Epilog

16.3K 735 358
                                    

Hidup itu kadang seperti drama.
Walaupun berusaha tidak mendramatisasi kehidupan, tapi kadang yang terjadi ga jauh dari drama.

Gue dan Ardi, mungkin sudah saling ketergantungan. Kami udah susah buat pisah. Hubungan kami sejak SMA sampai sekarang juga mengalami putus - sambung. Sebenarnya yang nakal gue, Ardi mah lurus, dia tetap konsisten menunggu gue kembali lagi ke dia.
Dia orang yang gue cinta hingga detik ini. Kita berdua sudah tinggal bersama, setelah melalu drama-drama ga penting dari SMA, kuliah hingga sekarang.

Banyak hal yang berubah seiring jalannya waktu, tapi pasangan gue ga berubah, tetap Ardi.

Sebenarnya lembaran hidup kami belumlah selesai diceritakan semua, tapi ini gambaran hidup kami sekarang,

Raditya Yudha Prasetya a.k.a Adit Prasetya
Gue sekarang udah kerja di perusahaan Mama.
Posisi : Design Manager
Atasan gue langsung Pak Januar, dia jadi GM menggantikan Tante Shery.
Tante Shery sendiri jadi Managing Director. Gue sama seperti karyawan lainnya walaupun gue anaknya owner.
Jangan harap gue gampang bisa hadap Mama. Ga akan bisa kecuali ada hal-hal mendesak mengenai pekerjaan atau pas kebetulan internal meeting.
Gue masih suka nakal, sama kaya SMA dulu, masih suka flittered sih tepatnya. Cuma Ardi ga pernah complain, dia itu istri yang soleha. Gue yang nakal tapi gue justru yang cemburuan kalau ada orang yang deketin Ardi.
Mama hingga detik ini belum tahu gue gay atau pura-pura tidak tahu?
Mama melihat gue dekat dengan Ardi sebagaimana gue dekat dengan Johan. Bagaimana Mama bersikap ke Ardi sama halnya dengan Mama bersikap ke gue dan teman-teman baik gue. Semua dianggap sebagai anak-anaknya. Mama beberapa kali datang ke apartemen kami, seperti biasa seorang Ibu ke anaknya, semua dipeluk dan dicium dengan hangat. Sebagai istri yang soleha, Ardi pasti dengan sigap bantuin Mama memasak. Gue suka tersenyum melihat bagaimana keakraban mereka.

Ardiyanto
Kekasih, partner dan cinta gue.
Kerja di perusahaan chain retail, posisi Store Manager.
Suka ngeluh gajinya kecil, tapi dia suka kaga ingat penghasilan sampingan dia gede banget. Bukan sebagai gigolo, dia khan orangnya lurus. Dia punya bisnis furniture. Showroom furniture nya di Kemang. Belum terlalu besar sih, tapi lumayanlah. Dia suka nyuruh gue design interior project dia, tapi gue ga pernah dikasih fee. Fee nya di ranjang aja katanya.
Dia yang ngatur keuangan gue. Kalau urusan duit, dia galak.
Gue heran,  dia masih aja dikejar cewe-cewe ataupun cowo gay. Padahal dia udah pasang tampang jutek.
Bolak-balik dia tegasin ke gue kalau dia kaga pernah kegenitan.
Ardi tidak pernah berubah dari yang gue kenal dulu. Seorang yang penuh perhatian ke gue. Ardi adalah Ardi, Malaikat yang diberikan Tuhan ke gue.

Gangbang Club
Perubahan sikap Ardi, ikut mengubah teman-temannya. Semenjak Ardi tinggal di rumah gue, sudah ga ada lagi gangbang club. Mereka sering kumpul di rumah gue. Kadang cuma buat renang dan mengobrol, kadang pula belajar buat persiapan UN. Yah setidaknya mereka menjadi lebih fokus untuk masa depan mereka.
Untuk sekarang, kami kadang bertemu juga. Kami kadang berbagi cerita mengenai masalah di pekerjaan atau sekadar ngobrol ga jelas.

Fikri :
Dia sekarang bekerja sebagai staf administrasi. Gue ga begitu tahu kisah cintanya, yang jelas dia masih gay dan sangat menikmati sebagai gay.

Gilang:
Dia bekerja sebagai Restaurant Manager, udah punya istri dan anak satu, cowo. Dia family man dan setahu gue dia ga pernah nakal.

Nizam :
Dia bekerja di perusahaan pelayaran, sebagai pelaut. Dia yang paling jarang bertemu, karena pulang cuma setahun dua kali. Dia sih bilang masih suka gitu deh ma cowo-cowo.
Gue paling senang kalau Nizam ikutan kumpul, selain suka melawak dia pasti bawain gue souvenir dari negara-negara dia singgah.

