[6] - Explanation

668 39 2
                                    

Intip mulmed yuk! Ada penampakan Revan loh!
Cool 'kan? Yang gambar keren sih wkwk
Lagi2 thanks for nadiamarcellagunawan yang udah bantu buatin karakternya.
Selamat membaca!

***

Fanny mengangkat tangannya. "Mocchi." panggil Fanny yang membuat Mocchi menoleh ke arahnya. "Ini darah apa?" tanya Fanny menunjuk ke tetesan darah yang menetes.

Mocchi melayang bergerak ke arah tetesan itu. Hantu aneh itu berputar-putar mengelilingi tetesan lalu cengir. "Ini adalah darah dari orang yang menjawab teka-teki pembuka pintu! Pengurasan darah sudah 95%, dan sebentar lagi, dia akan mati!" jawab Mocchi riang.

Delapan remaja ini terperanjat, mereka bertukar pandang dan menggelengkan kepala.

Tidak, Chika tidak mungkin mati!

"Ga mungkin!" pekik Jessie, yang kini matanya mulai berair. "Artikel itu bilang, jika kita salah menjawab, baru kita mati. Tapi Chika menjawab dengan benar! Dia ga akan mati!" seru Jessie histeris.

Mocchi menggeleng. "Memangnya, sudah ada yang keluar dari sini dengan selamat? Artikel itu 'kan bisa saja bohong." sahut Mocchi santai.

Jessie mengatupkan bibirnya. Wajahnya memerah, dan air mata mulai mengalir dari tepi matanya. Bahu gadis itu bergetar hebat. Tubuhnya nyaris limbun jika Adhan tak segera menangkapnya.

Tak hanya Jessie yang terpukul. Semuanya pun begitu. Dan yang paling parah selain Jessie adalah Nesya, Vania dan Revan. Nesya dan Vania hanya memandang lurus setelah mendengar pengakuan Mocchi. Mereka jelas terpukul, karena bagaimanapun mereka sering mengejek Chika, itu adalah salah satu tanda sayang. Bahkan, mereka belum sempat meminta maaf tulus atas ejekan mereka.

Lain lagi dengan Revan yang kini hatinya menganga lubang besar. Kematian Chika artinya kehilangan separuh jiwanya. Revan sudah menyukai gadis itu sejak lama, namun tak pernah mengungkapkannya, karena takut persahabatan mereka bisa runtuh.

Namun tetap saja, yang paling terpukul di sini adalah Jessie.

Fanny menghela nafas berat. Tangannya mengepal, berusaha menguatkan diri. Salah satu sahabat mereka telah pergi, demi mereka. Demi petualangan yang membahayakan diri mereka sendiri.

Daffa menatap teman-temannya sayu. Ia merasa bersalah kini. Matanya menatap Mocchi penuh harap. "Lo yakin Mocch? Lo bercanda 'kan?"

Mocchi terkekeh menyeramkan. "Yang tinggal paling lama di sini siapa hayo? Saya 'kan? Ya berarti saya benar, ga bohong. Lagipula, kalian tidak tau benar asal usul rumah ini. Kutukan rumah ini. Kalian hanya sembarang bicara dan masuk, sehingga menjebak diri sendiri." tutur Mocchi dengan melipat kedua tangan awannya di dada.

Vania mengangkat sebelah alisnya. "Jadi, semua yang ada di artikel palsu? Itu bukan cerita asli Riddle House?" tanya Vania menyelidik.

Mocchi menggeleng. "Itu hanya untuk menarik perhatian."

Revan menarik sudut bibirnya. "Kalau begitu, ceritakan kita asal-usul sebenarnya. Itu sangat membantu." ujar Revan sambil membenarkan kacamatanya.

Mocchi menggeleng. "A..a.." hantu itu bersidekap, "itu melanggar peraturan. Kalian harus berjuang sendiri, dan aku akan membantu perjuangan kalian." lanjut Mocchi.

Eza tampak berpikir keras, dilihat dari kerutan keningnya. "Di sini pasti ada perpustakaan 'kan? Pasti di perpustakaan ada buku yang seenggaknya bisa membantu kita 'kan? Gimana kalau kita ke perpustakaan?" usul Eza menyampaikan pendapatnya.

Nesya mengangguk setuju. "Lo bisa ga, bantuin kita cari perpustakaan? Kita ga mungkin 'kan harus coba semua pintu untuk mencarinya?" tanya Nesya sambil melipatkan kedua tangannya, dan melirik Mocchi dari ekor matanya.

Riddle House [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang