan saatnya kalian berantem." lerai Fanny yang muak dengan pertikaian antara Chika-Vania-Nesya.

"Serius tau?" yakin Revan menatap Chika lurus.

Chika mengangguk pelan. "Gue tau. Tapi, gue takut jawab. Gue takut mati." sahut Chika yang membuat Nesya tertawa.

"Bilang aja takut salah!"

"Nesya!" bentak Jessie menatap Nesya tajam.

Nesya mengangkat kedua tangannya sambil meredakan tawanya. "Sori, terbawa suasana."

Eza menatap Chika. "Kasih tau aja jawabannya ke kita." saran Eza yang diangguki Chika.

Chika membuka mulutnya dan berkomat-kamit memberitahukan jawaban.

Tunggu, tak ada suara?

"Udah 'kan?"

Kali ini, suara Chika muncul kembali. Membuat para sahabatnya bersitatap bingung. Mengapa suara Chika tak terdengar saat mengucapkan jawaban?

Adhan yang sepertinya mengerti akan kondisi ini, membuka mulutnya. "Kayanya, rumah ini ga biarin orang lain menjawab jawaban yang dimiliki orang lain."

Teman-temannya menatap Adhan, dengan mengangkat sebelah alis. Bingung. Adhan mengangkat alis balik dan menghembuskan nafasnya kasar.

"Intinya, Chika harus jawab jawabannya sendiri." ucap Adhan menatap Chika, yang kini air mukanya tampak terkejut.

"Gue harus jawab sendiri?" seru Chika tak percaya.

Vania menghadap Chika, dan memandangnya remeh. "Takut nih? Jawaban lo salah kali ya." cibir Vania yang diikuti kekehan Nesya.

"Jawaban gue bener!" seru Chika karena tidak terima diremehkan.

"Cukup! Ga nyolot bisa ga sih?" pekik Fanny, yang muak dengan argumen antara Chika-Nesya-Vania. "Chik, gue percaya kok, jawaban lo bener. Lo harus coba." tutur Fanny, kemudian tersenyum ke arah Chika.

Chika tampak gemetar, dan melangkah mundur. "Tapi gue takut," Chika mengepalkan tangannya, "gue takut mati..." lirih Chika menundukkan kepalanya.

Revan menangkap bahu Chika. "Lo bisa Chik. Bisa." ujar Revan menyemangati Chika.

Jessie menggenggam tangan Chika. "Gue ga bakal biarin lo mati Chik. Lo bisa." tutur Jessie tersenyum.

Chika tersenyum tipis dan menatap papan berisi teka-teki itu. Ia sudah membulatkan tekadnya. Ia akan menjawab teka-teki ini.

Chika melepaskan rangkulan Revan, maupun genggaman Jessie. Gadis ini mengayunkan kakinya, melangkah maju ke arah pintu.

"Chik, lo bisa." desis Vania tersenyum saat Chika melewatinya.

Riddle House [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang