Chapter 6. Another Friends, Another Experienced

12.9K 593 21
                                    

Bloody Hell....gays are every place in Jakarta

___________________________

" Mas, gue sekarang ga usah dijemput pulang sekolah. Pengen naik angkutan umum aja.
Nanti kalo penting, gue kabarin lewat sms ya!
Gue cium bibir Mas Sony, dan keluar dari mobil.

Sebenarnya kebutuhan sex gue terbilang cukup. Tiap malem bisa sama Mas Dhika yang kadang bawa pacarnya dan Mas Sony. Belum lagi gue masih jalan dengan Frisca.
Gue berusaha tidak terjebak perasaan cinta dan gue berusaha keras tidak mau masuk lebih dalam lagi.
Ya itu tadi, bener kata James, gue masih perlu lihat dunia lain, berkenalan dengan orang-orang diluar lingkup gue sendiri.

Sepulang sekolah gue cuma ngobrol sebentar dengan Johan di gerbang sekolah. Oh iya, sekarang tambah peserta, James dan Adrian, pacarnya Johan. Johan sekarang sudah ga sembunyiin lagi pacarnya didepan gue.
Gue terus ke halte, gabung dengan anak-anak yang biasa pakai angkutan umum.
Gue sekarang mau coba route arah Blok M, naik Kopaja.
Sebenarnya gue lagi males pulang saja, gue kepingin jalan-jalan lihat Blok M.
Sesampainya terminal Blok M, gue keluarin sebatang rokok. Gue bersandar di pagar sambil melihat bus-bus yang lewat.
Ga jauh dari gue bersandar, ada lima anak entah SMA atau SMK bergerombol. Ada yang jongkok dan ada yang berdiri.
Mereka sepertinya asik bercanda, cuma yang menurut gue agak aneh, kelima anak tersebut terlalu cute.
Jarang dan sangat jarang, anak bergerombol dengan sesama face yang menarik, biasanya khan mix kecuali itu boyband.
Gue lihat lagi arah lain, orang-orang berlarian mengejar bus, ada kernet lari-lari, pengamen, orang jualan. Gue ngerasa gatel pengen ngelukis saat itu juga. Sambil gue hisap lagi rokok, tiba-tiba ada suara keras samping gue.
"Bagi rokok dong!"
Ternyata gerombolan lima anak tadi.
Gue keluarin sebungkus rokok yang barusan gue beli dan korek api.
Ternyata dari lima anak tadi, satu anak yang bagi gue menarik. Paling tinggi diantara temannya, rambutnya kaku tercukur rapi, kelihatan bandel dan masa bodoh.
"Gilang!" salah seorang memperkenal diri dan salaman ke gue.
"Adit" gue perkenalin diri gue.
Satu-satu pada ngenalin diri mereka.
"Bayu."
"Nizam."
"Ardi."
"Fikri."
Ooh anak yang menurut gue menarik itu namanya Ardi.
Jadilah kita ngobrol, tanya sekolah, kondisi sekolah dan sebagainya.
Malah Fikri ngajak tukeran nomor HP.
Ternyata mereka walaupun sahabatan, mereka dari sekolah yang berbeda. Cuma Gilang, Ardi dan Fikri yang satu sekolah.
"Eh udah jam 4, kita jadinya kemana nih?" Nizam motong obrolan kita.
Sebenarnya dari kita berenam, hanya Ardi yang daritadi diam dan cuek. Sesekali ketawa dipaksa.
"Fik, tempat lo bisa kan?"
"Ayok aja....!"

Karena gue ga ngerti, gue mending ambil sebatang rokok lagi, dan melihat ke arah lain.
"Dit, lo mau ikut kaga?" Gilang ngeliat ke arah gue.
"Kemana?"
Kok tiba-tiba gue dimasukkan ke kelompok itu.
Gilang membuat gerakan coli dan melipat ibu jari  dan telunjuk yang mengkodekan ML.
Gue ketawa, mereka juga ketawa.
Sekali lagi Gilang membuat gerakan tangan dan gembungin pipi seakan-akan sedang melakukan oral.
Gilang baru berhenti setelah kepala ditoyor Nizam.
Akhirnya gue ikut mereka, dan gue pikir apa salahnya gabung mereka. Mereka ramah dan mau berkawan.

Gue ga ngerti, ini daerah mana. Gue cuma ngikut mereka tadi naik Metromini 610. Sepintas tadi ada tulisan di toko, Jl. RS. Fatmawati.
Gue ikutin mereka masuk ke pemukiman padat dan pengap.
Kita masuk kedalam rumah milik orang tua Fikri.
"Orang tua lo pulang jam berapa Fik?"
Gue berusaha akrab ke Fikri, karena gue baru bertamu ke tempat dia.
"Bisa jam 8 atau 9 malam."
"Oh..."

Gue di ruang tamu bareng Bayu. Gue rebahan di kursi tamu sambil merokok.
Sementara keempat orang tadi masuk kedalam. Gue pikir mereka mau sholat.
Gue duduk berhadap-hadap dengan Bayu, tapi bener ngerasa agak terganggu.
Gue ngerasa Bayu melihat gue terlalu berlebihan.

"Ayok masuk!" ajak Bayu.
"Enak disini Bay, adem sambil rebahan."
Bayu meraih tangan gue dan menyeret agak kasar. Gue terpaksa menurut kemauan Bayu, sambil menyambar tas gue.
Bayu merangkul pundak gue.
"Ngapain di dalem?"
"Gangbang!" bisik Bayu.
Gue tertawa tapi seketika diam saat Fikri keluar kamar, telanjang tanpa penutup apapun. Gue perhatiin penisnya tegak.
"Kemana lo?" suara dari dalam
"Cari body lotion."
Gue seketika buka tas, dan melempar lubricant ke arah Fikri.
Gue kaget sendiri dengan reflek gue, begitu juga Fikri dan Bayu.
Bayu tersenyum nakal, mendorong gue ke tembok, mencium bibir gue dan tangannya meremas-remas penis gue.
Gue pasrah saat Bayu melepas celana gue dan celana dalam gue. Gue balas ciuman Bayu dengan ganas.
Pelan-pelan kita bergeser ke kamar tempat mereka berkumpul.
Gue liat Fikri sedang di fuck Gilang, Nizam sedang meng oral Fikri sambil di fuck Ardi.
Gue pun lepasin baju, begitu pula Bayu. Gue didorong hingga jatuh ke kasur. Gue ditindih Bayu yang terus melumat bibir gue dan menggesek penis gue dengan penisnya.
Mereka berempat menghentikan aktivitasnya, dan melihat ke arah gue yang sedang dipagut Bayu.
Gue benar-benar terlentang pasrah saat Bayu melumasi anus gue dengan lubricant. Penis Bayu tidak lama masuk ke dalam anus gue. Dan yang lain secara bergantian memasukkan penis ke mulut gue.
Ini pertama kali gue ikutan gangbang. Secara bergantian penis masuk ke anus dan mulut gue.
Dan mereka seakan ga peduli kalau gue sudah mencapai orgasme dua kali. Mereka tetap memaksakan hingga sperma mereka keluar.
Mulut dan anus gue benar-benar penuh sperma. Gue lemes banget.
Saat gue melihat kearah sudut ruang, Ardi ternyata sudah memakai bajunya lagi, berdiri dan menyilangkan tangan di dada. Saat gue lihat Ardi, dia langsung membuang muka.
Berarti Ardi sama sekali ga menyetubuhi gue.
Shit....  gue ngerasa seperti pelacur murahan di mata dia. Apalagi melihat sikap Ardi tadi.

Damn! I Really StupidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang