Chapter 14. Love is Hurt

8.6K 463 66
                                    

Cinta itu bukan kebahagiaan yang didapat tetapi rasa perih.

__________________________

Telephone dari no ga dikenal....
Gue angkat, ternyata Johan
"Eh monyet, tajir lo ke Paris? Masih bisa telephone pula!"

Gue ceritain semua dari A-Z selama di Bali. Pesan Johan cuma gue harus keep focus. Tiap otak gue mulai menyalahkan diri, gue harus cari orang buat fokus ngelihatin dia, kalau engga sesuatu yang menarik gue.

"Abang...!"
"Ya Pa!" Gue ngedekat.
"Tadi kemana aja?"
Gue tunjukin foto di kamera gue.
"Ini mas Yoga Pa, dari room service, tadi ngajakin naik motor ke Ubud."
Mama ikutan ngelihat," Kirain Ardi, mirip banget."
Nah komentar Mama ternyata sama kaya gue.
Gue sih cerita apa adanya, minus soal ciuman ya!
"Tuh Sher, orang hotel aja bisa perhatian ma dia!" Kata Mama.
Tante Shery tersenyum.

Tiap gue sange, gue pasti renang.
Shit....selama di Bali, gue ga bisa ML. Eh sepulang ke Jakarta nanti gue juga kaga bisa ya, gue khan udah ga sama Ardi lagi.

Hari terakhir di Bali, digunain Mama dan Tante Shery belanja. Gue setiap ditawari cuma geleng-geleng kepala.
Gue cuma kepengen Ardi!
"Frisca dibeliin apa Abang?"
"Mama aja yang milihin, cewe khan ribet."
Setelah Mama dapat buat Frisca, nanya lagi
"James, Johan ma Ardi beliin apa?"
"Terserah Mama deh. Abang nurut. Eh buat Mamanya Ardi aja, daster."
"Daster?" tanya Mama.
Gue ngangguk.
"Jangan daster, coba kaya apa Mamanya?
Gue tunjukin di camera, foto saat Ardi ulang tahun. Mama mikir agak lama.

Gue ngelihat baju bagus. Hmm...kaya nya bagus buat Yoga. Gue bayangin Yoga. Terbersit pikiran nakal, Yoga keren pakai celana dalam warna biru gelap.
Shit...ketularan Mas Dhika.
Gue akhirnya beli baju dan celana dalam biru buat Yoga tanpa sepengetahuan Mama.
Sesampai di Hotel, gue sms Yoga ngajak ketemuan. Ternyata dia udah di parkiran siap-siap pulang.
Gue keluar, di tempat kemarin Yoga jemput gue.
"Mas, gue pamit. Besok siang pulang ke Jakarta." Sambil nyodorin bungkusan
"Apa ini?"
"Buat Mas, karena baik banget ma gue!"
Dia buka sedikit bungkusan.
"Ayok naik!"
"Kemana?"
"Ke kosan bentar."
Gue bonceng motor dia.
Begitu di kamar, dia buka bungkusan.
"Kok ade tahu, gue kepingin baju ini?"
"Masa?"
"Iya, sebenarnya tip dari Mama kamu kemarin gede banget. Maksud gue, buat beli baju ini, sisanya kirim ke orang tua."
"Terus kenapa ga jadi beli?"
Dia meringis...
"Buat traktir minum ma jalan-jalan ke Ubud."
Gue ketawa.
Terus dia buka bungkusan satunya. Celana dalam biru ada empat. Mukanya memerah.
"Mas sexy kalau pakai warna itu."
Dia senyum.
"Aku coba semua?" tanya dia
"Iyalah....!"
Pertama dia coba baju. Bercermin terus sambil benerin rambut.
"Keren" Kata gue.
Dia kemudian membuka baju, celana dan celana dalamnya.
Penisnya tepat di hadapan gue. Gue sebenarnya horny, tapi gue tahan.
Dia pakai celana dalam baru. Dia mematut di depan cermin. Penisnya kelihatan sudah agak tegang.
"Sexy Mas."
Kemudian dia mendekat arah gue, menidurkan gue, dan melumat bibir gue. Gue menikmati setiap lumatannya.
Dia buka t-shirt dan celana gue, bersisa celana dalam aja.
Dia mulai merangsang gue dengan memagut leher dan puting gue.
Makin lama libasannya menjadi ganas. Dengan kasar, sekali hentak, dia lepaskan celana dalam gue. Dia oral gue.
Aduuh udah berhari-hari ga ML, rasanya seperti mendapat anugerah. Kami saling oral, mungkin karena sudah terlatih dengan Ardi, jadinya pas gue oral Yoga, dia menjadi blingsatan. Yoga sudah ga bisa melakukan oral gue, karena dia sangat menikmati apa yang gue lakuin. Penis Yoga gue rasa segede punya Om Abang. Walaupun gue ga lihat punya Om Abang, tapi gue bayangin ini penisnya kalau masuk anus gue rasanya bakal sama. Karena gede kaya punya kuda.
Dia kemudian merubah posisi dan melumat bibir gue. Dia beranjak bangun, mengambil body lotion dan baby oil. Gue senyum, pasti dia ga ada lubricant.
Gue setan ternyata ya, orang baik-baik jebol juga pertahanannya.
Dia oleskan body lotion ke anus gue. Perlahan dia mainkan jari sambil melumat bibir gue.
"Mas, masukin. Gue udah pengen!"
Dia masukin, baru ujung penis aja udah bikin gue kaget dan mendelik.
Perlahan dia masukkan penisnya hingga masuk semua.
Dan mulailah dia merojok anus gue. Jangan ditanya racauan gue. Dia makin semangat ngerojok tiap kali gue berteriak. Dan cairan kental yang berhari-hari ga keluar akhirnya tumpah juga, disusul punya Yoga.
Sambil tersengal-sengal, dia melumat bibir gue dengan penis yang masih digerakkan keluar masuk di anus gue.
"Masih kuat sekali lagi ga?" tanya dia.
"Ayok Mas!"
Penis yang masih tertanam di anus, kembali digerakkan. Sekarang dengan ritme yang lebih cepat dan membuat gue teriak-teriak.

Damn! I Really StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang