[11] - Lost

339 31 1
                                    


"Tolong."

"Siapa di sana?!"

Pria ini berseru di ruangan hitam ini. Tubuhnya berputar-putat mencari jalan keluar, namun nihil.

"Temukan jalan keluarnya, bantu aku."

Pria ini menenangkan dirinya, menyimak setiap ucapan yang didengar telinganya.

"Siapa kau? Bagaimana aku membantumu?!"

"Temukan aku."

"Temukan aku."

"Temukan aku."

"Kaupun bisa menyelamatkan mereka."

Pria ini terhenyak. Ia mencoba mencerna kalimat terakhir yang terucap.

Mereka? Siapa mereka?

"Siapa mereka?!"

Hening. Tak ada jawaban.

Pria ini berlari di dalam dimensi tak berujung itu. Hingga ia melihat sinar yang menyilaukan dan menelannya.

"Aaaaaaaa!"

Nafas Daffa tersengal-sengal, peluh keringat membanjiri wajahnya. Pria ini celingak-celinguk ke kanan-kirinya, tidak ada siapa-siapa. Tempat ini juga gelap. Lalu dia dimana? Bagaimana dia bisa berada di sini? Dan dimana teman-temannya?

Ah, dia baru ingat. Tadi mereka jatuh karena dikejar monster, dan tampaknya ia terpisah. Ia harus menemukan teman-temannya, sebelum teman-temannya itu merindukan dirinya.

Ralat. Mengkhawatirkan dirinya. Apalagi si Fanny.

Daffa hendak berdiri, setidaknya sampai Mocchi muncul di hadapannya dan mengejutkannya.

"Boo."

"Anjir,"  umpat Daffa seraya bergerak mundur, melihat Mocchi yang tampak bersinar redup di ruangan bawah tanah itu.

"Ga takut ya?" keluh Mocchi yang melihat tingkah Daffa yang biasa saja.

Daffa menggeleng lalu berdiri, seraya membersihkan pakaiannya yang terkena debu. "Kaget aja sih," ucapnya, lalu melirik Mocchi beberapa detik kemudian, "anterin gue ke tempat Fanny sama yang lain dong. Mereka pasti lagi ngangenin gue nih."

Mocchi bergidik mendengar ucapan Daffa, lalu menggeleng pelan. "Tidak bisa. Jarak pandangku menurun dan hanya bisa menjangkau radius duapuluh lima meter. Dan dari radius tersebut, saya tidak menemukan teman-temanmu."

Daffa mengerutkan kening, mengusap dagu dengan tangan kanan, dan tangan kiri yang dilipat untuk menopang siku tangan kanannya, lalu mengangguk pelan. "Gitu," gumamnya, lalu berdecih. "Ga guna ya?"

Mocchi melotot dan melayangkan tubuhnya yang berubah warna menjadi merah ke depan wajah Daffa. "Tidak tau terima kasih! Masih baik saya mau mengikutimu yang jalan-jalan sambil tertidur di tempat berbahaya seperti ini! Kau tau tidak kalau saya jadi mempertaruhkan nyawa dengan menemanimu ini?!"

"Tidak," sergah Daffa cepat yang mendapat pelototan dari hantu itu. Tidak, Daffa sepenuhnya mengerti. Ia hanya ingin menggoda Mocchi yang ternyata bisa marah juga.

"Kau ini...!"

"Apa maksudmu tempat ini berbahaya?" sela Daffa cepat.

"Jangan memotong ucapanku!"

"Ga peduli, jawab aja!"

Mocchi menghela nafas. Hantu itu melayang ke sisi kanan Daffa dan warna tubuhnya kembali seperti semula, tanda ia sudah tenang.

Riddle House [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang