Chapter 9. Serangga Pengganggu

9.5K 471 38
                                    

Setiap orang berpotensi menjadi serangga pengganggu karena sikap posesifnya.
Dan sikap posesif itu karena takut kehilangan kenyamanan

___________________________

Soal test HIV dan AIDS hasilnya negatif. Gue dan Johan seneng banget, tapi tetap harus vaksin. Dan sekali lagi dokter gadun pemelihara brondong itu berpesan safe sex and use condom!!
Gue ga mau bahas panjang-panjang, gue takutnya dokter gadun pemelihara brondong jadi center of story.

Sore ini gue dan Johan latihan basket, ada mungkin anak 20-an. Rame pokoknya, ga cuma team inti. Saat istirahat gue dan Johan ngobrolin macem-macem.
"Dit, lo dicariin tu!" Wildan teriak arah gue. Dalam hati gue sih berharap Ardi datang jemput gue di sekolah.
Gue berdiri dan melihat luar, yaaah Bayu sama Fikri? Ngapain tu bocah?

"Dit, lo selesai latihan jam berapa?"
"Udah selesai kok, kenapa emang?"
"Ya udah ayok, ditungguin tempat biasa!"
"Ardi ada?" oops gue kelepasan.
"Lengkap!"
Gue berarti nanti milih berpasangan ma Ardi aja. Gue bonceng Bayu naik motor, Fikri bawa motor sendiri.
Begitu sampai, gue ko jadi deg degan yah. Gue udah bayangin hal yang romantis dari Ardi. Begitu gue masuk kamar, Ardi dan Gilang sedang berpelukan dan sudah sama-sama telanjang. Mereka seperti berbicara mesra sambil sesekali mencium bibir. Gilang yang menyapa gue, saat tahu gue masuk. Ardi? Dia buang muka, seperti ga kenal dengan gue. Gue buka seluruh baju dibantu Bayu sambil ciumin leher dan tengkuk gue.
Gue lihat Ardi langsung menindih Gilang dan melumat bibirnya. Seakan-akan gue ga ada. Mereka kadang saling tertawa geli saat saling mengenai daerah sensitif. Hal itu yang engga gue dapat dari Ardi sebelumnya.
Gue berasa emosi, dan gue ladenin semua yang diinginkan Bayu. Gue cium dan hisap leher Bayu.
Gue buat Bayu menjadi hilang akal, hingga Bayu mengangkat kaki gue, karena dia sudah ingin melakukan sodomi. Gue lihat ke arah Ardi lagi, dia sedang di fuck Gilang, dan Ardi kelihatan nikmat banget.
Gue saat itu merasa sakit banget, kecewa juga.
Saat Bayu penetrasi, gue pasrah dan ingin marah. Gerakan merojok Bayu tiba-tiba berhenti, " Kenapa lo Dit?"
Gue pejamin mata menahan buliran air mata. Akhirnya setelah sekian lama gue sombong, gue bisa nangis karena emosi.
"Eh lo nangis Dit?"
Semua rasanya berhenti, begitu pula gerakan Bayu. Bayu seketika mencabut penisnya, dan memeluk gue.
"Kenapa lo Dit?"
Dia goyangin tubuh gue, "Dit?"
Gue kemudian ngerasa ada bibir yang gue kenal mengecup bibir gue pelan banget. Dan gue hafal sekali gerakan itu.
"Bentar Bay" kata orang itu, ya siapa lagi kalau bukan suara Ardi.
"Dit, buka mata lo?" bentak Ardi.
Dia melakukan penetrasi ke anus gue, " Ini kan yang lo mau?" Gue mengangguk, tapi air mata gue tetep ngalir.Dia mulai merojok anus gue, dan setelah itu gelap.