Bayu:
Dia bekerja sebagai Sales Supervisor, sebuah dealer mobil. Penampilan dia jadi lebih keren. Dia sudah bertunangan, tapi ya gitu kadang masih suka genit dengan cewe maupun cowo.

Johansyah
Meneruskan usaha orang tuanya. Bedanya dengan gue, gue cuma karyawan di perusahaan orang tua gue kalau dia Boss.
Jangan tanya lagi duitnya, gue kadang suka ngutang ke dia.
Pacarnya masih kuliah dan ganteng. Cuma namanya Johan, dari SMA aja udah nakal apalagi sekarang dengan duit dia yang banyak.

James
James mungkin contoh terbaik gay couple, dia sekarang hidup bareng dengan dokter gadunnya, siapa lagi kalau bukan dokter Syarief. Bedanya dengan gue, gue masih ada genitnya walaupun sudah ada Ardi. Kalau mereka, setia satu sama lain. James juga sebagai dokter, masih dokter umum sih, dia berniat ambil spesialis Kesehatan Jiwa. Karena obsesinya, gue mau dijadiin pasien tetapnya.

Frisca
Kami resmi putus setelah gue diterima kuliah di Jogja, sedangkan Frisca kuliah di Edith Cowan, Australia.
Gue pernah beberapa kali bertemu, setelah dia kembali ke Jakarta. Sekarang dia jadi Ibu Rumah Tangga, suaminya Pilot. Terakhir bertemu kita makan di Grand Indonesia. Dia bersama suami dan anaknya yang masih bayi. Gue sih sendirian.
Dia selalu menanyakan hal yang sama tiap ketemu, pacar gue siapa.
"Johan." gue jawab
Dia ketawa, "Lo dari dulu ngomong selalu ngaco!"
"Gue gay!"
Dia ketawa lagi,"Lo kapan serius jadi orang? Gue lebih percaya lo pacaran ma Bu Susi."
"Kok bisa?"
"Soalnya kan dia muji-muji lo. Lagian khan lo Oedipus Complex!"
Sialan khan dia.

Keluarga Mampang
Mama kedua buka toko kecil-kecilan. Modal awal sih dari patungan Ardi dan gue. Sekarang Mama kedua bisa sedikit istirahat dan bisa menengok anak-anaknya.
Mas Angga, dia jadi Restaurant Manager di daerah Kemang. Belum menikah. Tinggal di apartemen yang sama dengan gue, cuma beda tower.
Aryan, dia di Sulawesi kerja di perusahaan nikel. Dia sudah menikah dan anaknya satu, cewe.

Putera
Kalau dipikir-pikir sebenarnya karena dia juga, hubungan gue dan Ardi menjadi jauh lebih berkualitas. Hubungan gue dan Ardi jauh lebih dewasa dibanding gay lain.
Sepulang dari Bali, ini sih cerita Satpam kantor.....Dia datang malam-malam ke kantor. Tiba-tiba dia seperti panik keluar kantor, dengan wajah pucat. Dia seperti bingung saat ditanya satpam kenapa. Setelah bolak-balik keluar masuk kantor ga jelas, satpam ngikutin dia. Justru dengan sikap satpam itu, dia menjadi lebih panik.
Besok paginya dia mengirim surat resign, tanpa pernah ada kehadirannya di kantor. Dia sudah tidak dapat dihubungi lagi, mungkin ganti nomor HP.
Bagaimana ga panik, dia masuk ruangan bersih sekali.
PC, laptop, file, berkas-berkas hingga sampah lenyap. Dia pasti stress melihat ruangannya kosong.
Gue sampai sekarang juga ga ingin tahu dia dimana. Mungkin karena gue jijik dengan dia, gue bongkar ruangan dia, setelah gue kerja disitu. Gue re-design lagi area design department. Semua meja, kursi, sofa dan cabinet yang pernah dia pakai, gue buang.

Tahu ga? Gue nulis ini dengan terus memandangi Ardi. Dia yang lagi ribet dipekerjaannya, sementara gue mampir ke tokonya sambil beli minum dan hot dog yang legendaris. Sesekali dia senyum ke gue, setelah itu heboh angkat barang atau kadang melayani pelanggan.
Gue selesai nulis ini, pasti gue tunjukin ke dia. Supaya dia bisa ralat kalau ada salah.
Tapi gue yakin dia pasti bilang ceritanya murahan, ga ada bobotnya  ..bla...bla
Biarin sih.......

Damn! I Really StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang