Pria bertopi ini mengangkat tubuhnya setelah ciuman lantai yang cukup menyakitkan itu. Ia mengaduh pelan, lalu perlahan membuka matanya untuk melihat apa yang ditabraknya. Matanya membulat ketika melihat apa yang ada di hadapannya.
"Eza?!" serunya bahagia.
Eza mengangkat kepalanya menatap orang yang memanggilnya. "Daffa? Daffa?!"
"Daffa?!"
Fanny lantas berdiri dan berlari ke depan. Ia tersenyum bahagia melihat orang yang dicarinya ada di hadapannya. Langsung saja, gadis ini berlari memeluk Daffa. "Daffa! Syukurlah lo ga apa-apa," ucapnya memejamkan mata. Dadanya menghangat dan rasanya ia ingin menangis. Ia sungguh bahagia bisa bertemu dengan pria ini lagi.
Daffa tak menjawab dan hanya mengelus rambut Fanny. Ia juga bahagia, mengetahui bahwa gadis itu baik-baik saja dan mengkhawatirkannya.
Tak lama, ia ingat sesuatu.
"Kita harus lari!" seru Daffa seraya melepaskan pelukan Fanny.
"Lari?" ucap Nesya pelan dengan satu alis terangkat. Tak lama, matanya membulat. "Lo bener! Kita harus lari!" serunya.
"Eh?" Daffa merasa heran. "Jangan-jangan kalian..."
"RAWRR!"
Mendengar raungan monster yang cukup banyak, mereka semua lantas berlari tanpa aba-aba. Bahkan saking kagetnya, Daffa langsung mengangkat tubuh Fanny dan menggendongnya seperti membawa karung besar.
"Kalian juga dikejar monster?!" seru Daffa tak percaya. Monster yang mengejarnya saja sudah cukup banyak, dan sekarang harus ditambah dengan monster yang mengejar teman-temannya? Ini gila.
Eza menoleh ke belakang dan membulatkan matanya ketika menyadari monser yang megejar mereka cukup banyak. "Tadi ga sebanyak ini!" seru Eza membantah. "Tunggu." Eza melirik Daffa tajam dan memekik, "Lo juga dikejar?! Berapa monster yang ngejar lo, Daffa?!"
Daffa cengar-cengir. "Itu cukup rumit, hehe."
"Sebenarnya lo ngapain sampe mereka ngejar lo, hah?!" pekik Nesya kesal.
"Gue..."
BAM
Sebuah guci yang cukup besar melayang ke arah mereka dan nyaris mengenai Nesya yang berada paling belakang. Beruntunglah refleks Nesya cukup bagus dan ia berhasil menghindarinya seraya mengumpat mengutuk Daffa.
"Argh!"
Rintihan itu terdengar bersamaan dengan sebuah debaman keras. Rupanya itu Jessie yang terjatuh karena kakinya yang terluka terkena kepingan guci yang pecah. Eza yang pertama kali menyadarinya langsung berlari ke belakang membantu Jessie. Pria ini mengamit tangan Jessie dan mengalungkannya ke leher. "Maaf gue ga bisa gendong lo, tapi bantu gini cukup 'kan?" tanya Eza tersenyum simpul.
Jessie mengangguk pelan seraya berdiri dibantu Eza. "Thanks, Ja," ucapnya tersenyum.
Eza merasakan wajahnya sedikit panas dan langsung mengalihkan pandangannya menunduk. Pria ini tak sadar bahwa lari mereka sangat lamban dan para monster itu nyaris meraih mereka.
"Eza! Jessie!" pekik Nesya ketika menoleh ke belakang untuk memastikan kedua temannya baik-baik saja, namun nyatanya mereka berdua hampir ditangkap para monster.
![](https://img.wattpad.com/cover/26695855-288-k871408.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Riddle House [HIATUS]
Tajemnica / ThrillerSembilan remaja yang berniat berlibur dengan petualangan seru. Justru terjebak dalam rumah menyeramkan penuh teka-teki. Akankah mereka selamat?