Saat terbangun gue pusing banget. Bau minyak angin, balsem dan entah apalagi. Gue ternyata sudah pakai baju, walaupun masangnya ngasal.
Ga lama gue bau kopi.
"Diminum sayang", bisik Ardi.
Mmmm, gue barusan pingsan ya?
Gue buka mata, sekitar gue udah dikerubutin. Semua udah pakai baju, tapi wajah mereka semua kelihatan khawatir.
Gue lihat ke arah Ardi, dia terlihat menahan air mata, tapi kemudian sedikit demi sedikit meleleh.
Gue berusaha diamin itu semua, gue kemudian tidur.
Gue bangun lagi, dan Mas Sony sudah ada dideket gue.
"Ayok pulang! Kuat ga jalan?" Ajak Mas Sony.
Gue beranjak bangun dan jalan. Mas Sony berusaha memapah gue, tapi gue tolak. "Gue ikut!" teriak Ardi.

Gue makan roti lapis habis banyak di rumah. Tentunya disuapin Ardi.
Dia berulang kali minta maaf dan ampe bosen ngedengernya. Nyebelinnya lagi dia suka berkaca-kaca.

Gue pingsan mungkin karena dua hari gue ga makan, tapi mereka semua menyangka gue pingsan karena gue ga mau ML.
Dan Ardi berpikir gue pingsan, karena gue merasa diabaikan dia.
Drama banget yah!

*******

Yah namanya gank gila, mereka tetap ga rela kalau gue ga ikutan lagi, apalagi Ardi sampai ga ikut. Ardi khan member terlama dan bahkan salah satu pendiri gank gila itu.
Mereka pun akhirnya tahu kalau gue dan Ardi pacaran. Dan mereka engga keberatan kalau kita pacaran, cuma kita harus tetap ikut. Khan gila namanya.
Akhirnya mereka dan Ardi membuat kesepakatan, apabila seseorang yang akan melakukan penetrasi ke anus gue, Ardi akan mencium bibir gue, dan arah pandangan gue ke muka Ardi. Orang lain ga boleh ada yang cium bibir gue maupun bibir Ardi.
Aneh sih, tapi itu hasil pola pikir Ardi.
Hopeless banget!!

Mas Sony maupun Mas Dhika juga akhirnya tahu kalau gue pacaran dengan Ardi. Bedanya, Mas Dhika udah ga mau gangguin gue dan ga pernah lagi ngajak petualangan seks bareng teman-teman dia. Tapi kalau Mas Sony? Hehehe....karena gue suka, yaaaa masih sering ML dengan dia. Lagian Mas Sony sering bilang kalau kecanduan sama gue. Gue bisa apa?
Gue dan Mas Sony biasa ML kalau pas bf Mas Sony engga bisa nginap karena shift jaga malam.

Ada cerita soal bf Mas Sony, dia itu satpam baru di rumah tinggal ga jauh dari rumah kami. Sepulang jemput, Mas Sony terpana melihat seseorang yang taste dia banget.
Kalau menurut penilaian umum sih ganteng, muka sunda ganteng gitu deh, kulitnya putih, badannya proporsional. Dia pernah latihan di lapangan kompleks. Perutnya kotak-kotak, kaya tahu. Mas Sony khan suka yang putih-putih gitu, kalau gue suka yang coklat.
That's why Mas Sony kecanduan tubuh gue khan?
Gue bilang sih orang itu ga homo, jadi Mas Sony jangan ngarepin. Jadilah kita bertaruh. Kalau Mas Sony menang, gue bayarin annual membership di gym yang dia mau. Kalau gue menang, gue ditraktir makan malam selama seminggu di Bakmi Golek, apapun menunya.
Mas Sony emang jago kali ya, satpam itu bisa tunduk dengan maunya Mas Sony. Wah kalau mereka bercinta, jangan tanya suaranya kemana-mana saking kerasnya. Dan gue sering ngintipin mereka ML kadang di dapur, kadang di tangga service. Horror pokoknya. Kadang suka ketawa sih, mereka hampir selalu mempraktekkan bokep yang barusan mereka tonton.

Gue pernah ngerasain ML dengan Kang Sapudin, nama bf nya Mas Sony.
Pokoknya kalau ga 5 ya 6 ronde gitu deh.
Ceritanya, gue marah dengan Ardi, karena Ardi telephone bilang ga jadi nginep tempat gue. Dia bilang ada acara keluarga (oneday gue tahu itu bohong). Padahal gue udah bayangin malam romantis ma dia.
Sementara, Mas Sony ketiban sial. Mama nyuruh nganter barang ke Bandung dan sekalian bantuin setting interior. Mama emang kadang keterlaluan, nyuruh kerja pas malam minggu. Yang Mulia Ratu itu kaga pernah ingat kali ya masa mudanya dulu pakai pacaran juga. Nah parahnya, pulsa Mas Sony habis, jadi kaga bisa hubungin Akang Saepudin.

Seperti biasa Kang Saepudin datang setelah ganti shift sekitar jam 6 sore. Dia masuk gitu aja, karena kebetulan gerbang lupa digembok. Dia masuk lewat garasi dan terus masuk ke area service, tempat kamar Mas Sony. Dia langsung telanjang menunggu Mas Sony.
Gue yang baru pulang dari sekolah dan kesal dengan Ardi, mau ke kamar Mas Sony. Gue sendiri ga tahu kalau Mas Sony disuruh Mama ke Bandung.
Gue lepasin baju sampai telanjang di ruang keluarga. Begitu sampai ke kamar Mas Sonny, yang ada cuma Kang Saepudin.
Karena gue emang lagi horny, yaudah sama dia aja.
Gue paling suka saat dia ngentot gue sambil berdiri. Di pelukan dia, gue ngerasa aman. Penisnya emang ga segede Mas Sony. Tapi jangan tanya tekniknya. Seandainya kulit dia coklat, gue rela jadi pacar keduanya. Ga pa pa deh digilir, dia hyper gitu, pasti kuat ML tiap hari.
Oya, satu hal lagi, dia itu punya perilaku narsistik dan exhibitionist. Dia cuek banget telanjang di rumah gue, bahkan ML ama gue itu dilakukan di pool deck kolam renang.
Gue pernah ceritakan hal ini dengan jujur ke Ardi dan minta maaf. Gue waktu itu udah pasrah kalau seumpama diputus. Karena gue berusaha menepati aturan 1, untuk jujur. Tapi Ardi berpikir itu drama yang gue buat, biar dia cemburu. Dia sama sekali tidak menanggapi.

Hubungan gue dan Frisca setelah melewati tahun pertama merenggang.
Maksudnya, gue agak menjauh dari dia dan jarang bertemu.
Siapa lagi penyebabnya kalau bukan kehadiran Ardi. Gue mungkin terlalu fokus dengan Ardi. Karena Ardi dan keluarganya sungguh membuat gue jadi berarti dan dibutuhkan. Gue udah berusaha bikin gara-gara, agar gue dan Frisca putus. Tapi anak itu berkeras mempertahankan. Gue sendiri bingung bikin alasan tepat buat putus, kecuali Kalimalang ke Tomang itu jauh. Itu alasan yang bisa diajukan. Tapi tetap ga masuk akal buat dia. Ga mungkin khan gue bilang punya pacar cowo. Pencitraan gue di sekolah dia bisa musnah seketika. Gue curhat soal Frisca ke Johan juga percuma, dia cuma bilang DL. Tanya James? Jangan harap. Peliharaan dokter gadun itu ga bakal ngerti soal cewe.
Pernah sih, gue bilang hubungan kita ga direstui. Khan itu bullshit banget, Mama aja suka telephone Frisca, nanyain soal gue. Mereka suka saling telephone. Belum lagi Mamanya Frisca suka ngerumpi cantik dengan Mama gue. Tiap gue tanya kenapa Frisca bertahan dengan gue, dia cuma bilang nyaman.
Permasalahan ini bikin gue give up. Kalau saran Ardi sih jalanin keduanya. Gue pernah ajak Ardi ke apel ke rumah Frisca. Ardi ga ada nampak rasa cemburu sama sekali. Lempeng aja. Komentar cuma satu, Frisca itu cantik. Duh Ar, lo tau ga sih gue cuma mau sama lo aja.

Damn! I Really StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang